Part 13~Dekat

1112 Kata
Part 13~Dekat "Ayu, ini ada coklat untuk kamu." Sabda mengulurkan bungkusan berisi coklat yang ia siapkan sejak kemarin sore. Ayu yang sudah berada di luar gerbang di hadang oleh Sabda pun berhenti. Ia sedikit heran karena Sabda memberitahu bungkusan, "em." Ayu ragu untuk menerima bungkusan yang katanya berisi coklat. "Ambil, ini emang Kakak beli khusus buat kamu." Ujar Sabda masih mengulurkan bungkusan itu. Meski ingin menolak, Ayu akhirnya mengambil bungkusan itu. Ia sebenarnya sedikit tidak nyaman ketika diberi sesuatu oleh seseorang, apalagi pria. "Terima kasih, Kak." Sabda tersenyum, ia sangat senang karena Ayu menerima bungkusan darinya. Ia jadi ingin sering-sering memberi sesuatu pada Ayu, agar semakin dekat dengan Ayu. "Iya, sama-sama. Hari ini kamu kerja?" Ayu mengangguk, "iya, Kak. Kan gak ada libur." "Wah, jadi full time. Kamu gak capek?" Sabda sangat antusias karena Ayu mau bercerita sedikit tentangnya. Ini awal yang baik. "Gak, udah biasa. Justru kalau diem aja bingung." "Haha, kamu gadis yang hebat." Puji Sabda tulus. Pipi Ayu langsung panas, ia rasa juga berubah warna. Ayu semakin menundukkan kepalanya, kalau bukan karena rasa yang Ayu miliki, pastinya ia tidak akan segugup ini. "Em, biasa aja kok Kak." Belum sempat Sabda berbicara, ponsel Ayu berbunyi. "Bentar, Kak." Ayu melihat nama yang tertera di layar ponselnya dan Kak Dex lah yang muncul. Kenapa? "Assalamualaikum, Kak. Ada yang bisa aku bantu?" Sapa Ayu sedikit takut. Dari seberang telpon belum ada jawaban, tapi Ayu menunggu dengan sabar. "Em, Kak?" Panggil Ayu akhirnya karena sudah dua menit berlalu belum ada jawaban. "Ke kantor sekarang juga!" Tegas suara di seberang sana. Bahkan menurut Ayu terdengar seperti bentakan. "I-iya, Kak." Jawab Ayu gagap. "Se-ka-rang juga!" Tut. Panggilan terputus. Ayu mendadak cemas, wajahnya juga nampak pucat. Ia takut dengan nada bicara Dex barusan. Sepertinya akan terjadi sesuatu. "Kamu kenapa, Ay?" Tanya Sabda yang melihat perubahan wajah Ayu. Ayu semakin tergagap mendapat pertanyaan dari Sabda. "Eng, gak papa, Kak. Em, aku duluan ya, Kak udah mau telat." Buru-buru Ayu pergi dari hadapan Sabda tanpa menunggu respon dari Sabda. Ayu terlalu takut dengan Dex, jadi ia tidak mau terlambat semakin lama. *** "Pak Indra, apa Tuan Dex ada di dalam?" Tanya Ayu pada Indra, napasnya masih sedikit memburu akibat lari. "Eh, Ayu. Ada, tapi masih ada tamu. Kamu kenapa lari-lari?" Indra memincing menatap Ayu yang ngos-ngosan. "Hehe, gak papa, Pak. Aku kira terlambat," cengir Ayu merasa konyol di depan Indra. "Kamu tunggu aja di sini, paling sebentar lagi selesai." Indra mempersilahkan Ayu untuk duduk di kursi yang disiapkan untuk tamu yang sedang menunggu. "Iya, Pak. Terima kasih." Ayu duduk dan mengeluarkan kipas kecil yang selalu ia bawa, jaga-jaga kalau merasa panas. Meskipun di sini berAC, tapi tidak mempan untuk Ayu. Sudah hampir dua puluh menit Ayu menunggu, tapi tamu yang ada di dalam ruangan Dex belum juga keluar. Entah siapa itu, yang pasti Ayu sudah merasa sebal. Apalagi sebentar lagi jam istirahat siang, Ayu jadi ingin pulang saja. Ayu sudah gelisah dalam duduknya, sesekali melirik ke arah pintu milik bos besar itu. Rasa-rasanya Ayu pengen menerobos pintu itu dan melabarak Dex karena membuatnya menunggu. Tapi rasa ya, tinggal rasa yang ada di dalam hati saja. Tidak akan pernah terealisasikan. "Minum dulu, Ay." Indra menyodorkan botol minuman dingin untuk Ayu. Ia merasa kasihan dengan Ayu karena harus menunggu Dex selama ini. Tapi Indra juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ayu tersenyum cerah, tau saja kalau ia sedang menahan haus. "Makasih, Pak. Pak Indra tau aja kalau aku haus." Cengir Ayu polos. Indra terkekeh mendengar itu, ia juga nampak gemas dengan tingkah Ayu yang langsung menegak habis minumannya. "Hah, leganya. Sekali lagi terima kasih, Pak." "Sama-sama." "Masih lama gak sih, Pak? Aku bosen nunggu." Keluh Ayu menyandarkan pipinya di meja kerja Indra. Indra menatap jam yang ada di tangannya, pukul dua belas enam menit. Sudah satu jam lebih tamu Dex belum juga keluar, entah apa yang sedang dibahas. "Saya juga kurang tau, mungkin sebentar lagi. Tuan Dex biasanya tidak mau berlama-lama dengan tamu." "Ck, sebenarnya siapa sih tamunya? Bikin sebel aja." "Haha, sabar aja, Ayu. Saya juga tidak tahu pasti siapa tamunya, yang pasti seorang laki-laki." Info Indra, tapi tidak membuat Ayu lega. Ia tetap sebal dan jengkel. "Ih, apa aku pulang aja, ya?" Tanya Ayu pada Indra dengan tampang bodoh. Tak! Indra mengetok kepala Ayu dengan pena, "kamu mau dicincang?" Ayu merengut, ia tidak mau dicincang, tapi ia juga sudah malas. "Ya gak mau, Pak. Tapi kok-" Ceklek! Baru saja Ayu ingin merasani tamu Dex, orang yang Ayu maksud sudah muncul dari balik pintu. Seorang pria yang belum tua-tua sekali berjalan dengan santainya menuju lift untuk kembali ke tempat asalnya. "Ih, baru juga mau aku rasani." Ujar Ayu. "Astaga, Ayu. Jangan coba-coba gosip di sini." Peringat Indra, di sini banyak CCTV berjalan, terlalu berbahaya. "Gak kok," bela Ayu. "Suruh Ayu masuk!" Suara dari interkom menghentikan obrolan mereka, Ayu harus cepat menemui bos besarnya. "Aku ke dalam dulu, Pak." "Iya." Tok! Tok! "Masuk." Ceklek! Ayu berjalan menghampiri Dex yang duduk di sofa dengan tabnya. Ia berdiri sambil menunduk di jarak aman dengan Dex. "Ada yang bisa aku bantu, Kak?" Tanya Ayu pelan dan sopan. "Beresi meja ini." Titahnya menunjuk meja sofa yang berantakan. "Iya, Kak." Buru-buru Ayu mengambil sampah yang ada di meja. Sampah dari bungkus makanan ringan. Entah apa yang dibahas Dex tadi. Dex masih duduk anteng di tempatnya, ia tidak beranjak meski ia melihat Ayu gelisah saat mengambil sampah di dekatnya. Dex hanya ingin mengamati Ayu dari dekat. Tapi bukan berarti rasa marahnya hilang begitu saja, Dex masih marah karena mengetahui Ayu berbicara dengan Sabda lagi. Apalagi bocah laki-laki itu memberi Ayu sesuatu. Rasanya Dex ingin berlari dan merampas pemberi pria itu. Dan akan Dex ganti dengan pemberinya yang lebih lagi. "Sudah, Kak. Ada lagi?" Tanya Ayu ketika ia sudah menyelesaikan satu pekerjaannya. Bertanya adalah keharusan bagi Ayu, karena ia tidak tahu apa yang akan menjadi kerjaannya selanjutnya. "Cepat belikan makan!" Titah Dex dingin. Ayu kaget, nampaknya Dex masih dalam mood kurang baik. Jadi Ayu harus berhati-hati, "iya Kak. Mau menu apa?" "Kesukaan mu." "Hm?" Ayu mengangkat wajahnya mendengar ucapan Dex. "Makanan kesukaan mu," titahnya lebih jelas. "Iya, Kak." "Dua porsi," tambah Dex. "Iya, Kak. Aku pergi dulu," Meksipun Ayu tidak paham, tapi Ayu tetap keluar dari ruangan Dex. Ia takut dengan aura dan tatapan Dex yang menusuk. Makanan kesukaannya? Apa? Ayu sendiri juga bingung dengan makanan kesukaannya. Karena ia suka semua jenis makanan, jadi ini Ayu mau beli apa? Nasi Padang? Nasi goreng? Bakso? Mie ayam? Soto? Hah, lebih baik Ayu membelikan sesuatu yang mengenyangkan. Dan bos tidak dalam mode menyeramkan lagi. Mungkin saja Dex bad mood gara-gara lapar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN