Part 7–Hari Pertama

1329 Kata
Part 7–Hari Pertama Awan putih menyelimuti langit di siang terik ini, membuat siapa saja malas untuk keluar rumah. Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan, tidak ada pepohonan untuk sekedar berteduh di jalan. Hal ini tidak membuat gadis berhijab navy untuk keluar dari pintu kost. Bukan apa-apa, tapi kemarin ia sudah berjanji untuk menemui seseorang. Dan tidak mungkin ia akan membatalkan hanya karena panasnya terik matahari. Ia pun pantang menyalahi janjinya. "Ojek, Neng. Mau ke mana?" Sapa pria paruh baya ketika gadis itu mendekat ke arahnya. Gadis itu menggangguk, "iya, Pak. Ke kafe Nana ya, Pak." "Oke, Neng. Ini helmnya." Pak ojek itu memberikan helm pada si gadis yang tak lain adalah Ayudia Fantika. "Siap, Neng?" "Siap, Pak." Motor matic milik Pak ojek mulai membelah jalanan yang tidak terlalu padat. Motor hanya melaju dengan kecepatan sedang, karena Ayu yang meminta. Ia tidak mau ngebut dan malah membahayakan nyawanya. Lagi pula jarak kost dan tempat yang akan Ayu tuju membutuhkan waktu tempuh dua puluh menit saja. "Sampai, Neng." "Ini, Pak. Makasih, ya." Ayu mengulurkan pecahan dua puluh ribuan. "Sama-sama, Neng." Ayu pun memasuki kafe tempatnya membuat janji dengan Fira. "Assalamualaikum, Mbak." Salam Ayu ketika sudah menemukan Fira. Fira berdiri menyambut Ayu, ia juga memeluk dan mencium pipi Ayu. "Wa'alaikumussalam, duduk." "Makasih, Mbak." "Mau pesen, apa?" Fira menyodorkan buku menu pada Ayu. Ayu menerima buku menu, ia membaca daftar menu yang ternyata juga menyediakan makanan berat. "Em, Mbak pesen apa?" "Pasta, kamu mau?" "Iya, samain aja Mbak. Aku bingung," ungkap Ayu malu. Maklum, ketempat seperti ini bisa dihitung jari dalam satu tahun. Bahkan tidak sama sekali. "Oke, Mbak pastanya dua. Minumnya?" Fira bertanya pada Ayu. "Es juruk aja, Mbak." "Pasta dua, capuccino satu sama es juruk satu." Ulang Fira memesan pada pelayan. "Baik, Mbak. Mohon tunggu sebentar." Fira menatap Ayu, ia mengamati Ayu. Gadis yang digilai oleh sahabatnya, Dex. Dari pengamatannya, Ayu adalah gadis yang lugu dan manis. Tutur katanya juga lembut, baik hati pula. Pantas saja Dex seperti bucin kelas kakap. Ah, tapi ia juga kasihan dengan Ayu. Apa jadinya nanti kalau Ayu jadi istri Dex yang super posesif. "Em, Mbak Fira kok liatin aku gitu?" Tanya Ayu tidak nyaman melihat tatapan Fira. Fira tersadar, "eh eh. Hehe, gak kok. Mbak cuma mau lihat wajah cantikmu." Ayu tersipu mendengar itu, "Mbak Fira lebih cantik." "Silahkan, Mbak. Pesanannya," seorang pelayan datang menginterupsi obrolan mereka. "Makasih, Mas." "Sama-sama, selamat menikmati." "Ayo, Ay. Makan dulu," ajak Fira. Mereka akhirnya makan dengan keadaan tenang, tidak ada yang berbicara selama makan berlangsung. "Ay, kamu masih kuliah apa gimana?" Fira mulai melancarkan aksinya. "Em, kuliah Mbak. Sebenarnya kemarin sambil kerja, tapi dipecat." Ujar Ayu sedikit sedih mengingat ia belum memiliki pekerjaan baru. "Kenapa dipecat?" Fira mencoba mendekati Ayu. Selain karen tugasnya dari Sam, ia juga senang berkenalan dengan Ayu. Gadis ini ramah dan unik. Ayu tersenyum pedih, "hehe. Ada sedikit masalah Mbak." "Em, kebetulan banget. Kamu mau gak kerja di kantor temenku." Fira merapalkan doa agar Ayu mau menerima tawarannya ini. Ayu menatap Fira ragu, sebenarnya ia ingin mengiyakan tawaran itu. Tapi ada rasa ragu, karena ia baru mengenal Fira kemarin siang. "Em," Fira mengibaskan tangannya, ia tahu kalau Ayu bimbang. "Udah, jangan khawatir. Aku bukan orang jahat, kok." Ayu menatap Fira sekali lagi, ini tidak boleh di sia-siakan. "Em, boleh Mbak." "Sip, em tapi kerjaannya jadi OG, gimana?" Duh, mau deketin cewek kok di suruh jadi OG, Dex, Dex. Ayu menggangguk senang, tidak masalah meski hanya menjadi OG. Yang penting ia dapat kerjaan dan pastinya halal. "Gak papa, Mbak. Udah biasa bersih-bersih." "Oke, besok kamu udah mulai kerja loh." "Iya, Mbak. Siap." Mereka pun terlihat obrolan yang lain seputar perempuan. Tak sadar sedari tadi, kalau ada sepasang mata yang mengawasi mereka sedari tadi. *** "Kamu yakin gak papa, Ay jadi OG?" Tanya Esa ragu pada Ayu. Ayu tersenyum ke arah sahabatny, "iya. Ini hari pertama aku kerja." Ucap Ayu antusias. Dan melihat hal itu, membuat Esa tidak jadi menyampaikan ketidak setujuannya pada kerjaan Ayu yang baru. "Ya udah kalau gitu, semangat!" "Pastinya, aku duluan ya, Sa. Assalamu'alaikum," Ayu pergi meninggalkan kost mereka untuk bekerja di tempat baru. "Wa'alaikumussalam, hati-hati!" Esa menatap kepergian Ayu, ia jadi ikut senang kalau Ayu semangat seperti ini. Akhirnya Ayu bisa mendapatkan kerja lagi. *** Hari pertama Ayu kerja tidak ada hal yang melelahkan. Ia malah disambut begitu baik oleh sesama rekannya di sana. Padahal ia kira seperti yang ada di n****+ yang pernah aku baca. Perusahaan tempat kerja Ayu sangat besar, Ayu sampai dibuat kagum dan heran. Selama tinggal di sini, ia tidak pernah tahu mengenai bangunan ini. "Huh, bentar lagi sampai." Keluh Ayu ketika berjalan dari halte menuju kostnya. Tempat kerja Ayu cukup jauh, dan cukup mahal kalau menggunakan angkot. Maka dari itu ia memimih untuk mengunakan bus. "Ay, Ayu!" Ayu yang berjalan lemas pun berhenti kala mendengar panggilan dari seseorang. Sebelum Ayu menoleh, suara yang ia kenal semakin dekat. "Ay, cepat sekali jalannya." Protes seorang pria yang tak lain Sabda. Ada apa gerangan Sabda di are kostnya sore ini? "Em, maaf, Kak. Aku gak tau, ada apa ya, Kak?" Ayu tidak menutupi rasa herannya. Sabda tersenyum manis, berharap Ayu akan terpesona dengannya. "Em, ini aku mau nawarin kamu kerja. Di rumah makan punya tanteku." Ayu tersenyum tipis, "maaf, Kak. Tapi ini aku habis pulang kerja." Sabda menatap Ayu sedikit kecewa, ia terlambat. "Em, kamu udah dapat kerja?" "Alhamdulillah, udah Kak. Hari ini hari pertama." Ujar Ayu senang. "Kerja apa?" "OG di perusahaan depan situ." Sabda menyerngit heran, Ayu jadi OG? "Kamu jadi OG?" Ayu mengangguk, "iya." "Em, kamu tidak mau memikirkan tawaran dari ku. Di sana kamu jadi bagian kasir, tidak akan lelah." Menurut Sabda OG tidak pantas untuk Ayu yang cantik. Lebih baik menjadi kasir dari pada OG. Ia sedikit tidak rela Ayu bekerja di sana. Ayu tersenyum lagi, "maaf, Kak. Tapi aku suka sama pekerjaan aku yang sekarang. Di sana teman-temannya baik dan ramah." Mendengar hal itu membuat Randi diam, sepertinya tawarannya ditolak. "Hehe, gak papa. Tapi nanti kalau berubah pikiran bilang ya, sama kakak. Di sana terbuka lebar untukmu." "Makasih, Kak. Kalau gitu aku pulang dulu, ya. Udah sore, assalamu'alaikum." Pamit Ayu pada Sabda. "Iya, wa'alaikumussalam." Hah, lagi-lagi Sabda gagal. Tapi sekali lagi tidak apa, ia harus berjuang lebih keras lagi. Agar Ayu bisa melihat kesungguhannya untuk menjadikan Ayu sebagai istri. Dan yang ia butuhkan adalah rasa sabar. Maka hasilnya tidak akan mengecewakan. *** Sedangkan di tempat lain, tepatnya di sebuah ruangan mewah yang menjadi ruang kerjanya. Seorang pria tampan yang menduduki sebagai CEO. Dialah lah, Dexton. Sedari tadi ia tidak berhenti tersenyum, bahkan ia seperti orang gila. Apalagi yang bisa membuatnya seperti ini kalau bukan gadis kecilnya. Yah, hari ini Ayu sudah mulai masuk kerja di perusahaannya. Tapi ia belum bertemu langsung dengannya, tidak apa. Karena ini bagian dari rencananya. Bukan tidak ada alasan Dex memilihkan Ayu sebagai OG. Ini semua sudah tersusun rapi dalam rencana-rencana licik dalam otak cerdasnya. Bunyi telepon masuk membuat Dex tersadar, ternyata Fira sebagai penelpon. "Hallo," jawab Dex malas. Mau apa lagi anak satu ini. "Dex, mana bonus untukku." Ujar Fira setengah kesal. Pasalnya ia belum mendapatkan bonus dari Dex karena sudah membawa Ayu ke perusahaannya. Dan hari ini ia menelpon untuk menagihnya, dan Fira akan memanfaatkan Dex, haha. Dex berdecak kesal, "bonus apa lagi? Apa kemarin kurang sudah memborong seisi mall?" Kini ganti Fira yang berdecak, "itu beda. Ini bonus karena sudah berhasil merayu Ayu kerja di tempatmu." "Ck, ada-ada saja kamu ini. Minta saja sama suamimu." "No, bonus atau aku bocorkan semuanya ke Ayu!" Ancam Fira. "Huh, berani kau bocorkan hilang suamimu!" Ancam Dex balik. "Jadi, segera transfer ke rekening ku!" Tut. Panggilan dari Fira terputus tanpa menunggu jawaban dari Dex. "Argh! Fira sialan!" Dex pun tidak punya pilihan lain, ia mentransfer Fira dengan jumlah yang tidak sedikit, sepuluh juta. Ah, bukankah Dex sangat baik. Meskipun menggerutu tapi jumlah yang ia kirim tidak tanggung-tanggung. Dan Ayu adalah orang yang akan ia buat bahagia. Hm, tunggu saja waktunya tiba.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN