Part 22~Iblis

1034 Kata
Dex menarik kaki Ayu dan membawanya di bawah tubuh kekarnya. "Aku akan melepaskan mu, tapi dengan satu syarat. Batalkan acara lamaran dengan pria sialan itu." Bisik Dex tepat di telinganya Ayu yang terdengar menyeramkan. Tubuh Ayu menengang mendengar itu. Ayu menggeleng dengan air mata yang sudah mengalir sangat deras membasahi pipi chubby itu. Ia tidak pernah menyangka bosnya akan melakukan hal sehina ini kepadanya. "Ja-ngan, hiks..." Dex bertambah marah mendengar penolakan Ayu. Pria tampan itu pun mencium paksa bibir merah milik Ayu. Ia tidak peduli kalau Ayu akan membencinya. Yang ia inginkan sekarang adalah membuat Ayu menjadi miliknya. Tentunya ia harus menggagalkan rencana lamaran Ayu dengan pria b******k itu. Ayu memberontak dalam belitan tubuh Dex. Ia memukuli punggung Dex tak lupa kakinya juga menendang-nendang. Tapi usahanya sama sekali tidak berarti. Dex begitu mendominasi tubuhnya. Gadis itu merasa sangat kotor karena bibirnya dihisap oleh pria yang bukan suaminya. Ayu merasa sangat hancur. "Enghh." Itu bukan suara desahan, tapi tangis Ayu yang tersumbat bibir Dex. Dex sendiri tidak memperdulikan Ayu yang hampir kehabisan napas. Pria itu sibuk meraup kesenangannya sendiri dan tanpa sadar membuat gadis di bawahnya ini sakit hati. Setelah lima menit lebih Dex merasakan bibir merah Ayu pria itu melepaskan tautan bibirnya, tapi tidak dengan menjauhkan wajahnya. Pria itu beralih mengecupi pipi Ayu hingga menimbulkan suara. "Cu-hiks-kup, Kak." Ayu dengan sesenggukan mencoba berbicara lagi. Tubuh Ayu sudah lemas, ia capek memberontak dan mengakibatkan tubuhnya remuk. Kini ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa selain meminta belas kasihan dari Dex. "Hm," Dex hanya bergumam tanpa menghentikan kecupannya. "K-ak," Ayu memalingkan wajahnya ketika Dex dengan tambah intens mengecupi wajahnya. "Aku akan berhenti jika kamu setuju untuk membatalkan acara lamaran sialan itu!" Ada kemarahan tertahan dari nada bicara Dex. Sebenarnya ia bisa saja mengutus orang kepercayaannya untuk menggagalkan rencana lamaran Ayu dan pria itu. Tapi Dex ingin Ayu sendiri yang setuju untuk membatalkan acara lamaran itu. Mendengar ucapan itu tiba-tiba rasa marah berkobar di dalam hatinya. Siapa Dex yang menyuruhnya untuk membatalkan acara lamarannya dengan Sabda? Apa urusan pria itu? Dengan keberanian penuh Ayu menatap tajam ke arah Dex meskipun air mata masih setia mengalir di pipinya. "Atas dasar apa Kakak menyuruhku membatalkan acara lamaran itu? Kakak bukan siapa-siapa!" Rahanga Dex mengeras mendengar nada bicara serta penolakan Ayu. Dex adalah pria yang pantang ditolak oleh siapapun. Dan sekarang beraninya Ayu menolak perintahnya. "Aku beri kamu kesempatan sekali lagi untuk membatalkan lamaran itu, Ayu. Sekarang telpon pria sialan itu dan batalkan!" Dex menekan tubuh Ayu lebih kuat. Pria ingin seolah ingin meremukkan tubuh mungil milik Ayu. Ayu menggeleng kuat, ia tidak akan menuruti kata-kata Dex. "Gak! Aku gak mau!" Teriak Ayu tepat di wajah merah padam milik Dex. "Baik kalau kamu tidak mau, aku akan pakai cara kasar. Aku akan memasukimu dan membuatmu hamil anakku!" Ucap Dex datar sarat akan kearahan dan keseriusan. Ayu menggeleng panik pasalnya Dex langsung beraksi. Pria itu mencium bibirnya lebih brutal dari sebelumnya. Bahkan gigitan kecil-kecil ia rasakan. Tangis yang tadi sempat reda kini bertambah deras dengan ketakutan Ayu yang juga bertambah. "Engghh." Dex melepaskan hisapannya, ia menatap wajah berantakan milik perempuan yang ia cintai ini. Bibir merahnya bengkak dan ada sedikit darah akibat gigitannya. "Kakak jahat! Aku benci Kakak!" Ayu menjerit di antara tangisannya. Mendengar itu hati Dex seperti tertimpa batu besar. Gadisnya membencinya? "Kalau kamu tidak ingin aku memperkosamu maka laksanakan perintahku sekarang!" Ayu menggeleng pelan, gadis itu sudah tidak berdaya lagi. Kepalanya pusing akibat tangisnya yang cukup lama pun ditambah tubuhnya yang remuk akibat tubuh besar Dex yang menindihnya. Dan pada akhirnya tubuh Ayu sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit itu. Ayu pingsan. Dex yang melihat Ayu menutup mata pun panik. "Sayang, bangun! Hei! Sayang!" Dex menepuk pelan pipi Ayu, tapi nihil. Ayu tidak bergerak sama sekali. Karena tidak ingin terjadi apa-apa pada Ayu, Dex pun menelpon dokter pribadinya untuk segera datang ke kantornya. Dex merubah posisi tubuh Ayu agar lebih nyaman. Pria itu berbaring di sebelah Ayu dan memeluknya posesif sambil menunggu dokternya datang. Pria kejam itu memotret dirinya dan Ayu untuk ia jadikan senjata. Kali ini Dex tidak akan main-main lagi dengan ancamannya. Dex akan membuat hidup mereka menderita jika masih mengharapkan Ayu menjadi istri pria itu. Setelah puas dengan berbagai posisi, Dex menyimpan ponselnya kembali dan tersenyum iblis. *** Sementara di kost Esa sedang sibuk menghubungi Ayu yang belum kembali sampai petang. Ia begitu khawatir dengan sahabat rasa saudaranya itu. Karena biasanya Ayu pulang pukul lima sore, itupun kalau terlambat karena macet. Mana ponsel Ayu tidak bisa dihubungi sama sekali. Dan Ayu tidak memberi kabar sama sekali sejak berangkat tadi. "Duh, gimana ini? Mana gak punya nomor mbak-mbak waktu itu, sih." Esa mondar-mandir di depan pintu menunggu kepulangan Ayu. Karena sudah sangat frustrasi, Esa pun memutuskan untuk menghubungi Sabda selaku calon suami Ayu. Atau bisa jadi Ayu sedang bersama Sabda? Semoga, batin Esa positif thinking. "Hallo, Kak. I-" "Assalamualaikum, Esa." Ucapan Esa terpotong salam Sabda. Ia jadi sampai lupa untuk mengucapkan salam. "Hehe, wa'alaikumussalam, Kak." "Kenapa nih tumben nelpon, Kakak?" Esa mengigit bibirnya, "Em. Apa Kakak bareng sama Ayu sekarang?" "Gak, tuh. Kakak lagi di rumah teman ngerjain tugas. Emang kenapa? Ayu gak apa-apa, kan?" Nada suara Sabda berubah menjadi khawatir. "Beneran, Kak, Ayu gak lagi sama, Kakak?" Esa memastikan sekali lagi. Jantungnya berpacu sangat kencang seolah ingin keluar dari dadanya. "Iya, yakin. Dari tadi pagi Kakak belum ada kabar dari Ayu. Ayu kenapa, Sa? Jawab jujur." Kali ini nada Sabda sudah sangat khawatir. Esa tidak bisa menahan tangisnya lagi, ia terlalu khawatir dengan keadaan Ayu. "Hiks, Ayu belum pulang, Kak. Nomornya gak bisa dibungkus. Aku takut." "Apa?" Suara terkejut bercampur khawatir Sabda membuat Esa menangis bertambah deras. "Kamu tunggu di kost, Kakak ke sana. Kita pergi cari Ayu bareng-bareng." Tut! Panggilan terputus. Esa masuk ke dalam kost karena ia harus melaksanakan kewajibannya. Sedangkan Sabda langsung pergi begitu saja dari rumah temannya. "Woy! Mau kemana buru-buru?! Maghrib nih!" "Sabda!" Teriakan teman-temannya tidak Sabda hiraukan. Pria itu ingin cepat sampai di kost Ayu dan Esa. Tuhan, semoga saja gadisku baik-baik sana. Doa Sabda di dalam hati." *** "Pagi, Sayang." Serangai kejam itu terbit ketika melihat mata dengan bulu lentik itu terbuka.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN