Part 10 Meet Him, Axluta!

1374 Kata
“Sampai kapan ada di Jakarta?" Tanya Kanu pada gadis di depannya yang selalu menunduk, dengan pipi bersemu pink, membuatnya ingin sesegera mungkin menghalalkan Kalista agar gadis itu tak lagi malu-malu melihatnya. "Sampai minggu depan, Mas." "Kalau gitu, kalau besok gak ada acara, mau ikut aku ketemu teman-temanku? Sekalian aku kenalin ke mereka ya." Sontak Kalista melihat ke Kanu, pipinya semakin bersemu pink saat menatap mata tajam itu. "Memangnya gak papa, Mas? Euum... maksudnya jangan sampai aku mengganggu pertemuan kalian. Kan malah gak enak jadinya." "Gak papa kok. Lagian cuma sebentar, sejam-an mungkin. Habis itu kita bisa jalan-jalan berdua kan?" "Tapi minta ijin mama papa dulu ya mas." "Pastinya! Besok kujemput jam 10 ya." Ternyata sebelum jam 10, Kanu sudah sampai di rumah Kalista. Membuat Kalista yang sedang heboh memilih baju, jadi semakin panik. Membuat mamanya yang masuk tanpa ia ketahui hanya menggeleng kepala melihat banyaknya baju yang dicoba. "Lista sayang..., kamu tuh pakai apa saja tetap cantik kok. Yang penting bajumu sopan. Karena perginya siang hari gini kenapa gak yang kasual saja? Tadi mama lihat Kanu juga cuma pakai polo shirt. Nyantai kan?" Kata mamanya sambil memunguti baju-baju yang berserakan di atas kasur. "Iyaa maaa... makasih sarannya. Lista pakai yang ini saja deh." Akhirnya pilihan jatuh pada celana jeans semata kaki dan kemeja putih. Tampak kasual tapi tetap sopan. Rambutnya yang sudah melewati bahu, dia kucir kuda, karena cuaca yang lumayan terik. Tapi itu malah membuat leher jenjangnya jadi terekspos. Ternyata sudah ada beberapa orang yang hadir di tempat yang dituju Kanu. Ada tiga laki-laki dan dua orang perempuan. Kanu memperkenalkan Kalista sebagai tunangannya, calon istrinya kelak. Membuat salah satu dari dua cewek itu merengut kesal. "Aah Nu... pantesaaaan gak pernah deket sama cewek. Lah calon istri bening kaya gini." Celetuk salah satu teman lelaki. Kalista bukanlah perempuan yang sangat cantik. Seperti gambaran n****+. Dia tidak cantik jelita, tidak secantik boneka barbie, kulitnya juga tidak putih bak porselen. Badannya pun tak seperti model yang kebanyakan kurus. Tapi Kalista menarik. Dengan kulit kuning langsat dan badan proporsional. QTak membosankan mata yang melihatnya. Semakin lama, akan semakin terlihat menarik. Dandan natural, sopan, baju-baju bermerk berharga mahal, tapi dia malah lebih menonjolkan kealamian, keayuan natural seorang perempuan. Tak mau memperlihatkan bahwa dia adalah salah satu anak keluarga Diningrat. "Bakalan tambah barisan sakit hati nih. Tuh cewek-cewek pemuja Kanu. Mayan deh, giliran kita yang bakal dilirik sama mereka." Terdengar suara koor, "Huuu..." "Nu boleh dong kenalan." Salah satu memajukan tangannya ingin bersalaman dengan Kalista. "Boleh... tapi gak usah pakai shake hands juga kali!" Bentak Kanu segera menarik tangan Kalista. "She's taken ya! Mine!" "Duuuh abang pocecip amaaat ciiih..." dan terdengar suara bersahutan, protes akan protektifnya Kanu pada Kalista. Setelah beberapa saat mereda, Kalista pamit pada Kanu untuk duduk di kursi tak jauh dari tempat berkumpul Kanu. "Boleh, tapi di situ saja ya. Jadi aku tetap bisa melihatmu." Jawab Kanu lembut sembari menunjuk salah satu bangku. "Mau minum apa? Aku pesenin ya." Lanjut Kanu. "Aku nanti saja beli minumnya. Masih kenyang nih tadi sarapan agak banyak." Kalista beranjak pamit segera duduk di bangku yang dimaksud Kanu dan mulai membaca buku yang dia bawa. Kegiatannya itu tak lepas dari pengawasan mata tajam Kanu. "Tenaaang Mas Kanu, dia udah gede ini. Bisa jaga diri kali!" Celetuk salah satu cewek yang cemberut tadi. Kalista memberi kode ke Kanu kalau dia ingin ke toilet, Kanu mengangguk sambil berucap hati-hati tanpa suara. Matanya tetap mengawasi Kalista hingga tak terlihat, saat berbelok ke arah toilet. Hingga akhirnya saat Kalista keluar dari toilet, dia dicegat oleh seseorang. "Hei kamu...!!" Bentak orang itu, membuat nyali Kalista ciut. Dia tidak suka konfrontasi. "Apa yang kamu punya hingga membuat Kanu memilih kamu untuk jadi calon istrinya? Ha..! Apa?!" Tetiba gadis itu, yang tadi bersama teman-teman Kanu, menarik rambut kucir kuda Kalista. "Aduuuh..." Kalista mengaduh, berusaha menarik rambutnya yang ditarik perempuan itu. "Kenapa kamu gak tanya langsung saja ke Mas Kanu? Itu kan haknya untuk memilih siapa pun untuk menjadi pendamping hidupnya!" Sentak Kalista kesal. Rupanya gadis ini tak rela Kanu lebih memilihnya. Barisan sakit hati ternyata. "Berani ya.. kamu...!" Tangan gadis itu melayang, hendak menampar Kalista, yang matanya berkilat antara marah tapi takut. Tapi sebelum tangan gadis itu menyentuh pipi Kalista, ada sebuah tangan kekar yang menarik tangan itu. "Dian! Hentikan! Apa-apan kamu? Kenapa mau main tangan seenak hati?" Bentak suara pemilik tangan kekar itu! Kalista melihat lelaki itu, tapi dia tidak kenal. "Apaan sih kamu, A! Lepasin tanganku!" Perempuan itu berteriak kesal pada lelaki yang mencengkeram tangannya. "Pergi kamu! Jangan sakiti orang lain!" Bentak lelaki yang dipanggil A. "Seperti kamu gak pernah menyakitiku, A! Andai kamu tahu siapa gadis ini!" Desis Dian pada lelaki itu. "Mmm... mulai lagi deh! Kamu mau mulai lagi membahas masa lalu? Silakan! Toh yang akan malu itu kamu, bukan aku! Aku kan laki-laki, gak akan jadi masalah buatku. Tapi kamu yang perempuan! Kamu yang kehilangan kesucian. Dan kamu yang menawarkan diri padauk, aku tidak pernah memintamu untuk menyerahkan dirimu padauk. Kamu yang dengan suka rela kan?. Dan Kanu tidak suka pada tipe perempuan murahan seperti kamu ini. Berhentilah bermimpi mendapatkan Kanu dan mulai cari lelaki lain!" "Kamu yang membuatku jadi seperti ini, A! Berengsek kamu! Kamu janji akan mendekatkan aku pada Kanu kalau aku memberikan kesucianku padamu!” Dian, gadis itu berteriak tidak jelas. Kalista bahkan sampai bingung dua orang ini membicarakan apa. "Yaa... aku memang berengsek, kamu tahu itu! Tapi seingatku, malam itu, kamu juga menikmatinya kan? Malah minta nambah? Gak usah munafik deh! Kamu yang menyodorkan dirimu padaku. Jadi bukan salahku kan kalau aku menerima tawaran itu? Aku laki-laki normal. Tidak akan mungkin menolak kehangatan tubuh yang diberikan secara suka rela. Dah, pergi sono... hus... hus..." Lelaki tadi mengusir Dian. Memakai gerakan tangan seperti mengusir kucing. Merasa terhina, Dian segera menyingkir dari tempat itu. Dilihatnya Kalista, yang entah sejak kapan melipir, menjauh dari mereka, dengan pandangan mata benci. Dia sungguh benci pada Kalista! Sementara itu, pria yang dipanggil A, segera mendekati Kalista. Yang tampak masih shock dengan kejadian tadi. "Hei... sudahlah... gak papa... Perempuan itu sudah pergi kan? Kamu aman sekarang." Tutur Axl dengan nada lembut. Dia memindai gadis di depannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Hanya satu kata: cantic, pakai banget! Terawat. Sebagai lelaki normal, tentu saja dia tertarik pada Kalista. "Terima kasih..." Jawab Kalista dengan nada sedikit bergetar karena masih shock dengan kejadian tadi. Ketambahan lagi dia dilihat secara intens oleh lelaki tampan di depannya ini, yang dia sendiri tak kenal, hingga ia merasa risih. "Sama-sama. Menunggu seseorang di sini?" Axl berharap jawabannya tidak. "Iya. Tadi saya datang bersama calon suami saya." Jawab Kalista jujur. Aah pantas saja dia tidak tertarik padaku. "Kalista... kenapa lama sekali? Ada masalah?" Sebuah suara penuh kekhawatiran terdengar, diiringi suara langkah kaki yang sedikit berlari kecil. "Mas Kanu... mmm... gak papa kok. Tadi toilet lumayan rame, jadi antri deh." Jawab Kalista dengan nada dibuat biasa, agar Kanu tak menjadi tambah khawatir. "Tapi kenapa wajahmu jadi pucat gitu? Loh A, kok kamu di sini?" Tanya Kanu berturut-turut pada dua orang di depannya. "Aku gak papa kok, Mas. Mas Kanu kenal dia?" Tanya Kalista sambil menunjuk Axl. "Iyaa kenal, sepupu jauh dari Malang. Axl, kenalan dulu sama calon kakak iparmu. Namanya Kalista. Tahun depan kami akan menikah." "Oooalaaah ini toh yang dibilang bude kemarin? Waah pantesan kamu langsung setuju, Nu! Bening gini. Haloo... calon kakak ipar. Saya Axluta, biasa dipanggil Axl atau A. Sepupu Kanu.” Untuk kali ini entah kenapa Kanu tidak melarang Kalista bersalaman dengan Axl. Mungkin karena dia berpikir Axl adalah saudaranya. "Ya wis, aku duluan. Ada janji sama orang iklan yang aku bilang kemarin, Nu. Akhirnya mereka setuju untuk memakaiku sebagai model gegara kamu tolak. Btw, kenapa gak kamu cerita ke Kalista tentang Dian? Hampir saja dia menyakiti Kalista, beruntung tadi aku lewat sini. Dah ya... aku permisi dulu. Bye..." Kata Axl dengan nada yang sedikit kecewa? Entahlah, dia suka pada Kalista dari pandangan pertama. Baginya Kalista tampak berbeda dengan gadis-gadis lain kebanyakan yang dia kenal, atau bahkan malah yang jadi teman kencan singkatnya. Kencan semalamnya, tanpa ikatan. Sempat terlintas di pikirannya kalau dia akan berhenti berpetualang, jika mendapatkan istri seperti Kalista. Sayangnya, itu hanya impian semata. Kanu, selalu ... kenapa selalu Kanu yang lebih dulu? Tak bisakah sesekali aku yang lebih dulu? Yang lebih utama? Apa kurangku dibanding dia?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN