Beruntung?

1186 Kata
“Terima kasih sudah menyambut ramah calon istriku, Pa. Julio senang Papa bisa menerima kami.” Papa … memang begitulah cara Julio memanggil Jonathan sejak ia pertama kali mampu berbicara. Ia tumbuh dan dibesarkan dalam kasih sayang mendiang Bu Agatha yang merupakan istri Jonathan. Walaupun tak lahir dari rahimnya, Bu Agatha tetap mengasihi Julio layaknya anak kandung sendiri. Membiasakan bayi kecil itu untuk memanggilnya mama dan memanggil Jonathan sebagai papa. Melindungi bayi kecil itu sepenuh hati, membuat Julio merasa bahwa ia benar-benar anak dari Jonathan dan Agatha tanpa keraguan sedikit pun. Jonathan pikir bayi laki-laki itu hanyalah anak adopsi biasa yang dimaksudkan oleh sang istri agar bisa menjadi pancingan agar mereka bisa segera memiliki momongan juga. Makanya di awal ia menyetujui untuk menerima bayi itu, pun bersikap terbuka untuk menyayangi Julio. Tapi, siapa sangka jika ternyata Julio benar-benar berdarah Harisman. Saat mengetahui hal itu, di sanalah bermula segala kebencian Jonathan pada Julio. Ia mulai sering memukuli Julio tanpa sebab. Julio masih 10 tahun waktu itu, saat perlakukan papa yang sangat ia kagumi langsung berubah 180 derajat padanya. “Jonathan,” panggil Pak Karim. Pria itu mendekati atau lebih tepatnya berusaha menengahi jika saja Jonathan punya niatan yang buruk pada Julie. “Paman,” balas Jonathan. Bukan dengan nada suara yang terdengar ramah, sebaliknya justru terdengar penuh dendam. Sejak perseteruannya dengan Julio makin memanas, Pak Karim terlihat lebih mendukung Julio. Makanya Jonathan kerap kali membangkang dari keluarganya, bahkan saat Pak Kemal masih hidup, ia sering mengabaikan keputusan sang ayah. “Ikutlah dengan Paman, ada hal yang harus kita bicarakan.” “Apa lagi yang ingin Paman bicarakan? Sesuatu tentang warisan? Sesuatu tentang ancaman lagi?” ejek Jonathan. “Jangan membuat keributan di sini. Ini rumah Paman, dan sebagai tamu di sini, kau harus menghormati Paman.” Pak Karim mengingatkan. Pak Karim berjalan lebih dulu, menuju ruangan yang lebih privasi untuk berbicara dengan Jonathan. Jonathan masih menunjukkan sopan santunnya dengan mengikut di belakang sang paman. Pak Karim mendorong pintu ruangan pribadinya, ia fungsikan sebagai tempat bekerja. “Jadi, apa?” tanya Jonathan dengan alis yang terangkat naik. Tak mau berbasa-basi. “Julie berada dalam perlindungan Paman. Segala masalahmu dengan gadis itu, Paman anggap sebagai bentuk pembangkanganmu jika kau berani menyentuh gadis itu lagi.” “Dan apa yang terjadi jika aku membangkang, Paman? Kenapa?” Jonathan bertanya sambil tertawa. “Paman pikir aku takut? Apa Paman pikir akan berhasil dengan mengancam mengenai pengambil alihan saham milikku?” Jonathan tersenyum licik. Jangan kira di setiap tindakan kriminalnya, ia tak punya perlindungan. Ia sudah tahu jika keluarga besarnya akan selalu mengancam dengan pengambil alihan saham miliknya jika ia membelok dari keputusan yang ditetapkan oleh keluarga besar Harisman. Makanya, sebelum itu ia sudah mengamankan saham miliknya. Mengalihkannya atas nama orang-orang yang tak diketahui oleh keluarganya. “Kudengar mereka akan Paman nikahkan besok pagi, terburu-buru sekali,” ejek Jonathan. “Apa Paman ingin anak itu segera memiliki keturunan? Agar warisan 80% itu segera dilimpahkan pada Julio.” Jonathan mendengkus pelan. “Berapa persen yang anak nakal dan ibunya yang murahan itu janjikan pada Paman?” “JAGA BICARAMU!” tegas Pak Karim. “Paman tidak kekurangan uang sampai harus mengemis untuk beberapa persen dari harta warisan yang ditinggalkan oleh mendiang ayahmu.” “Lantas kenapa Paman sebegitu membela Julio? Jika bukan uang, apa yang mereka tawarkan? Apa ibunya menawarkan diri untuk menjadi p*****r Paman?” Jonathan tertawa dengan keras sementara Pak Karim mengepalkan tangan dengan erat. Bagaimanapun ia menutupi atau menyangkal, rasa kasihnya pada istri kedua mendiang Pak Kemal memang benar adanya. Bu Merinda adalah cinta pertamanya tak pernah bisa ia raih. Wanita itu rupanya lebih memilih untuk menjadi simpanan Pak Kemal lalu menjadi istri siri. Membuat murka istri pertama Pak Kemal saat tahu kebenarannya. Makanya, waktu itu demi keselamatan Julio dan Bu Merinda, mereka harus dipisahkan. Julio masuk ke keluarga Harisman dalam dekapan Bu Agatha yang saat itu masih pengantin baru dengan Jonathan. Ia masuk dalam keluarga itu sebagai cucu yang diadopsi walau sebenarnya ia adalah putra kedua Pak Kemal yang disembunyikan keberadaannya. “Jika kau sebegitu mengincar warisan 80% itu, kenapa tidak berusaha mendapatkannya?” tanya Pak Karim, mencoba menenangkan diri agar tak tersulut emosi setelah Jonathan menyebutkan tentang Bu Merinda. “Dibandingkan menyibukkan diri untuk menculik dan menyiksa seorang gadis seperti Julie, kenapa kau tidak menyibukkan diri untuk memenuhi persyaratan yang disebutkan mendiang ayahmu? Julio akan menikah besok pagi, kenapa kau masih belum mencari calon istri untuk melahirkan keturunanmu? Tidakkah kau selangkah di belakang Julio?” Jonathan langsung berbalik, berniat keluar dari ruangan Pak Karim. Benar kata Pak Karim, ia telah selangkah di belakang Julio. Bahkan mungkin saja beberapa langkah di belakang adik tirinya itu. Akhir-akhir ini ia terlalu sibuk bermain-main, menculik Julie karena gadis itu mengatainya. Menyiksa Julie agar dendamnya terbalas. Lalu saat gadis itu berhasil dibawa kabur oleh Julio, ia malah sibuk memantau tiap pergerakan seluruh keluarga Julie, hanya untuk tahu di mana keberadaan gadis itu. Rupanya Julie ada dalam perlindungan Julio. Bagus jika hanya dilindungi, bagaimana jika ternyata Julio telah menanam benihnya di rahim gadis itu. SIAL! Jonathan mengumpat dalam hati. “Satu helai rambut Julie yang kau sentuh, kau akan kehilangan aset milyaranmu yang saat ini kau atas namakan dengan nama asistenmu.” Ancaman Pak Karim membuat Jonathan berbalik. Batal keluar dari ruangan tersebut. “Kau pikir Paman tidak tahu seberapa banyak asetmu yang menggunakan nama Wira, asisten kepercayaanmu itu?” Pak Karim tertawa. “Jangan terlalu percaya pada orang, orang akan berkhianat jika ia ditawarkan dengan lebih banyak bayaran. Dan terutama jika kau mengancam dengan kelangsungan hidup orang-orang terkasihnya, sementara orang lain menjanjikan keselamatannya.” Pak Karim terlihat tesenyum puas, berbanding terbalik dengan Jonathan yang bahkan tiba-tiba lupa bagaimana caranya untuk menggerakkan bibir. “Keluarga Wira yang kau ancam kelangsungan hidupnya, mereka aman dalam perlindungan Paman. Dan tentunya Wira juga aman dalam perlindungan Paman. Saat kau bertindak, asetmu akan ludes.” Tangan Jonathan terkepal. Sial sekali. Ia pikir dengan mendaftarkan asetnya atas nama Wira maka hal itu akan aman dari keluarganya. Rupanya Wira yang berkhianat padanya. “Oh ya satu hal lagi, Paman belum memberitahu Julio jika dia kehilangan bayinya bersama gadis yang berada di Amsterdam itu karena ulahmu.” Sial sekali, Jonathan benar-benar mati kutu. Ia tak punya ucapan apa pun untuk membalas kata-kata Pak Karim. Ternyata orang-orang akan menjadi tidak berkuasa jika ada orang yang lebih berkuasa darinya muncul. Orang-orang akan menjadi mendadak miskin jika ada orang yang lebih kaya darinya yang muncul. Itulah yang terjadi pada Jonathan malam ini. Kekuasaan dan uang yang ia miliki, masih kalah telak dari pamannya. Itu juga yang terjadi pada Pak Pramudya hingga ia tak bisa melindungi Julie. Bukan karena ia tak cukup kaya atau tak cukup berkuasa. Hanya saja lawannya jauh lebih kaya dan lebih berkuasa darinya. Makanya uang dan kekuasaan yang ia punya tak ada gunanya. Untunglah Julie kini berada dalam perlindungan orang yang lebih berkuasa dan lebih kaya dari Jonathan. Tapi, bisakah Julie disebut beruntung berada di tengah-tengah keluarga Harisman? Dengan segala permasalahan yang ada di antara mereka. Tentang pernikahannya yang akan digelar esok hari sementara ia masih belum tahu apa-apa tentang Julio. Pria itu masih begitu asing. Masih bisakah ia disebut beruntung?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN