16.Raisya

1227 Kata
*Pliss Jangan Baper. Ntar Menyesal.* Aku mengelap peluh di dahiku. Bahkan saat ini aku mengibas-ngibaskannya ujung hijabku. Berharap sedikit banyaknya hawa gerah terobati ketika saat ini aku duduk di taman. Dari jarak kejauhan aku melihat si k*****t itu sedang memfoto suatu objek untuk kegiatan fotografinya. Ck, sok banget. Cowok macam dia mana cocok jadi fotografer. Cih. Aku juga memperhatikan si Lala yang mendekatinya. Wah-wah rupanya dia benar-benar serius mau menarik perhatian si Raihan itu. Silahkan saja. Bagus lagi! Setidaknya kalau mereka saling menyukai, Lala akan bersedia bernegosiasi denganku menjadi supir dadakan buat cowok yang di cintanya. Apakah aku harus membantunya supaya mereka benar-benar saling menyukai? Sepertinya itu ide yang bagus. "Layang-layang terbang di kota Penang. Hai sayang, belum pulang?" Aku menoleh kearah Kak Faisal dan menatapnya kesal. Cowok yang suka gombal pakai kata-kata pantun recehnya. "Kok gitu sih tatapannya? Hatiku jadi nyesek nih." "Bodo amat!" "Kalau adek Raisya menatapku dengan tatapan penuh cinta, setidaknya hati kakak akan melonggar dengan tenang. Gak nyesel lagi." "Kamu ngapain sih? Pergi sana pergi!" "Aku gak akan pergi. Aku masih disini. Menantimu." Dan aku bertambah benci sehingga pada akhirnya aku pergi begitu saja menuju kantin. Waktu sudah hampir menuju sore. Semoga saja mbak-mbak di kantin belum tutup dengan semua dagangannya. "Lapar ya dek?" "Kalau lapar sini kakak traktir. Gini-gini kakak belajar mengeluarkan uang loh buat calon masa depan kayak kamu." "Ya anggap aja latihan. Ntar kalau suatu saat kita bersama dalam satu atap dengan ikatan halal kamu minta apa aja bakal aku turutin." Aku membalikan badan. Menatap Faisal dengan tatapan ingin membunuh. "Kalau gitu aku boleh minta sekarang gak?" tanyaku dengan sinis. "Maksud kamu nikah sekarang?" "Bukan! Bukaaaannnn!" "Lah terus?" Aku berkacak pinggang. "Jauhi aku karena hatiku sudah tertambat buat kak Bejo! Oke?" "Jadi kamu suka sama si Bejo-Bejo yang kampungan itu? Ck." "Dia gak kampungan!" Faisal menatapku dengan sinis. Dia benar-benar keterlaluan. Masa My Calon Imam Bejo di hinanya? "Tapi aku gak peduli." kekeh Faisal lagi dengan santai kearahku. "Mau sekampung apapun dia, aku akan tetap berusaha meraih hatimu adek Raisya." Aku mengabaikannya lagi. Lalu kekesalan ku bertambah ketika semua pedagang kantin, pedagang bakso bahkan penjual gorengan pun sudah tutup. Jelas aja tutup apalagi sekarang sudah jam 15.00 sore. "Dan aku akan berusaha mendapatkanmu melalui ucapan doaku pada Allah Raisya. Kamu boleh mengabaikan ku, tapi kamu tidak bisa mengelak kalau suatu Allah membolak-balikkan hatimu jadi menyukaiku." "Kak Faisaaalll!!" "Sudah ya aku pergi dulu adek Raisya.. Byeeeeeeeee calon pasangan masa depan." Dan dia pergi dengan santai mengabaikan ku yang sudah ingin mencakar-cakar wajahnya. Kalau saja dia bukan anak angkat Om Fikri, mungkin aku akan mendorong tubuhnya supaya jatuh kedalam selokan sekolah. Om Fikri adalah adik kandung dari papinya Raihan yang pernah menyukai mendiang adik kembaran papa dokterku di masalalu. Aku tidak tahu pasti kenapa Faisal menjadi anak angkat Om Fikri sementara Om Fikri sendiri memiliki anak laki-laki yang masih duduk di bangku sekolah Madrasah Tsanawiyah. "Sudah selesai marahnya?" Aku menoleh kebelakang. Tadi si tukang gombal receh membuatku kesal. Sekarang si k*****t Raihan lagi yang ada didepan mataku. "Sudah!" Dan aku melenggang pergi meninggalkan si Raihan dengan kesal menuju parkiran mobil. Sesampainya didalam, aku segera duduk di balik kemudi setelah dia memasuki mobilku dan duduk dibangku belakang. Aku mengemudikan mobilku dengan kecepatan sedang. Suasana di antara kami begitu hening. Lalu tiba-tiba aku teringat Lala. "Kayaknya Lala suka sama kamu." Raihan hanya menatapku di balik spion tengah, lalu kembali bersikap tidak peduli. Huft! Menyebalkan sekali dia! "Kalian cocok tuh. Sama-sama resek! Ck." sindirku dengan sinis. "Kalau suatu saat kalian bersama setidaknya aku bisa berhenti jadi supir pribadi kamu yang menyebalkan ini." "Aku tidak mau ganti supir." "Kenapa? Kamu kan tau aku capek kayak gini terus." "Maunya sama kamu." DEG. Seketika aku terdiam. Apa katanya? Sama aku? Di-dia gak salah bilang kan? Atau aku yang salah dengar? Hanya tiga kata dan itu sukses buat aku tidak mampu berkata-kata lagi. "Ma-maksud kamu Rai?" "Jalankan saja mobilnya." Aku mencoba bersikap biasa-biasa saja. Sementara tidak dengan hatiku yang gelisah. Raihan itu memang menyebalkan dan irit ngomong. Tapi kenapa cara bicaranya tadi seperti itu? Akhirnya aku memilih diam dan tidak membahasnya lagi. Seiring berjalannya waktu kawasan lalu lintas berubah padat dan macet. Aku menghela napas. Tubuhku begitu lelah. "Tolong menepi sebentar mobilmu." "Kenapa?" "Menepi saja." Aku ingin bertanya lagi. Tapi sepertinya aku urungkan. Aku memilih menuruti perintah Raihan dan menepikan mobilku. "Keluar. Biar aku yang nyetir." "Ha?" "Waktu terus berjalan. Kamu terlihat lelah." Aku terlihat lelah? Benarkah? Aku merasa Raihan terlihat aneh. Apakah otaknya habis terbentur? Atau karena dia di dekatin Lala mendadak dia menjadi gila? Ntahlah.. hanya Allah dan dia yang tahu. Aku keluar dari mobilku lalu bergantian duduk di belakang sementara dia yang mengemudikan mobilku. Berbagai macam pikiran memenuhi otakku dengan perlakuan Raihan yang mendadak aneh saat ini. Mobil kembali berhenti di suatu tempat. Aku memperhatikan sekitar melalui kaca jendela mobil. Rupanya mobilku berhenti di halaman restoran siap saji. Raihan keluar dari mobilnya tanpa sepatah katapun. Raut wajahnya datar dan aku mengerutkan dahi. Apakah dia akan memesan makanan didalam? Ah mungkin saja. Akhirnya aku memilih diam tanpa banyak komentar. Kebetulan perutku juga lapar. Raihan benar-benar berubah dan aneh. Tadi dia terlihat perhatian, sekarang berniat membelikan ku makanan. Tanpa sadar aku menarik sudut bibirku. Ntah kenapa situasi sekarang membuatku nyaman tanpa harus adu mulut seperti biasanya. ❣️❣️❣️❣️ Aku memperhatikan jam disekitar pergelangan tanganku. Ini sudah hampir satu jam aku menunggu Raihan. Kenapa dia lama sekali? Bahkan aku mencoba menghubungi ponselnya dan sayangnya tidak diangkat. Apakah pengunjung restoran didalam sangat antri? Aku berniat ingin menyusul saja namun tidak jadi ketika Raihan sudah keluar dari restoran siap saji tersebut dengan raut wajah datarnya sampai akhirnya Raihan membuka pintu mobil lalu duduk dibalik kemudi dan mobil kembali berjalan. "Em.. Rai." "Apa?" Tiba-tiba aku merasa ragu untuk bertanya. Tapi.. ah sudahlah. Aku tidak perduli. "Kamu tadi didalam restoran ngapain?" "Makan." "Makan?" "Hm." "Sendirian?" "Tidak." "Sama siapa?" "Kak Jannah." "Kak Jannah? Kok bisa?" "Gak sengaja ketemu." Tiba-tiba hatiku mencelos. Kak Jannah itu memang cantik. Kakak kelas 12 yang menjadi sorotan cowok- cowok karena wajahnya yang manis dan teduh. Disislain dia anak seorang Ustad dan Ustadzah. Aku berusaha mengabaikan rasa kecewa yang sebenarnya sejak tadi aku berharap Raihan itu membelikan satu porsi siap saji buatku. Ini kan sudah sore. Tentu saja aku lapar. "Em, kamu beli satu porsi aja ya tadi?" "Hm." "Gak beli dua? Em maksudku.." aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal. "Em maksudku-" "Kalau kamu berpikir aku bakal membelikan untukmu jangan harap. Kalau mau ya beli sendiri!" Apa?!!!!! Aku membulatkan kedua mataku tidak percaya. "Alasannya kenapa aku tidak mau mengganti supir gratisan selain kamu ya simpel aja. Kan kamu yang hilangkan motorku. Ngapain aku ganti supir lagi? Ck!" "Rai! Kamu-" "Aku memilih nyupir mobil kamu anggap aja saat ini aku sedang baik. Aku masih muda. Belum siap mati kecelakaan karena pengemudinya yang kelelahan." "KELUAR KAMU RAI! KELUAAAARR DARI MOBILKUUU!!!!!" "Kenapa kamu harus marah?" Rai terlihat terkekeh sinis. "Jangan bilang tadi kamu sempat berpikir aku berubah dan perhatian denganmu? Ck, dasar kaum cewek. Dikit-dikit baper." Aku mengepalkan  kedua tanganku. Dan Raihan adalah satu-satunya cowok yang ingin aku gorok lehernya saat ini juga. ❣️❣️❣️❣️ Raisya sempat baper tadi karrna Raihan perhatian. Eh sekalinya salah sangka Jahara memang Raihan itu Jangan-jangan kalian yang baca tadi sempat baper dan menyangka kalau Raihan mulai suka sama Raisya? Wkwkwkwkw.. With Love LiaRezaVahlefi Instagram lia_rezaa_vahlefii
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN