Jam sudah menunjukkan pukul empat pagi ketika terdengar kucuran air dari shower di dalam kamar mandi. Bukan air hangat yang diguyurkan untuk membasahi dirinya yang cukup kelelahan, melainkan air dingin yang Giandra gunakan untuk membersihkan semua bekas kecupan dan sentuh Keenan dalam dirinya. Rasa jijik menyergap Giandra begitu ia kini sendirian. Bahkan ketika Giandra baru saja masuk ke kamar mandi dan menatap pantulan tubuh telanjangnya di kaca, ia dapat melihat bekas kecupan keras dari Keenan di daerahnya dadanya, bahkan paha dan bagian belakangnya terasa perih ketika terkena siraman air dingin. Mungkin tangan Keenan meremasnya dengan keras hingga kuku lelaki itu melukai kulitnya. Giandra menunduk, tanpa terasa air matanya mengalir bersamaan dengan air shower yang turun membasahi dad