Seumur hidupnya Bastian sekalipun belum pernah mengalami yang namanya jatuh cinta. Selama ini dirinya hanya mendedikasikan hidupnya untuk Christian yang tak lain ada adik sepupunya.
Bastian bahkan tak pernah menerima ajakan sahabat-sahabatnya yang selalu mengajaknya untuk sekedar hangout, karena ia tak mungkin meninggalkan Christian sendirian di rumah. Ia juga tak mungkin mengajak Christian keluar bersama dengan teman-temannya karena kondisi Christian.
Belum lagi Christian selalu merasa tak nyaman saat bersama dengan orang-orang yang sama sekali tak dikenalnya, membuat Bastian urung untuk mengajak Christian berbaur dengan teman-temannya.
Tapi kini, Bastian sepertinya mulai keluar dari jalur. Bisa-bisanya dirinya mencintai wanita yang sama-sama dicintai oleh adik sepupunya itu.
Apa Bastian mulai merasa jenuh dengan hidup yang dijalani selama ini? menjadi bayang-bayang bagi seorang Christian Josep?
“Bas, aku pergi dulu ya. Aku gak bisa temani kamu disini.”
“Hem, jangan lupa nanti kamu kasih laporannya ke aku soal pembangunan hotel itu.”
“Ok, aku pergi dulu,” ucap Dicky sambil menepuk bahu Bastian, lalu melangkah keluar dari ruang inap Christian.
Bastian melangkah menuju ranjang, mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada di dekat ranjang. Ditatapnya wajah pulas Christian, lalu menghela nafas panjang.
Maafin aku, Chris. Tapi aku janji, aku akan mengubur dalam-dalam perasaan aku ini. Jenny menganggap aku adalah kamu, itu artinya yang dia suka itu kamu, bukan aku. Aku akan dukung kamu sama Jenny, itu janji aku.
Bastian melihat kedua mata Christian yang mulai terbuka dengan perlahan. “Kamu sudah bangun?”
Bastian membantu Christian yang ingin bangun dan membantunya duduk bersandar di sandaran ranjang, membenarkan selimut yang menutup kedua kaki Christian.
“Apa kamu mau minum?”
Christian menjawab dengan gelengan kepala, tapi tatapannya masih mengarah ke kedua mata Bastian.
“Atau mau aku kupasin buah?” tawar Bastian lagi, dan sekali lagi mendapat jawaban gelengan kepala.
“Ok.” Bastian menyerah. Ia yakin, saat ini adik sepupunya itu sedang menunggu kejujuran darinya tentang kejadian siang tadi di taman.
“Maaf,” ucap Bastian tanpa mengalihkan tatapannya pada kedua mata Christian.
“Kenapa kamu meminta maaf sama aku? memangnya apa kesalahan kamu sama aku? setahu aku kamu gak punya salah sama aku.”
“Aku tau, kamu tadi melihatku bersama dengan Jenny di taman. Kenapa kamu diam dan gak bertanya sama aku, kenapa aku bisa bersama dengan Jenny tadi?”
“Aku tau, kamu melakukan itu hanya untuk membantuku. Benarkan? Kamu gak ingin sampai Jenny merasa kesepian, jadi kamu muncul dan menyamar jadi aku untuk menghiburnya.”
Bastian menepiskan senyumannya, lalu mengangguk. Memang itu alasan dirinya menyamar sebagai Christian tadi di depan Jenny.
“Maaf, kalau aku gak ijin dulu sama kamu. Aku hanya gak tega melihat Jenny duduk di depan rumahnya sendirian. Saat aku hampiri, ternyata dia sedang menunggu kamu. Apa kamu berjanji akan menemuinya hari ini?”
“Gak juga. Mungkin karena kejadian semalam, dia jadi merasa bersalah karena sudah menuduh aku berbohong, meski semua itu memang benar. Aku memang sudah berbohong padanya, aku sudah mempermainkannya.”
“Aku memanfaatkan kebutaannya untuk menutupi jati diriku yang sebenarnya.”
“Chris, aku yakin kamu akan segera sembuh, dengan begitu kamu gak perlu berbohong lagi. Kamu dan Jenny suatu saat nanti pasti akan bisa bersama.”
“Bas, aku tau, kamu hanya membohongiku. Aku tau, aku gak akan bisa sembuh. Tapi, kamu harus berjanji sama aku, Bas.”
“Janji apa maksud kamu, Chris?” tanya Bastian dengan dahi mengernyit. Kalau Christian meminta hal-hal yang aneh, dirinya tak akan mau melakukannya.
“Berjanjilah sama aku, kalau kamu akan selalu ada buat Jenny. Gantikan aku disaat aku gak bisa bersamanya. Apapun yang akan terjadi nanti, jangan pernah kamu meninggalkannya sendirian.”
Bastian menggelengkan kepalanya. Ia tak ingin terus menerus terjebak dalam cinta segitiga itu. Tepatnya cintanya yang bertepuk sebelah tangan, karena yang Jenny cintai bukan dirinya, melainkan Christian.
“Aku mohon, Bas. Hanya kamu yang bisa aku harapkan. Aku gak mau Jenny merasa kehilangan saat aku pergi nanti.”
“Gak, Chris! Kamu ini ngomong apa sih! Kamu gak akan pergi kemana-mana. Kami akan berusaha untuk kesembuhan kamu. Kamu yang akan ada di samping Jenny, bukan aku.”
Bastian lalu mengambil pisau dan buah apel, dikupasnya buah apel itu, lalu dipotongnya menjadi kecil-kecil, diletakkan nya di atas piring kecil.
“Gak usah bahas itu lagi, sekarang kamu makan buah ini supaya kamu bisa cepet pulih dan keluar dari rumah sakit ini. Kamu bisa bertemu lagi sama Jenny,” ucap Bastian sambil mengulurkan garpu yang sudah dirinya tusukan ke potongan buah apel.
“Bas, aku serius dengan permintaan aku tadi. Aku mau kamu berjanji sama aku, Bas. Kalau terjadi sesuatu sama aku nanti, jangan pernah tinggalin Jenny.”
“Chris! Kamu egois kalau kamu memintaku untuk melakukan itu. Aku juga gak mungkin terus menerus membohongi Jenny.”
“Gak, Bas. Kamu hanya perlu bersandiwara saat aku gak bisa bersamanya. Jika sudah saatnya, aku akan kasih tau Jenny semuanya.”
Christian menggenggam tangan Bastian. “Aku mohon, Bas. Aku mohon, berjanjilah sama aku, Bas. Berjanjilah kamu gak akan pernah ninggalin Jenny jika terjadi sesuatu sama aku nanti.”
“Chris ….” Bastian begitu berat untuk menjawab, karena dirinya tak ingin kehilangan Christian. Tapi, dari dalam lubuk hatinya yang terdalam, dirinya sudah berjanji pada dirinya sendiri, kalau dirinya akan selalu ada buat Jenny, meskipun Christian tak memintanya.
“Bas, aku mencintai Jenny. Aku ingin membuatnya bahagia, aku ingin membantunya menyembuhkan kedua matanya. Aku ingin melihat dia bisa melihat lagi. Aku ingin dia bisa melihatku suatu hari nanti.”
Ada rasa nyeri di hatinya saat Bastian mendengar pengakuan cinta Christian kepada Jenny, tapi dirinya memang sudah mengetahui itu. Tapi saat mendengarnya langsung, hatinya tetap merasakan sakit.
“Aku akan dukung kamu, Chris. Baiklah, aku akan tetap bersandiwara menjadi kamu, disaat kamu gak bisa menemui Jenny. Aku akan lakukan tugas kamu dengan membuat Jenny merasakan kehadiran kamu di sampingnya.”
Christian mengulum senyum. “Terima kasih, Bas. Sekarang aku sudah bisa tenang. Aku yakin, dengan kehadiran kamu, Jenny tak akan pernah merasa kesepian lagi.”
“Tapi kamu juga harus janji sama aku, Chris. Kamu harus tetap berjuang dan melawan penyakit kamu, setelah kamu sembuh nanti, katakan isi hatimu kepada Jenny.”
Christian menganggukkan kepalanya dengan mengulum senyum. Tapi masih ada yang mengganjal di hatinya, tentang bagaimana perasaan Bastian kepada Jenny, karena ia tak ingin sampai Bastian memiliki perasaan yang sama seperti dirinya.
“Bas, boleh aku tanya sesuatu sama kamu?”
“Hem, apa itu?” karena Christian tak mau memakan buah apel yang sudah dikupasnya, akhirnya ia makan sendiri itu buah apel.
“Apa kamu suka sama Jenny?” tanya Christian dengan tatapan mengitimidasi.
Mendengar pertanyaan Christian, membuat Bastian tersedak buah apel yang mau ditelannya. Ia lalu mengambil botol air mineral, dibukanya lalu diteguknya hingga tinggal separuh.
Bastian menepuk-nepuk dadanya sendiri. “Tadi kamu tanya apa?”
“Apa kamu suka sama Jenny? Aku gak mau sampai kita memiliki perasaan yang sama. Kalau kamu suka sama Jenny, aku akan mundur, Bas.”
“Jadi lebih baik kamu jujur sama aku sekarang. Selama kamu bersama dengan Jenny, apa kamu merasakan sesuatu saat di hati kamu?”
“Aku ingin kamu jawab dengan jujur. Jangan bohongi hati kamu, Bas. Lebih baik kamu jujur sama aku, karena aku gak akan pernah maafin kamu kalau kamu bohong sama aku.”