*Alergi Terik Matahari*
Ponsel lowbat, mati total, hawa panas, gerah dan lapar. Sebuah hal yang menyebalkan. Karena itu semua akupun berjalan kaki menuju rumah.
Ponselku sudah mati total, otomatis aku tidak bisa menghubungi Anu dan Nua, paduka raja papi dan paduka ratu mami serta layanan jasa antar jemput kendaraan online melalui aplikasi.
Sebuah mobil menepi. Aku merasa dia menepi karena diriku, tapi belum tentu juga sehingga akupun mengabaikannya.
"Raihan?"
Aku menoleh kebelakang dan itu adalah Jannah. Seorang kakak kelas yang duduk di bangku kelas 12 dan anak dari Pak Ustadz Dani. Aku menghentikan langkahku ketika dia keluar dari mobilnya.
"Asalamualaikum Raihan."
"Wa'alaikumussalam."
Jannah mengelap peluh di dahinya, memperhatikan situasi dan cuaca yang sedang panas lalu beralih menatapku.
"Raihan pulang sendirian?"
"Iya."
"Kenapa tidak di jemput?"
"Yang jemput sibuk." Aku memperhatikan jam di pergelangan tanganku. Sebentar lagi hari akan menunju waktu ashar, dengan sopan aku kembali berkata. "Maaf aku harus pulang."
Jannah mengangguk. Aku segera membalikan badanku. Dari gesture tubuhnya saja dia terlihat ingin berbicara lagi padaku. Mungkin karena dia seorang gadis yang memiliki batasan terhadap yang bukan mahram, sehingga dia tidak dapat melanjutkan kata-katanya.
"Raihan?"
Aku menoleh kembali kebelakang. "Ya?"
"Aku.. maaf aku hanya ingin menolong sesama muslim."
"Maksudmu?"
"Jika berkenan aku bisa mengantarkanmu hingga sampai didepan rumah."
Sebuah tawaran yang sopan meskipun harus terselip kata-kata menolong.
"Maaf tidak perlu melakukannya. Aku ingin pulang sendiri saja. Terima kasih atas tawarannya. Asalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Dan aku melanjutkan langkahku. Sebenarnya tadi adalah tawaran yang dapat mempersingkat waktuku, tapi Ntahlah. Aku memilih pulang jalan kaki. Hingga akhirnya aku melihat mobil dia berjalan melewati diriku.
"Raihan!"
Aku menoleh ke samping, rupanya ada Siti menepikan motornya. Dia teman semasa bimbelku waktu di Madrasah Tsanawiyah dan aku tidak menyangka bertemu dengannya lagi setelah setahun lebih lamanya.
"Ya?"
"Masya Allah apa kabar? Dari jauh aku sudah menebak-nebak kamu Raihan atau bukan, eh ternyata benar. Loh kok pulang sendiri? Tante Aiza atau Om Arvino gak jemput?"
"Tidak."
"Eh kabar kamu gimana?"
"Alhamdulilah baik."
Siti terlihat manggut-manggut. "Kalau gitu mau pulang bareng?" Siti mengulurkan kunci motornya padaku. Dengan sopan aku menolaknya.
"Maaf aku ingin jalan kaki. Sekalian olahraga."
"Wah sayang sekali ya. Tapi beneran nih gak mau? Lumayan loh, masih ada setengah jam lagi menuju rumahmu."
"Aku baik-baik saja."
Dengan kikuk Siti kembali mengantongi kunci motornya. "Em yaudah deh. Kalau gitu aku pulang duluan ya, boleh minta nomor ponsel kamu?"
Aku mengangguk ketika dia menyodorkan ponselnya. Aku mengetikkan nomorku lalu kembali menyerahkannya.
"Terima kasih Rai! Kalau gitu aku pulang duluan ya. Kabarin aku kalau sudah sampai."
"Insya Allah."
Dan dia pergi. Dengan raut wajahnya yang gembira. Sejak dulu dia memang begitu, suka mendekatiku meskipun aku mengabaikannya.
Lalu aku kembali melanjutkan perjalananku dengan diam meskipun aku lelah.
❣️❣️❣️❣️
"Asalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Setelah mendengar ucapan salam dari Yang Mulia Ratu Mami, aku memilih duduk di teras lantai sambil berselonjoran kedua kakiku.
"Raihan. Loh kok duduk dibawah nak?"
Dengan penuh perhatian Mami melepaskan sepatuku, aku menggeleng cepat. Tidak seharusnya mami bersikap seperti ini.
"Mam, Raihan bisa sendiri."
"Ya Allah kenapa wajahmu merah-merah gini?"
Mami menatapku khawatir, dia menyentuh kedua pipiku.
"Kamu habis kena panas terik matahari. Mami sudah bilang jangan kelamaan di bawah terik matahari Rai."
"Mi, Rai baik-baik aja."
Mami menggeleng. "Tidak! Ini kamu alergi." Dengan perlahan mami menarik pergelangan tanganku. Lalu keluar pintu pagar untuk menuju rumah Om Devian yang ada di sebelah rumahku.
"Mi, Rai baik-baik aja."
"Gak bisa! Alergi kamu kalau gak di obatin bisa meradang sampai berhari-hari."
"Tapi-"
"Asalamualaikum. "
Tok, tok, tok,
Mami mengetuk pintu dengan kencang. Hingga pintu terbuka dan Tante Adila melihatku dan Mami dengan bingung.
"Wa'alaikumsallam. Aiza? Ada apa?"
"Maaf ya mbak Dil menganggu. Devian ada?"
"Wah, Mas Devian lagi dinas sore. Kebetulan jam 10 malam baru pulang. Ada apa ya Za?"
Mami terlihat cemas. "Putraku alergi. Aku ingin mengobatinya. Barang kali Devian bisa meresepkan obat untuk kulitnya."
Aku tau mami begitu khawatir. Sebenarnya aku baik-baik saja. Tapi mami paling tidak bisa melihatku dalam keadaan tidak baik-baik saja.
"Alergi apa ya? Ya ampun kok merah-merah gini?"
"Raihan paling gak bisa berlama-lama kena sinar matahari. Makanya merah-merah gini."
Tante Adila menatap cuaca didepan matanya. "Cuaca memang sedang kemarau. Padahal hari sudah sore tapi hawa panas masih terasa. Em atau gini aja, nanti kalau mas Devian sudah pulang aku langsung suruh periksa Raihan ya Za."
Tint.. tint.. tint..
Suara klakson mobil terdengar didepan pintu pagar ketika mencegah obrolan Tante Adila dan mami. Beberapa detik kemudian penjaga rumah Tante Dila pun membuka pintu pagar tersebut.
Aku tersenyum sinis. Tentu saja aku tau apa yang terjadi setelah ini.
"Oooooh sekarang aku tau Aiza kenapa putramu bisa alergi terik matahari dalam jangka waktu yang lama." suara Tante Adila begitu sinis dan terselip amarah didalamnya.
"Raihan! Jujur sama Tante, tadi kamu pulang sendirian ya? Terus Raisya gak antar kamu sampai rumah?" tanya Tante Adila.
Aku mengangguk. "Iya Tante-"
"Asalamualaikum Mama, aku pulannnnggggggg."
Kami semua menoleh kearah Raisya yang sedang ceria lalu tiba-tiba berubah ketakutan. Tatapan Raisya beralih ke arahku dan aku menatapnya sinis.
"Raisyaaaa!!!!! Kamu minta di hukum rupanya ya!"
Ck, sudah aku bilang, dia itu bodoh kan? Hidupnya memang selalu di penuhi masalah dan masalah.
Semoga saja suatu saat Allah tidak menjodohkan ku dengan wanita seperti Raisya.
❣️❣️❣️❣️
Raihan doanya gitu, iya kalau di kabulkan. Kalau jadi bumerang buat dia lah piye?
Wkwkwkwkw
Makasih sudah baca. Makasih sudah vote dan komentar dari part awal teenfiction ini.
Sehat selalu buat kalian ya.
With Love
LiaRezaVahlefi
Instagram :
lia_rezaa_vahlefii.