*Kicauan Burung si Nyai Rombeng*
Kenyataan menjadi bos dadakan untuk si nyai rombeng ternyata memiliki kekurangan dan kelebihan. Yang pertama, aku bebas menyuruhnya untuk mengantarku kemanapun aku mau. Ke sekolah, joging track di stadion, ke warnet dan masih banyak lagi bila aku ingin ke suatu tempat.
Dan yang kedua. Dia berisik. Itu adalah hal yang aku benci. Jika kalian menonton film Spongebob Squarepants lalu melihat tokoh Squidward yang datar, anggap saja aku seperti dia. Dan Raisya bagaikan Spongebob yang pengganggu, berisik dan wajib di hindari.
Saat ini mobil sudah berjalan sejak 10 menit yang lalu menuju sekolah Madrasah Aliyah Darrul Ilmi yang berada di kawasan Kalimantan Timur.
Aku memilih duduk di kursi belakang layaknya bos dan si nyai rombeng itu duduk di balik kemudi bagaikan supir pribadi. Ck. Memang pantas dia. Jangankan itu, pulang sekolah nanti dia akan menjadi pembantu dirumahku untuk menemani bibik melakukan tugasnya.
Tapi..
Kekesalan pertamaku pagi ini adalah ketika Raisya memasang USB ke dashboard mobil, menyambungkannya ke ponselnya lalu memutar lagu-lagu Rossa, Afgan dan silih berganti menjadi lagu dari penyanyi Marcel - Takkan Terganti.
Aku hanya bisa diam dengan raut wajah datar. Mengabaikan Raisya yang menyanyi dengan suara cemprengnya dan aku memakai headset di telingaku. Memutar lagu-lagu yang menjadi favoritku sejak dulu. Kangen band. Lagu adem ayem sepanjang masa.
Aku memejamkan mataku. Ini baru satu hari dan Raisya benar-benar kesialan dalam hidupku. Apalagi-
"Woiii Raihan yang sok jadi bos hari ini! Kita sudah sampai!"
Dan aku terkejut. Tanpa diduga dia menarik headset ponselku sampai putus. Aku menatap Raisya dengan tajam.
"Kemarin kamu hilangkan motorku, sekarang kamu putuskan hedsetku!"
"Kan gak sengaja!"
"Gak sengaja dari mananya?! Ganti rugi!"
"Aku tidak mau! Rugi!"
"Dan aku tidak perduli!"
Raisya tidak terima. "Lagian salah kamu sendiri! Dipanggil gak denger!"
"Ganti!"
"Bukan salahku!"
"Gitu ya?" Aku menatap Raisya dengan sinis. "Kata Pak Ustadz Dani, hutang itu harus di pertanggung jawabkan. Termasuk caramu yang menghilangkan motorku, kemudian membuat tali hedsetku putus sekarang. Dosa mu bertambah ya. Ck!"
Raisya bertambah kesal dan tidak bisa berkutik. Kami masih didalam mobil dan belum keluar. Aku memalingkan wajah kesamping sambil bersedekap. Lalu tanpa diduga dia mengulurkan headsetku hello Kitty kearahku.
"Nih! Aku ganti. Puas?!"
Dengan santai aku mengambilnya, lalu menarik dengan paksa sampai akhirnya terputus. Raisya membulatkan matanya tidak percaya.
"Raihan! Kamu-"
"Katanya kamu gak mau ganti rugikan? Fix kita impas."
"Astaga! Aaarggh!! Kamu keterlaluan ya!"
"Dan aku bos disini." ucapku dengan menyunggingkan senyuman sinisku "Jangan suka mengatur."
Aku keluar dari mobil. Meninggalkan Raisya yang mengeluarkan segala ucapan sumpah serapahnya.
Memangnya aku perduli?
.....
"Hai Raihan."
Aku menoleh kebelakangku ketika hendak meraih sebuah buku di perpustakaan.
"Hai."
"Boleh tanya gak?"
"Iya."
"Em.. aku denger bulan depan kamu ikut olimpiade fisika ya?"
"Iya."
"Alhamdulillah Rai. Selamat ya. Semoga menang. Semoga Allah melancarkan kegiatan kamu."
Aku menoleh kearah cewek yang ada disebelahku. Namanya Aisyah. Dia salah satu cewek yang suka bertanya padaku jika aku ada mengikuti kegiatan di madrasah, lomba atau olimpiade dan berakhir dengan ucapan doanya.
"Terima kasih."
Dia mengangguk dan tersenyum. Memang sih dia cantik. Tapi aku tidak peduli dengan kecantikannya asal dia tidak berisik.
Aku melengang pergi dan baru saja beberapa langkah Aisyah kembali memanggilku.
"Raihan!"
"Ya?"
"Ini..."
Dia mengulurkan sebuah tasbih kearahku. Aku mengerutkan dahi dengan bingung dan dia tersenyum.
"Kata Ustadzah Halimah, kalau mau urusan berjalan dengan lancar perbanyak Dzikir di pagi hari. Insya Allah kalau Raihan mengamalkan dzikir dipagi hari, Raihan akan lebih bersemangat dan segala urusan di permudah oleh Allah."
Aku menatap tasbih tersebut dengan ragu dan suara Aisyah kembali terdengar.
"Nih, Raihan ambil ya."
Aisyah masih memasang raut wajah penuh senyuman dan permohonannya. Dengan ragu aku menerimanya.
"Terima kasih. Maaf aku harus pergi."
"Iya Raihan. Alhamdulillah. Jangan lupa terus berdoa ya Raihan."
Aku pun mengangguk. Lalu membalikan badanku dan pergi keluar perpustakaan setelah meminjam buku. Aisyah memang begitu, dia tipikal wanita yang suka mengingatkan ku tentang kebaikan dan aku hanya menganggapnya sosok cewek yang baik. Itu saja tidak lebih. Selagi dia tidak berisik, aku tidak mempermasalahkannya.
Aku memasuki kelasku. Seperti biasa, ada Anu dan Nua yang sedang duduk di kursi sambil menikmati makanan dan kue-kue yang tentunya kiriman dari para cewek-cewek penggemar ku.
"Rai! Kamu harus coba ini enak loh." ucap Nua sambil mengunyah sebuah kue bolu kukus pelangi.
"Iya anu. Sumpah enak banget Alhamdulillah. Rugi kalau kamu gak nyobain." timpal anu dengan tatapan binarnya.
Ini adalah hal yang sudah biasa. Berhubung di madrasah Aliyah Darrul Ilmi memiliki aturan bahwa kelas cewek cowok masing-masing dan tidak bersatu, membuat para cewek diluar sana menitipkan kue-kue dan makanannya pada Anu dan Nua jika mereka ingin memberikannya padaku.
Aku pernah sekali menolak makanan salah satu pemberian dari cewek sehingga membuatnya menangis dan melihat hal itu beberapa diantaranya memilih menitipkannya melalui Anu dan Nua.
Tapi kedua sahabatku itu begitu licik. Rupanya mereka meminta hak nya juga untuk disendirikan jika mau kue-kue dan makanan mereka itu sampai di tanganku.
Ck, benar-benar mereka itu! Menganggap mereka sebagai makelar makanan.
"Kalian saja. Aku kenyang."
"Tapi ini enak loh."
"Yakin gak mau coba?"
"Tidak."
Dan aku memilih duduk sambil memakai headset. Sebentar lagi jam istirahat akan segera berakhir. Tiba-tiba aku teringat tasbih pemberian Aisyah dan akupun segera memasukannya kedalam tas agar tidak hilang.
****
"Lain kali kalau ada kegiatan ekstrakurikuler bilang dong supaya aku gak nunggu kamu sampai lumutan!"
"Aku tidak peduli."
"Setidaknya bilang lah. Jangan asal gak bilang-bilang!"
"Salah sendiri gak nanya."
"Tapi- aargh kan kamu bisa kasih tau aku supaya aku gak kelamaan nunggu kamu Raihan k*****t!"
"Aku bos. Jadi suka-suka aku."
"Raihaaaann!!!!!! &-@#*?!)+_&-#'"
Raisya terus mengoceh dibelakangku. Waktu ashar baru saja berlalu dan saat ini jam menunjukan pukul 16.30 sore. Hari ini adalah jadwal ekstrakulikuler seni dan bahasa. Kebetulan aku memilih ekskul fotografi.
Fotografi adalah salah satu kegiatan santai. Tenang, tidak memakai banyak tenaga apalagi ribet. Sudah aku bilang kan kalau aku tidak suka hal-hal yang rumit?
Dan Raisya? Ck. Cewek itu kini berkicau bagaikan burung di hutan yang sedang kesal karena terlambat pulang akibat menungguku ikut kegiatan fotografi.
Aku tidak memperdulikannya sama sekali. Untuk apa? Aku bos. Dia supir dan pembantu. Kalau bos mah bebas.
Aku mengabaikannya hingga sampai ke parkiran mobilku. Dia sudah mendengus kesal dengan menghentakkan kedua kakinya berjalan cepat.
Aku pun membuka pintu belakang sampai akhirnya suara seorang cewek memanggilku.
"Raihan! Raihan!"
Aku menoleh dan melihat Fatimah berlari kearahku dengan kedua pipinya yang kemerah-merahan. "Ya?"
"Asalamualaikum Raihan. Maaf ya aku mencegah kepulanganmu nih."
"Ada apa?"
Fatimah masih mengatur napasnya yang tersengal-sengal akibat berlarian. Setelah normal kembali, ia tersenyum sambil menghapus peluh didahinya.
"Em begini.. maaf ya sebelumnya. Apakah Raihan ada menerima kue bolu dari Fathur dan Malik?"
"Kue bolu? Iya ada."
Fatimah tersenyum. "Alhamdulillah. Em jadi gini Raihan.. dua hari yang lalu aku belajar membuatnya bersama umi. Alhamdulillah berhasil. Niat aku sih cuma mau berbagi rezeki aja sama kamu. Semoga kamu suka ya."
"Iya. Makasih."
"Raihan mau pulang?"
"Iya."
Fatimah memundurkan langkahnya. "Oh kalau gitu hati-hati ya Raihan. Sekali lagi terima kasih sudah menerima bolu bikinanku. Asalamualaikum."
"Wa'alaikum-"
Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, dia sudah berlari dengan raut wajahnya yang merona merah.
"Wa'alaikumussalam."
Dan aku hanya menghedikan bahu tidak perduli. Aku sudah terbiasa dengan semua ini semenjak memasuki madrasah Aliyah Darrul Ilmi ini ketika para cewek dengan sejuta alasannya mendekatiku, menarik perhatian dan banyak memberiku makanan bahkan benda-benda lainnya.
Lalu aku memasuki mobil dan duduk di bagian belakang. Raisya menatapku dengan tatapan sinisnya melalui spion tengah.
"Ck, sombong! Sok banget mentang-mentang banyak di dekatin cewek."
Aku menatapnya balik dan tersenyum sinis ." Terus kenapa?"
"Tau ah!"
Dan mobil berjalan diringi dumelan si nyai rombeng bagaikan kicauan burung yang kini menjadi supir pribadi gratisan.
"Memangnya aku perduli? Tentu saja tidak."
❣️❣️❣️
Wow! Raihan banyak di puja cewek. Rata2 cewek-cewek baik terus cara menarik perhatiannya juga bervariasi ya..
Tadi ada yang kasih tasbih, lalu kue bolu. Kira-kira kedepannya Raihan dikasih apa lagi ya?
Dan.. selagi tidak berisik macam kicauan burung si nyai rombeng Raisya, Raihan tidak akan mempermasalahkannya wkwkw
Terima kasih sudah membaca part ini
Sehat selalu buat kalian.
With Love
LiaRezaVahlefi
Instagram
lia_rezaa_vahlefii