Part 8~Bertemu

1576 Kata
Part 8~Bertemu Di pagi hari yang di iringi hujan ini, aktivitas masih berjalan seperti biasanya. Hujan tidak menghentikan aktivitas mereka sama sekali. Bahkan ada yang rela berhujan-hujanan demi sesuap nasi. Tidak ada bedanya dengan Ayu, dia rela berbasah-basah dari kost menuju kantornya. Ia tidak ingin terlambat di hari kedua kerjanya. Ini masih terlalu dini untuk melakukan kesalahan. "Ya Allah, Ay. Bajumu basah semua," ujar temannya kaget melihat Ayu masuk ke ruangan khusus OG dengan keadaan basah kuyup. Ayu tersenyum, tubuhnya menggigil kedinginan. "Mau gimana lagi Mbak, dari pada nanti di pecat." "Udah cepet sana ganti." Usirnya karena kasihan melihat Ayu yang mengigil. "Nih, Mbak buatin teh anget." Ayu yang baru keluar dari ruang ganti menatap hari ke arah Mbak Nina, perempuan tiga puluh tahunan yang paling ramah di antara teman-teman yang lain. Nina juga menjadi senior di antar pekerja yang lainnya. Ayu menerima cangkir berisi teh dari Mbak Nina, "makasih, Mbak. Malah bikin repot." Ujar Ayu tidak enak hati. Mbak Nina mengibaskan tangannya, tanda tidak apa-apa. "Kamu ini kayak sama siapa aja. Bawa santai aja." Ayu tersenyum haru, di dunia ini masih banyak sekali orang-orang yang baik. Dan Ayu sangat berterima kasih atas hal itu. "Kamu nyaman gak pake baju itu?" Tanya Mbak Nina memperhatikan penampilan Ayu yang menggunakan seragam petugas kebersihan di kantor ini. Baju lengan panjang, tapi panjang bajunya tidak sampai bawah p****t. Ia takut kalau Ayu tidak nyaman, karena pakaian sehari-hari Ayu adalah gamis atau tunik. Ayu menatap tampilannya, ia meringis. Sebenarnya tidak nyaman, tapi bagaimana lagi. "Em, nyaman kok Mbak." Jawabnya sedikit ragu, untung saja jilbab yang ia pakai cukup besar. Nina menangkap ada nada ragu dari ucapan Ayu, dan ia harus segera melapor agar segera ditindak lanjuti. Apa kalian tahu? Kalau Nina ini sebenarnya ditugaskan oleh Dex untuk menjadi penjaga Ayu. Menanyakan ini itu yang berkaitan dengan pekerjaannya di sini, ataupun masalah pribadi dengan teman yang lain. "Beneran?" Ayu menggangguk meyakinkan, ia tidak berani request karena ia masih baru. "Oke," Nina mengiyakan saja apa kata Ayu. Ia akan menyampaikan ini pada Indra, sekretaris Dex agar disampaikan pada Dex. "Ayo semuanya, kita mulai kerja. Pembagian tugasnya lihat di papan, ingat jangan ada yang tertinggal!" Ajak Nina pada rekan kerjanya yang lain. Mereka berjumlah dua puluh tiga orang, terpisah dengan laki-laki. "Siap, Mbak!" Teriak mereka serempak dan mulai mengambil alat-alat kerja mereka. Setiap harinya, pembagian kerja selalu berubah. Agar semuanya merasakan pekerjaan yang berat dan ringan, mencegah rasa iri yang timbul di antara mereka. Nina mencegah Ayu yang hendak pergi, "Ay, berhenti dulu." Ayu menoleh ke arah Nina, "kenapa Mbak? Ada yang bisa aku bantu?" Nina menggeleng, "bukan. Kamu di sini aja, jangan ke mana-mana dulu." Ayu menyerngit bingung, tadi Nina baru saja membubarkan mereka untuk kerja. Kenapa sekarang malah ia melarangnya untuk pergi? "Loh, kan mau kerja." "Gak usah, kamu tunggu perintah dari Mbak nanti." "Loh kok gitu?" Ayu masih bingung dengan Nina. Nina terkekeh geli melihat kebingungan Ayu, "iya. Udah kamu di sini aja, nanti Mbak panggil kalau ada kerjaan." Ujar Nina yang langsung melenggang pergi. "Loh, Mbak! Mabk!" Panggil Ayu tapi tidak digubris oleh Nina." *** Dex baru saja sampai di kantor, hujan yang deras menghambat kedatangannya. Bukan karena ia malas, tapi ia tidak ingin ambil resiko dengan melakukan perjalanan di hujan yang deras. "Pagi, Tuan. Saya akan membacakan jadwal anda hari ini." Indra mengikuti Dex dari belakang. "Hm," "Jam sepuluh, meeting dengan Mr. William. Dan jam dua siang, meeting dengan para investor." "Hm, boleh keluar." Astaga, Dex. Tidak ada kata terima kasih sama sekali. Untung saja Indra sudah sangat hapal dengan sifat Dex. "Baik, Tuan." "Tunggu, Indra! Teriak Dex ketika Indra hampir mencapai pintu. Indra menoleh dan berjalan ke arah Dex lagi, "ada yang bisa saya bantu Tuan?" "Temui Nina dan suruh dia bawa gadis itu ke sini." "Baik, Tuan." "Kamu boleh pergi." Kali ini Indra benar-benar keluar dan langsung melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Dex. Di lingkungan kantor, hanya Indra dan Nina yang mengetahui tentang Ayu. Pegawai lainnya tidak tahu menahu tentang Ayu yang menjadi incaran Dex. Belum waktunya saja, karena Dex masih ingin menjalankan rencananya. Setelahnya berhasil dan gadisnya menjadi miliknya. Dex tidak akan menutupi lagi, karena semua orang harus tahu bahwa Ayu hanya miliknya. *** "Ay, kamu dimana?" Teriak Nina mencari Ayu yang tidak ada di dalam ruangan. "Ay, Ayu!" Belum ada jawaban, Nina jadi panik sendiri. "Ayu!" "Di sini Mbak." Ayu muncul dari balik pintu kamar mandi. Melihat itu, Nina mendesah lega. Ia takut kalau sampai Ayu kabur. Bisa kena gorok sama bos besar. "Ayo ikut aku. Kita ke ruangan bos besar." Ajak Nina menarik tangan Ayu. Ayu kebingungan, "loh Mbak. Ngapain ke ruangan bos besar?" "Sutt, nanti kamu tau sendiri." "Tapi, Mbak-" "Udah, jangan bawel." Ucapan Ayu terpotong Nina. Akhirnya Ayu memilih diam mengikuti kemana Nina akan membawanya. Saat memasuki lift, ia melihat Nina memencet angka lima belas. Berarti ruangan bos besar berada di lantai paling atas, yaitu lantai lima belas. "Ayo," Nina kembali menarik tangan Ayu. "Pagi, Pak Indra." Sapa Nina ketika di depan meja kerja Indra. Indra tersenyum, "pagi juga, Mbak Nina. Silahkan, anda sudah ditunggu Tuan Dex." "Baik, Pak. Terima kasih." Ayu hanya diam saja melihat interaksi anatara Nina dan laki-laki yang ia ketahui namanya Indra. Ia kembali mengikuti Nina ketika memasuki ruangan dengan pintu bercat coklat tua. Ia yakin ini adalah ruangan bos besar, dan tadi sekretarisnya. "Permisi, Tuan." "Ya, silahkan masuk." "Duduk." Nina menarik Ayu untuk duduk. Dex belum menunjukkan wajahnya, ia masih sibuk dengan data di laptopnya. Ayu dan Nina juga diam saja. "Ehm," Dex berdehem untuk menarik perhatian dua perempuan di hadapannya. Sontak Nina dan Ayu menatap ke arah Dex. "Nina, apa gadis ini yang kamu rekomendasikan kemarin?" Tanya Dex dengan suara beratnya. Nina yang ditanyai pun mengangguk, "iya, Tuan. Dia Ayu, pegawai baru di sini." Dex memandangi sosok gadis di depannya ini. Caktik, sangat cantik sekali. Dex hampir saja tidak bisa menahan gejolak di hatinya. Ia ingin menarik gadis ini dalam pelukannya. Sejak ia meminta Indra tadi, jantungnya sudah bekerja tidak normal. Ia gugup. Ini pertemuan keduanya, dan kali ini ini ia bisa memandangi wajahnya dengan jelas. Sedang Ayu, ia merasa risih karena dipandangi oleh Dex seintens itu. Seolah-olah pria yang menjadi bosnya ini akan menerkamnya. Ia hanya bisa menunduk, takut dengan tatapan Dex. Tapi ia sudah melihat wajah Dex, tampan satu kata yang terpikir pertama kali ketika melihat Dex. Ayu juga merasa tidak asing dengan wajah Dex, seperti sudah pernah bertemu sebelumnya. Tapi setelah berpikir keras, Ayu tidak mendapatkannya malah membuatnya pusing. "Ehm, jadi kamu siapa namamu?" Tanya Dex pada Ayu. "Em, saya Ayu, Tuan." Jawab Ayu sedikit gugup. "Jadi apa kamu sudah tau apa tugasmu?" Ayu menggeleng, Mbak Nina tadi belum memberikan arahan untuk pekerjaannya. "Belum, Tuan." Dex menoleh ke arah Nina, "Nina, kamu beri tahu tugasnya." "Baik, Tuan." "Ayu, em jadi tugasmu adalah membersihkan ruangan Tuan Dex. Juga menyiapkan minum dan makan untuk Tuan Dex. Apa kamu paham?" Jelas Nina pada Ayu. Ayu mencerna sejenak. "Em, apa tugasku hanya itu?" Terdengar ganjil bagi Ayu. Nina menggangguk yakin, "iya. Pegawai yang sebelumnya sudah resign. Jadi kamu yang akan menggantikan." "Em, baik Mbak." Di saat Nina dan Ayu terlibat obrolan, Dex tidak pernah mengalihkan tatapannya sama sekali dari Ayu. Matanya seolah hanya tertuju pada Ayu, tidak dengan yang lain. Ah, sungguh ini membaut Dex bertambah gila! Gila karena menahan sesuatu di sana! Sial! "Em, Tuan. Ayu sudah setuju," Nina menyadarkan Dex. "Eh, Ehm. Baik, jadi kamu–Ayu mulai hari ini pekerjaanmu memastikan ruangan saya selalu bersih. Dan menyiapkan apa yang saya inginkan untuk makan dan minum." Ayu menggangguk, "baik, Tuan." "Oke, Nina silahkan keluar." Nina pun berdiri berpamitan pada Dex, diikuti Ayu. Tapi,.. "Saya tidak menyuruhmu keluar, Ayu." Suara datar Dex mengentikan langkah Ayu. Sungguh, Ayu gemetaran saat ini. Apalagi kalau harus berada di ruangan ini hanya berdua dengan Dex. "Em, ada yang bisa saya bantu, Tuan?" Ayu mengurungkan niatnya keluar dan berdiri dengan tubuh sedikit membungkuk tanda hormat. "Duduk," titah Dex. Ia tidak ingin Ayu kecapekan berdiri. "Terima kasih, Tuan." "Saya ingin teh agak pahit," beritahu Dex. "Kamu yang buat." Lanjutnya. "Baik, Tuan." "Jangan panggil saya, Tuan." "Eh?" Ayu menatap Dex sebentar, tidak paham dengan permintaan Dex. "Em, maksud Tuan apa?" "Jangan panggil saya, Tuan. Ganti panggilanmu." Dex tidak suka ia dipanggil Tuan oleh Ayu. Ia ingin Ayu memanggilnya dengan panggilan spesial, bukan panggilan untuk seorang atasan. "Em, saya tidak tahu." Ayu menggeleng, menolak usulan Dex. Lagipun ia bingung hendak memanggil Dex dengan panggilan apa. "Kak, panggil saya, Kak." Seperti lima tahun lalu. Lanjut Dex dalam hati, ia merindukan panggilan itu. "Ta-" "Tidak ada bantahan, Ayu." Potong Dex ketika Ayu hendak protes dengan pilihannya. "Coba panggil saya." Titah Dex sedikit memaksa. "Em," Ayu menggigit bibirnya gugup. Panggilan yang diinginkan Dex sungguh tidak masuk akal. Dex adalah bos, dan ia pegawai. Kenapa ia harus memanggil Dex dengan panggilan Kak. "Ayu," panggil Dex sedikit serak. "Em, Ka-k," panggil Ayu lirih. Dex yang mendengar panggilan lirih itu mengerang, hatinya berdesir hebat. Sungguh menyenangkan sekali rasanya! "Ehm, begitu lebih baik. Kamu boleh kembali sekarang " "Baik, Tu- eh, Ka-k." Cepat-cepat Ayu melesat dari ruangan Dex. Jantungnya bertalu-talu memanggil Dex dengan sebutan Kak. Seperti tidak asing, Ayu seperti pernah berada di posisi ini. Memanggil seseorang dengan panggilan Kak, tapi siapa? Sementara Dex sedang mengontrol tubuhnya, ia bereaksi berlebihan. Bahkan saking senangnya, yang di bawah sana juga ikut berdiri. Dex mengerang dengan hal ini, benar-benar memalukan! Dex harus menidurkan terlebih dahulu agar konsentrasi dalam bekerja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN