Kuharap ini bukan mimpi sesaat,
Memelukmu, berada di dekatmu, mendekapmu erat.
~~~
"Kei, sini deh... ayah mau kasih hadiah untuk Kei." Mata Kei langsung bersinar bahagia mendengar kata hadiah.
"Apa yah? Mau... mau... Kei mau hadiah. Kei dapat hadiah cuma kalau Om Dirga datang yah, bawa buku-buku yang Kei suka."
"Mmm... Om Dirga itu sayang sama Kei?" Kei mengangguk, tapi pasti dia tak tahu apa maksud pertanyaan ayahnya.
"Om Dirga juga sayang sama ibu?" Kembali Kei mengangguk. Kanu menelan ludahnya kasar.
"Kei lebih sayang ayah atau Om Dirga?"
"Om Dirga... eeh sama ayah juga ding. Kei sayang dua-duanya kok yah. Om Dirga baik, ayah juga baik. Ibu selalu tertawa kalau ada Om Dirga. Makanya Kei suka kalau Om Dirga datang." Kembali Kanu menelan ludah.
"Memangnya Om Dirga gak tinggal bareng Eyang Sastro?"
"Enggak yah. Kata Om Dirga, Om suka jalan-jalan. Suka pergi jauuuh banget. Nolongin orang yang butuh bantuan katanya. Kata Om Dirga lagi, sejak ada Kei, Eyang Sastro juga gak jadi sedih lagi kalau ditinggal pergi lama."
"Ooo..." Hening. Kanu bingung.
"Eeumm... Kei mau kan tinggal sama ayah? Ini kan rumah ayah, rumah ibu jadi rumah Kei juga."
"Enggak ayah, rumah ibu gak sebagus ini. Rumah ibu dulu gentengnya banyak yang bocor. Bukan tembok bagus kaya gini yah. Tapi dindingnya dari papan. Kalau hujan, suaranya bikin Kei takut. Kaya ada angin masuk ke rumah yah. Kei takut... hiks hiks.."
"Ini rumah Kei, sayang. Kita akan tinggal di rumah ini bersama ya."
"Sama ibu juga kan yah?" Kanu mengangguk.
"Sama mbok juga?" Kanu kembali mengangguk.
"Sama Eyang Sastro juga yah? Sama Om Dirga? Sama Bagas, sama Dita, sama..."
"Eeh... eeh... gak bisa semuanya ikut tinggal di sini Kei. Mereka kan punya rumah sendiri." Kata Kanu perlahan.
"Iya ayah, Kei mau. Asalkan ibu juga mau. Asalkan ayah janji gak akan pergi lagi."
"Iyaa, nak... ayah janji, akan tetap bersama kalian. Eeh jadi lupaaa kan, ayah mau kasih hadiah buat Kei." Kanu berdiri dan mengambil sesuatu.
"Ini buat Kei. Ponsel buat Kei. Ayah ajari ya cara pakainya."
"Waah terima kasih ayah. Tapi Kei sudah bisa pakainya kok, kan kalau Om Dirga datang, Kei sering dipinjami ponsel Om Dirga. Sama kaya gini, ada gambar apel yang sedikit tergigit. Kata Om Dirga digigit kalong, yah." Wajah Kei serius waktu berkata itu. (Kalong=kelelawar)
Kanu mengangguk senang. Sebenarnya dia khawatir Kalista akan pergi. Jadi dengan dikasih ponsel ke Kei, dia bisa tahu di mana mereka. Akhirnya mereka berdua asyik bermain ponsel dan bercanda.
"Kei, ponselnya ayah taruh di tas yang tadi ayah beli buat Kei ya. Nah sekarang kita sholat terus tidur. Sudah malam. Besok kita harus bangun pagi-pagi untuk ketemu Eyang dan Oma, kan?"
"Kei mau tidur dikelonin ayah dan ibu. Kei di tengah." Pinta Kei pada Kanu dengan mata yang setengah tertutup karena kantuk. Kanu mengiyakan permintaan putrinya. Segera dibereskannya peralatan sholat. Dibopongnya Kei ke kasur. Sesuai permintaan Kei yang ingin tidur di antara ayah ibunya. Tak henti Kanu menciumi rambut panjang ikal Kei.
"Ayah juga inginnya seperti ini, Kei. Kita bertiga. Ayah, ibu dan Kei. Love you, Kei." Bisik Kanu lembut. Saat dia yakin Kei sudah tidur pulas, Kanu berdiri, pindah tempat ke sisi di mana Kalista berada.
Direngkuhnya tubuh Kalista dari belakang. Membuat Kalista yang sudah tertidur jadi bergerak.
"Ssstt... jangan banyak bergerak, Lista, kalau gak mau ada yang bangun di bawah situ. Aku ingin tidur sambil memelukmu. Gak papa kan?" Bisik Kanu lembut ke telinga Kalista, membuatnya mengangguk dan kembali melanjutkan tidurnya.
"Have I told you, that I love you, Lista? Maaf, karena aku pernah sungguh menyakitimu. Tapi aku janji tak akan pernah lagi mengungkit hal itu. Aku menerimamu apa adanya, Lista. Percayalah, kumohon!" Kembali Kanu berbisik, tak peduli seandainya pun Kalista sudah tidur.
"Jadi... kita akan menikah lagi. Kita akan mulai dari awal lagi, ya Lista. Dan kuharap ini bukan mimpi sesaat. Memelukmu seperti ini, berada di dekat Kei. Aku ingin selamanya begini." Dan Kanu pun tertidur pulas, dengan seulas senyum bahagia di bibirnya.
Saat mendengar dengkuran halus Kanu di leher belakangnya, Kalista berbalik perlahan agar tak membangunkan Kanu. Dipandanginya wajah tampan di hadapannya. Disimpannya di memori otaknya, betapa dia sungguh mencintai lelaki yang sedang memeluknya ini.
Diusapnya perlahan hidung mancung itu, bibir merah Kanu karena tidak merokok. Dikecupnya pelaaaan, kening Kanu, kedua matanya, hidungnya dan terakhir bibirnya.
I love you, Mas!
Kanu seperti merasa mimpi. Merasakan sentuhan halus di wajahnya, merasakan kecupan lembut Kalista di bibirnya. Kanu ingin itu semua nyata, karena dia bisa menghidu harum tubuh Kalista. Dia bisa memeluk tubuh kurus itu di pelukannya, hingga ia juga tertidur pulas. Tanpa ia tahu, apa yang akan terjadi di keesokan hari.
Apakah Kalista dan Kei tetap berada di sisinya atau dia harus kembali kehilangan mereka? Tak ada yang tahu, apa yang akan terjadi. Yang dia tahu sekarang, malam ini, akhirnya dia bisa tidur nyenyak karena ada Kalista di pelukannya. Dan tentu ada putrinya di sisi mereka.