Aku mencintai kamu.

1105 Kata
Christian menangkup kedua pipi Jenny. “Kamu kenapa?” tanyanya lagi. “Apa ada yang aneh dengan bentuk wajahku? Atau kamu merasa kalau aku ini bukanlah Christian dan berniat untuk membohongimu?” tanya Christian lagi. “Bukan begitu.” Jenny lalu menyentuh kedua punggung tangan Christian yang ada di pipinya, lalu menurunkannya. “Chris, ada yang ingin aku katakan sama kamu.” “Aku juga, ada yang ingin aku katakan sama kamu, tapi kamu duluan aja. Apa yang ingin kamu katakan sama aku?”Christian beralin menggenggam tangan Jenny. Jenny merasa ada yang aneh dengan hatinya, kemarin saat berdekatan dengan Christian, jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Tapi kenapa sekarang berbeda? Aku yakin, pasti ada yang salah dengan jantungku. Tapi aku gak akan mengurungkan niatku untuk mengatakan kepada Christian tentang apa yang aku rasakan. Aku gak peduli kalau nantinya Christian akan menolakku. Jenny mengambil nafas secara perlahan, lalu mengeluarkan secara perlahan. Ia kembali mengumpulkan keberaniannya untuk mengutarakan isi hatinya kepada Christian, pria yang berhasil menggetarkan hatinya yang sudah lama beku. Jenny lalu kembali meraba wajah Christian, dari kedua alis, kedua mata, hidung, dan yang terakhir bibir. Jemarinya dengan perlahan menyentuh kedua baris bibir milik Christian. “Jen, apa yang ….” Suara Christian tertahan, saat satu kecupan mendarat tepat di bibirnya. Kedua mata Christian membulat dengan sempurna, bersamaan dengan detak jantungnya yang seketika berdetak dengan sangat cepat. “Argghh!” Christian menjerit sambil mencengkram dadanya, ia lalu bergegas mengambil botol obat dari dalam saku celananya. Jenny tampak panik saat mendengar jeritan Christian. “Chris, kamu kenapa?” tanyanya cemas sambil meraba-raba d**a Christian, hingga tangannya tak sengaja menyentuh punggung tangan Christian yang meremas dadanya. “Chris, kamu kenapa?” tanya Jenny lagi hanya tak mendapat jawaban atas pertanyaannya tadi. “A—aku gak apa-apa.” Christian sudah menelan dua butir obat yang tadi dirinya masukkan ke dalam mulutnya. “Jen, a—apa yang kamu lakukan tadi? Kenapa kamu menciumku?” tanya Christian kemudian. Christian bisa melihat kedua pipi Jenny yang bersemu merah. “Maaf, aku gak bermaksud untuk mengejutkan kamu, tapi aku harus mengatakannya sama kamu.” “Mengatakan apa?” “Chris, apa aku boleh mengatakan sesuatu sama kamu?” “Hmm, apa yang ingin kamu bicarakan sama aku?” “Aku ingin bicara jujur sama kamu.” Christian menatap kedua mata Jenny, meskipun Jenny tak akan bisa melihatnya. Ia akan menunggu, apa yang akan Jenny katakan padanya. “Chris, aku mencintaimu,” lanjut Jenny dengan tetap berdiri di depan Christian. Ia yakin, kalau seandainya dirinya bisa melihat, mungkin posisinya saat ini kedua mata mereka saling menatap satu sama lain. Christian jelas terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Jenny. Padahal niatnya dirinya yang ingin mengutarakan cintanya kepada Jenny, tapi sekarang justru Jenny yang menyatakan cinta padanya. Dalam hati jantung Christian dikejutkan dengan hal yang tak pernah dirinya bayangkan sebelumnya. Pria bertubuh tinggi tapi tak gemuk dan tak kurus itu, seperti tengah bermimpi saat ini. Gadis yang dirinya cintai ternyata juga mencintainya. “Chris, kenapa kamu diam? maaf, kalau aku sudah lancang mencintai kamu. Gak seharusnya aku merasakan perasaan ini, tapi aku juga gak bisa mengendalikan perasaan aku.” Christian meremas dadanya, masih sedikit nyeri, tapi sudah tak sesakit tadi. “Jen, maaf.” Christian menangkup kedua pipi Jenny, lalu mengecup bibir mungil gadis itu, membuat tubuh Jenny seketika beku. “Chris, apa kamu ….” “Terima kasih sudah mencintaiku, kamu gak perlu meminta maaf, karena aku juga mencintai kamu,” ucap Christian dengan senyuman di wajahnya. Tapi sayang, Jenny tak bisa melihat senyumannya. Sungguh, Christian sangat bahagia saat ini. Ternyata cintanya terbalas, ia ingin sekali memberitahu keluarganya, terutama Bastian, kalau Jenny mencintainya. “Apa, Chris? Kamu gak bohongkan?” Christian mengeleng, lalu menarik Jenny ke dalam pelukannya. “Aku mencintaimu, Jen, sejak pertama kali kita bertemu, kamu sudah menarik perhatian aku.” Jenny membalas pelukan Christian. Ia juga merasakan apa yang Christian rasakan, dirinya juga sangat bahagia saat Christian ternyata membalas perasaannya. Sementara itu di tempat lain, saat ini Bastian tengah berdiri di depan kaca jendela besar yang memperlihatkan pemandangan Ibu Kota Jakarta. Gedung-gedung yang menjulang tinggi. Pusat-pusat pertokoan yang berjajar rapi di pinggir jalan. Bastian menghela nafas panjang, dengan kedua telapak tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya, pria yang saat ini berusia dua puluh tiga tahun itu tengah membayangkan sosok gadis cantik yang selalu mengusik pikirannya. “Buang jauh-jauh perasaan kamu, Bas, karena kamu tau, kalau Christian juga mencintainya,” monolog Bastian pada dirinya sendiri. Terdengar suara dering ponselnya yang ada di atas meja kerjanya. Bastian membalikkan tubuhnya, lalu melangkah menuju meja kerjanya, mengambil ponselnya yang tadi memang dirinya letakkan di atas meja kerjanya. “Christian? Ngapain dia menghubungiku? Bukannya tadi dia bilang mau ke rumah Jenny?” Bastian langsung menjawab telepon dari sepupunya itu. “Hmm, kenapa kamu menelponku?” tanyanya setelah panggilan itu sudah mulai tersambung. “Bas, coba kamu tebak, apa yang sedang aku rasakan saat ini?” Dahi Bastian mengernyit bingung, sepupunya itu mengajaknya main tebak-tebakan kah, sekarang? “Chris, apa terjadi sesuatu? apa d**a kamu sakit lagi?” raut wajah Bastian berubah cemas. “Hmm, dadaku sakit, Bas.” Kedua mata Bastian membulat dengan sempurna. “Apa! dimana kamu sekarang? aku akan temui kamu sekarang juga.” “Tunggu, Bas.” Bastian yang ingin melangkahkan kakinya menuju pintu ruangannya, seketika langsung menghentikan langkahnya. “Chris, jangan buat aku cemas kayak gini.” Bastian bisa mendengar suara Christian yang tengah terkekeh dari seberang sana. “Maaf, aku gak bermaksud membuatmu cemas. Aku baik-baik saja, tapi dadaku memang sempat sakit. tapi sekarang sudah gak apa-apa lagi.” “Ck, sebenarnya kamu menelponku itu untuk apa? bukannya kemarin kamu bilang mau ke rumah Jenny? Gimana dengan penyataan cinta kamu? apa Jenny menerimanya?” Bastian sebenarnya tak ingin bertanya soal itu, karena dirinya sudah tau jawabannya. Ia yakin, kalau Jenny pun merasakan apa yang Christian rasakan. Justru kehadiran dirinya yang akan mengacaukan semuanya. Belum lagi dengan perasaan yang dirinya rasakan untuk Jenny. Jelas itu adalah perasaan yang salah. “Aku sengaja menghubungimu, karena aku ingin berbagi kebahagiaan sama kamu, Bas. Untuk itu aku ingin mengajakmu bermain tebak-tebakan tadi.” “Ck, cepetan kamu mau ngomong apa. Aku gak punya banyak waktu, karena aku siang ini mau ada meeting penting. “Ck, yang sok sibuk. Semenjak kamu menggantikan Papa aku untuk mengurus perusahaan, kamu jadi gak punya waktu buat menemani aku. Tapi it’s ok lah, karena berkat kamu aku gak perlu menggantikan Papa aku untuk mengurus perusahaan.” “Bas, akhirnya, akhirnya Jenny terima aku buat jadi kekasihnya. Ternyata kamu benar, Jenny juga menyukaiku.” “Sekarang, sekarang kamu memutuskan untuk menjalin hubungan, Jenny sekarang adalah kekasihku.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN