10. Raisya

1207 Kata
*Pembantu Dan Supir Pribadi Dadakan?* Aku terduduk di pinggir jalan selama 1 jam lebih dengan sendirian. Setelah mencuri perhatian dengan kak Bejo tadi siang di perpustakaan, kami berpisah didepan parkiran motor. Aku terlalu terkesima sama perhatian kak Bejo selama bersama dirinya sehingga akupun baru menyadari bahwa motor Raihan tidak ada di parkiran setelah kak bejo pergi duluan. Padahal motor kami terparkir hanya bersebelahan tapi pesona kak Bejo yang hitam manis itu benar-benar menghipnotisku. Dengan terpaksa aku menghidupkan ponselku yang lowbat. Berharap bisa menghubungi Lala dan Lili untuk membantuku mencari motor Raihan yang hilang. Lalu aku kembali mewek karena ponselku tidak kunjung menyala lagi karena benar-benar lowbat dan aku lupa membawa powerbank. Ya Allah... Mau nangis rasanya. Jika aku meminjam ponsel seseorang untuk menghubungi Lala dan Lili sepertinya tidak bisa karena aku tidak hapal nomor mereka. Bila aku mengubungi Papa dokter dan mama, tentu saja mereka akan marah denganku. Sekarang aku takut. Aku gugup. Motor Raihan hilang. Sudah beberapa jam berlalu dimulai dari siang berganti sore hingga magrib dan selepas sholat isya. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Raihan pasti marah. Om Arvino dan Tante Aiza pasti kecewa sama aku karena sudah menghilangkan motor putra mereka. Aku menggigit ujung kukuku sambil berjalan tak menentu. Hari semakin larut dan aku lupa jalan pulang. Aku harus gimana? Selama ini hidupku layaknya ratu yang di antar jemput menggunakan mobil dan tidak pernah mengendarai motor kemanapun menulusuri jalanan kota. Jangankan hal itu, kerumah Kak Bejo saja aku mengangdalkan GPS lalu mengikutinya dari belakang ketika menuju perpustakaan. Aku menyesal. Seharusnya aku lebih cepat menyadari bahwa motor Raihan tidak ada ketimbang kesemsem duluan dengan kak Bejo sebelum dia minggat meninggalkan parkiran. Huaaaaaa aku harus gimana dong????? Dari jarak beberapa meter terlihat kumpulan anak muda sedang bergitar dan menyanyi tidak jelas. Penampilan mereka menggunakan pakaian hitam dan celana jeans robek-robek bahkan terselip rokok di bibirnya. Mereka sangat urak-urakan apalagi menggunakan tindik di telinganya. Aku terkejut ketika saat ini tatapan mereka beralih ke arahku. Hal yang aku lakukan saat ini adalah membalikan badan dan berlari. "Hei cewek! Berhenti!!" Dan kedua mataku terbelalak terkejut karena ternyata mereka benar-benar mengincarku. Aku berlari sekuat tenaga dan mengabaikan napasku yang tersengal-sengal. "Ya Allah lindungilah hamba." Air mata mengalir di pipiku. Aku menangis dalam keadaan ketakutan dan berlari ke sembarang arah. Jalanan begitu sepi di daerah sini. Berbeda dengan daerah sekitar tempat tinggalku yang masih ramai. Aku berlari dan terus berlari sambil terisak ketakutan apalagi preman itu terus mengejar ku hingga tanpa di duga sebuah mobil begitu cepat menepi di depan mataku. Pintu mobil terbuka. "Cepat masuk!" Aku bernapas lega begitu yang memanggilku adalah Raihan. Dengan cepat aku memasuki mobil Raihan dan duduk dibagian depan sambil mengatur napas yang masih tersengal-sengal ketika saat ini Raihan mengemudikan mobilnya dengan cepat. Waktu terus berjalan. Aku lupa bila saat ini sedang bersama Raihan yang begitu hening, datar dan tanpa ekspresi. "Rai.." Raihan diam tetap tidak menyahut. "Jangan pulang dulu ya Rai.." Rasanya aku ingin menangis saat ini juga. Aku benar-benar syok dan sedih karena motor Raihan hilang. Bahkan aku takut bakal di marahin oleh Papa dokter dan mama begitu sampai dirumah. "Aku.. aku takut di marahin." "Rai.." "Raihan... Plis jangan diam.." "Raihan.." "Rai.. hikz.. jangan diam gitu bisa gak?" Aku tak sanggup lagi membendung kesedihanku hingga akhirnya aku menangis kencang didalam mobil. Raihan tetap datar seperti sebelumnya seolah-olah menganggapku tidak ada. "Huaaaaaa aaaaaaaaaaaaaa Papa dokterrrrr. Mamaaaaa huaaaaaa." Aku menarik selembar tidur di dashboard mobil lalu mengelap ingus yang meler di hidungku. "Huaaaaaa hikzz... Hikzzzz.. aku harus bagaimanaaaaaaaa huaaaaaa." "Siapapun yang sedang mendengar saat ini aku.. hikzz.. aku hikzzzz A-aku minta maafffff huaaaaaaaaaaaa-" "BERISIK! BISA DIAM GAK?!!!!!" Aku terkejut saat Raihan membentak kasar kerahku. Tatapannya begitu tajam dan menusuk kearahku. Nafasnya memburu seolah-olah ingin memarahiku lebih kejam lagi. Aku menudukan wajahku dan berkata lirih. "Ma-maaf.. hikz.. aku.. aku sudah salah. Maafkan aku." Raihan menghela napas gusarnya lalu keluar dari mobil dan membanting pintunya dengan kasar. Aku menatap sekitar dan ternyata sedang berada di parkiran sebuah restoran siap saji. Aku bingung harus apa saat ini. Papa dokter dan mama pasti sedang kepikiran karena aku. Pintu mobil kembali terbuka. Raihan masuk dan melempar dengan kasar sebuah kemasan plastik yang berisi burger hangat dan air mineral keatas pahaku. "Rai-" "Makan saja! Gak usah banyak bicara!" Aku terdiam dan kembali menundukan wajahku. Perutku memang lapar apalagi saat ini jam sudah menunjukan hampir pukul 22.00 malam. Dengan tangan gemetar aku membuka plastik tersebut, memakan burger dan mengunyahnya sambil sesenggukan kemudian menenggak air mineral sampai habis. Mobil kembali berjalan dengan keheningan sampai akhirnya kami pun tiba di rumah dengan selamat. Aku menatap Raihan yang datar melepas safety beltnya lalu keluar dari mobil. "Rai makasih-" Brak! Pintu mobil tertutup dengan kasar. Raihan meninggalkanku lalu memasuki rumahnya. Aku menghela napas dan keluar dari mobil. "Masya Allah. Putri mama!" "Raisya!!! Kamu baik-baik aja kan nak?" Papa dokter dan mama berlarian dari dalam rumah Raihan dan segera memelukku. "Kamu dari mana? Keluar rumah kok gak bilang?" tanya mama dengan khawatir. "Nomor ponsel kamu kok gak aktip? Kenapa sya?" ucap papa lagi. "Katanya kamu pergi pakai motor Raihan. Kok pulang naik mobil?" "A-aku-"aku tidak bisa menjawab lagi begitu pertanyaan barusan berasal dari papa dokter. "Aku.. ma-maaf. Hikzzzz." "Mas sebaiknya kita masuk. Kita bicara baik-baik didalam." Dan aku semakin gelisah dalam rengkuhan pundak oleh mama. ❣️❣️❣️❣️ "Apa?! Hilang?????" Aku mengangguk ketakutan. "Kok kamu bisa teledor sih!? Jadi bagaimana?" "A-aku gak tau." ucapku lirih. Papa berkacak pinggang. Sementara mama merengkuh pundakku yang saat ini sedang seengukan. "Mas sabar mas.." "Adila bagaimana aku bisa sabar bila Raisya sudah keterlaluan?!" "Mas-" "Dia sudah salah." Papa semakin marah besar. " Pertama, dia pergi tanpa izin. Kedua dia pergi menemui seorang pria yang bukan mahramnya untuk hal yang tidak penting, ketiga! dia sudah menghilangkan motor Raihan karena kebodohannya!" "Pa-papa jangan marahin aku. Aku-" "Sudah Dev, hentikan. Ini sudah malam. Sebaiknya kalian istirahat." Suara Om Arvino yang menghentikan amarah papa. Tapi sepertinya tidak mempan apalagi Tante Aiza sejak tadi tidak banyak berkata. "Tapi Vino. Aku.. astaga. Aku benar-benar tidak enak denganmu. Motor putramu hilang." "Mas.. gini aja." sela mama akhirnya. "Sebagai gantinya mulai besok Raisya kerja disini bantu-bantu bibik. Ya anggap aja sebagai pelajaran untuk Raisya. Disisilain dia perempuan." "Em maaf mbak Adila, bukankah itu terlalu berlebihan?" suara Tante Aiza kembali terdengar. "Tidak apa-apa Aiza. Dia harus banyak bisa belajar masak di dapur. Mengurus rumah dan bersih-bersih sebagai perempuan." Aku menolak tidak setuju. " Tapi ma, aku-" "Papa setuju sama saran mama! Raisya.." papa beralih menatapku. "Selama ini Raihan pulang pergi sekolah dan kemana-mana selalu naik motor. Selagi menunggu laporan dari kepolisian karena kehilangan motornya, kamu wajib antar jemput Raihan kemanapun dia pergi." Aku membulatkan kedua mataku. "Apa?! Pa-" "Ini perintah! jangan nolak karena Om Arvino sendiri sibuk bekerja dan harus menggunakan mobilnya. Kamu jangan ngarep sama papa yang mau gantiin motor Raihan. Papa sudah kecewa sama kamu dan kamu harus bertanggung jawab atas semua kesalahan kamu. Oke?" "Jadi pembantu rumah Raihan dan supir dadakan cowok itu?" ucapku dalam hati. Aku tidak bisa terima dengan semua ini! Tapi.. Tanpa sengaja kedua mataku bertemu pandang dengan Raihan yang berdiri dari jarak beberapa meter sambil memamerkan raut wajah smirknya yang sombong seolah-olah mengejekku yang saat ini sedang derita nestapa. *** Raihan menang banyak. Jadi bos dadakan dia wkwkw
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN