*Kecewa Sama Kak Bejo*
❣️❣️❣️❣️
Pagi begitu cerah hari ini setelah beberapa hari hujan turun begitu deras. Aku mengemudikan mobilku dengan super super bahagia. Kalian tahu kenapa? Karena hari ini adalah hari kebebasan!
Hari kebebasan tanpa adanya perintah si k*****t Raihan!
Hari kebebasan tanpa adanya mengantar dan menjemput Raihan ke sekolah, kemanapun dia mau, bahkan warnet yang selalu menjadi tempat tongkrongannya.
Aku memutar lagu kesukaanku. Mencoba mendengarkan dengan mood yang sedang bagus sampai akhirnya mobil tiba di halaman parkiran sekolah.
Aku keluar dari mobilku. Bertepatan dengan Lala yang baru saja tiba dari taksi online dan Lili yang juga di antar dengan Ayahnya.
"Asalamualaikum Sya. Baru sampai?" tanya Lala kepadaku.
Aku menjawab. "Wa'alaikumussalam iya nih. Kamu juga?"
"Iya. Li sini deh." ajak Lala yang melihat Lili datang kearah kami.
"Ya?"
"Resep yang aku minta sudah kamu catat tadi malam?"
"Sudah."
"Tidak apa-apa kan La?"
Aku mendengar Lala yang berbicara mengenai resep. Resep apa? Ntahlah. Aku berusaha tidak mencari tahu.
"Iya tidak apa-apa Li."
"Maaf ya ngerepotin." suara Lala terdengar lirih. "Sebenarnya bisa aja sih kamu kirimkan lewat chat. Tapi aku khawatir chat kamu bakal hilang. Jadi ya.. lebih baik di catat aja."
Aku menoleh kesamping. Memandang Lala dan Lili lagi hingga rasa penasaran itupun muncul.
"Kalian lagi bicarakan resep apa sih?"
"Ituloh resep masakan." ucap Lala dengan santai.
Aku mengerutkan dahi. Kami tiba di kelas. Lala meletakan tasnya diikuti dengan Lili yang duduk dibangku sebelahku.
"Resep apa? Masakan? Tumben masak. Emang kamu bisa?"
"Sya.. sya.." dengan santai Lala terkekeh geli. "Kita ini cewek loh. Ya walaupun masih sekolah gak ada salahnya belajar masak kan? Jadi gini.. semalam aku mencari tahu makanan favorit Raihan."
"Apa?" Aku sedikit terkejut. "Cari tahu makanan favoritnya? Buat apa?"
"Lah kamu jadi tetangganya masa iya gak tau? Kan Raihan sakit gara-gara semalam pulang kehujanan. Berita Raihan sakit dan gak jadi pemimpin upacara hari ini tersebar loh di chatingan grup sekolah. Karena itu aku berinisiatif mau bikin masakan kesukaan Raihan supaya dia cepat sembuh. Aku tau dari Malik lalu minta ajarin resepnya sama Lili. Iya kan Li?"
Lili pun mengangguk. Dia merogoh sesuatu di dalam tasnya lalu memberikannya kearah Lala.
"Ini La. Aku kasih sekarang ya resepnya. Takut Lupa."
"Makasih ya Li. Ah Alhamdullilah akhirnyaaaaaaa." Lala memeluk kertas yang berisi catatan resep masakan itu bagaikan memeluk hadiah. "Sepulang sekolah nanti aku harus masak dan berkunjung kerumahnya Raihan."
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Rasanya aku sangat jengkel sekali melihat Lala yang begitu lebay. Tidak dengan Lili yang lebih tenang dan berkutat dengan ponselnya. Aneh sekali. Akhir-akhir ini dia sering sibuk dengan ponselnya. Ada apa? Apalagi ponsel adalah benda yang paling-paling jarang dia pegang. Biasanya Lili lebih memilih memegang dan membaca n****+ islami ditangannya. Itu yang sering aku lihat.
"Sya.."
"Ya?"
"Em boleh nanya gak?"
"Soal apa?"
Aku memperhatikan raut wajah Lala yang terlihat serius. Memikirkan sesuatu yang ada di benaknya dan ingin ia lontarkan saat ini juga.
"Kalau aku tanya kira-kira kamu mau jawab gak?"
"Tergantung."
"Kok gitu sih?"
"Ya kalau nanya soal pribadi masa iya aku jawab?"
"Bukan sya bukan.." Lala menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku tau meskipun kita sahabat sejak SD tapi aku cukup tau diri untuk tidak mengetahui batasan pribadi diantara kita dan Lili."
"Yasudah apa sih?"
Lala memajukan tubuhnya. Ia menengok kekanan dan kekiri. Memastikan bila tidak ada yang mendengarkan pembicaraan serius Lala saat ini.
"Em begini.. kamu.. kamu yakin nih gak suka sama Raihan?"
"Ya enggaklah." Aku membela diriku dengan cepat. "Kan sudah aku bilang kalau aku gak suka sama dia!"
"Meskipun kalian tetanggaan?"
"Hm."
"Dan berteman sejak kecil?"
"Hm."
"Bahkan kedua orang tua kalian saling Deket?" tanya Lala lagi. "Sedikit banyaknya kalau kalian ada acara pasti ketemu kan? Nah apalagi kamu bekerja dirumah Raihan sebagai membayar rasa tanggung jawabmu karena pernah hilangkan motornya."
"Hm. Terus?"
"Yaudah deh. Berarti aman. Kita kan sahabat. Banyak tuh diluar sana yang temen makan temen. Nusuk dari belakang. Terus ujung-ujungnya berantem cuma karena masalah cowok. Lah aku gak mau hal itu terjadi diantara kita sya. Aku suka sama Raihan. Kamu gak suka sama dia. Kita nih sahabatan. Berarti tidak ada masalah dong ya diantara kita nantinya?"
Aku terdiam. Segitunya ya Lala ingin mendekati bahkan memiliki Raihan?
"Sya?"
"Ha?"
"Kamu denger gak sih?"
"Iya La dengerrrrr."
"Bagus deh kalau gitu. Yaudah.. ayo kita keluar! Sebentar lagi upacara segera di mulai."
❣️❣️❣️❣️
Jam istirahat akhirnya tiba. Aku sedang menikmati semangkok bakso cabang milik Om Afnan yang kini berlapak di kantinku. Ah Om Afnan itu keluarganya Raihan. Rasa baksonya enak sekali. Apalagi saat ini ada Tante Leni yang setia menemaninya. Rasa Baksonya yang enak membuatku membuatku ketagihan.
Saat ini aku hanya sedang bersama Lala karena Lili sedang sibuk. Ntahlah.. dia itu aneh. Seperti yang aku bilang. Mulai sibuk dengan ponselnya dan suka ada keperluan mendadak.
Brak!
Aku terkejut. Untung saja aku sudah selesai menikmati baksoku dengan lahap. Aku menatap seorang cewek yang menggebrak meja makan didepanku. Dia menatapku benci.
"Eh gak usah belagu ya jadi cewek!"
Aku terkejut. Tapi karena dia tidak sopan asal main gebrak meja, akupun berdiri dengan santai lalu bersedekap. Suasana kantin yang tadinya ramai kini terdengar hening. Aku dan cewek itu menjadi sorotan.
"Kamu siapa? Asal nuduh bilangin aku belagu!" sinisku yang tak kalah kesal.
"Kamu kan penyebab Raihan sakit dan dirawat inap dirumah sakit?"
"Apa?"
"Ck! Gak usah sok pura-pura terkejut dan heran."
Tapi memang benar. Aku terkejut. Bukannya Raihan tadi pagi masih dirumah?
"Barusan Raihan masuk UGD. Katanya sakit parah. Itu semua gara-gara kamu yang ngebiarin dia kehujanan kan?!"
"Aku- Byurrrrrr
Aku terkejut. Tanpa diduga cewek itu menyiramkan sisa kuah bakso yang sudah tidak panas lagi keatas hijabku. Aku syok. Berani-beraninya dia begitu. Apalagi aku tidak tahu namanya.
Suara kasak-kusuk terdengar. Aku menatap tajam cewek itu. Ini tidak bisa di biarkan!
"Terus kenapa? Itu salah dia sendiri! Dan aku tidak peduli! Aku- PLAK!"
Aku merasakan pipiku kebas dan mungkin saat ini memerah. Kedua mataku memanas. Sebenarnya dia ini kenapa? Main seenaknya mendampar aku!
Dia pun tertawa jahat. Aku menyadari logo kelas yang ada di lengannya. Tenyata dia anak dari kelas 12 B jurusan Bahasa. Rupanya dia satu angkatan dengan Kak Bejo.
"Ini semua gara-gara kamu cewek belagu! Kalau kamu jemput Raihan malam itu gak mungkin dia kehujanan dan berkahir sakit! Kamu-"
"BERHENTI!"
Suara teriakan yang berasal dari jarak beberapa meter membuat aku menoleh. Disanalah Kak Faisal. Berdiri dengan gayanya yang sok cool sambil memasukkan salah satu tangannya di saku celana bahkan headset pun masih bertengger di kedua telinganya.
Dia melangkah ke arah kami. Lalu melirik kearah si cewek gak gak tau diri itu.
"Raihan sakit itu salahnya sendiri kenapa gak berteduh atau meminta jemputan temennya, orang tuanya, atau hubungin layanan jasa antar jemput online... "
"Tau apa kamu Faisal? Gak usah ikut campur!"
"Aku akan ikut campur kalau Raisya kamu sakiti Fika! Raihan sepupuku, tentu saja aku tau tentang hal yang menimpa dia!"
Apa? Jadi cewek itu namanya Fika?
Faisal bersedekap. "Jadi stop buat nyalahin Raisya!"
Tanpa diduga Faisal menarik lenganku. Hingga akhirnya kami berbalik. Aku berusaha menepis Faisal yang seenaknya pegang-pegang lenganku. Tapi..
Aku terkejut bila Kak Bejo melihat semuanya. Ia terdiam. Tanpa banyak komentar atau mungkin mengatakan sesuatu atau mungkin membelaku.
Lalu hatiku perih karena melihat kak Bejo tidak melakukan sesuatu terhadapku.
❣️❣️❣️❣️
Nah loh. Suka boleh ya. Tapi kalau yang di sukai malah diam gitu aja gimana??
Makasih sudah baca. Makasih tetap ikutin cerita ini meskipun sempat Hiatus selama seminggu.
Kangen kalian terobati karena disini Ada Arvino Aiza. Wkwkw ya ialah, mereka kan bapake Raihan.
Sehat selalu buat kalian. Semangat menuju Hari Raya Idul Fitri (^^)
With Love
LiaRezaVahlefi
Instagram
lia_rezaa_vahlefii