04 - Boneka Pencetak Anak

1957 Kata
Reivant masuk ke dalam kamar menatap tajam pada gadis yang tidak mau makan semenjak kemarin, dan terus saja menangis. Reivant sampai bosan melihatnya terus menangis dan mengatakan ingin pulang. Reivant tak akan membiarkan gadis itu pulang ke rumah gadis itu kembali. Ini rumahnya sekarang. Sampai Reivant mendapatkan anak dan bosan pada gadis itu. Reivant meletakkan nampan makanan di atas meja. Seumur hidupnya, baru kali ini dirinya membawa nampan makanan seperti pelayan rendahan. Reivant berjalan mendekati Netha dan menarik tangan gadis itu untuk berdiri dan membawanya duduk di sofa. Netha menatap nyalang pada Reivant dan ingin berdiri kembali, menjauhi Reivant. Namun, baru selangkah Netha ingin melangkah, Reivant sudah menghempaskan tubuh Netha ke atas sofa kembali. “Jangan berani melawan Netha! Kau mau keluargamu mati di tanganku?!” ancam Reivant, tak main-main. Dia sungguh akan melakukan itu. Reivant mengeluarkan ponselnya, dan melihatkan apa yang akan dilakukan olehnya. Kalau Netha berani melawan pada dirinya. Tubuh Netha bergetar dan menggeleng. Dia tidak mau terjadi apa pun pada keluarganya. Dia sungguh menyayangi keluarganya. “Jangan lakukan sesuatu yang buruk. Jangan sakiti mereka.” pinta Netha yang sudah menitikkan air matanya. Reivant mendengkus. Gadis ini hanya bisa menangis saja sepertinya. Apakah suaranya akan merdu bila bercinta dengan dirinya nanti? Ah! Bukan bercinta. Karena Reivant tak pernah melakukan itu dengan perasaan yang dinamakan cinta. Cinta itu memuakkan! Reivant lebih suka menyebutnya bersenang-senang atau menyetubuhi mangsanya. Dan Netha adalah mangsa terlamanya mulai dari kemarin dia menculik, membawa gadis itu kemari. Reivant juga sudah mengabari pada ibunya kalau dia akan segera menikah dan memberikan ibunya cucu. Agar wanita tua itu tak terus menyinyir menanyakan kapan Reivant menikah dan memberikannya cucu. “Jadi, kau harus menjadi perempuan penurut Netha. Aku bukan pria yang memiliki hati amat lembut dan baik, untuk membiarkan keluargamu hidup. Hanya sementara sayang. Setelah aku bosan dan mendapatkan anak darimu, aku akan membebaskan dirimu dan tidak butuh dirimu lagi,” ucap Reivant membelai pipi Netha. Dia hanya ingin hal semudah itu. Tak perlulah Netha sampai menangis dan ingin pulang seperti ini, lagian Reivant tak akan membunuh Netha. Netha itu mesin pencetak anak untuknya. Yang pastinya akan dia perlakukan Netha sebaik mungkin. Ah! Jangan lupakan juga. Kalau Netha akan menjadi istri sah-nya dan dia akan memperkenalkan Netha pada rekan bisnisnya nanti. Dan semua orang akan tahu Netha adalah istrinya. Agar nanti saat anaknya lahir dan tumbuh besar, taka da mulut nyinyir yang mengatakan kalau anaknya adalah anak haram atau anak angkat. Reivant tak suka itu. Netha menghapus air matanya kasar. “Kenapa? Kenapa kau jahat padaku. Aku tidak pernah memiliki masalah denganmu, bahkan aku juga tidak mengenalmu!” ucap Netha bertanya penuh kesakitan. Dia tak pernah memiliki masalah dengan Reivant, dan tidak pernah tahu tentang Reivant. Tetapi, kenapa hidupnya harus berakhir seperti ini. Setelah Reivant mendapatkan apa yang diinginkan olehnya. Maka Netha dibuang, dan merasa tak pantas untuk dimiliki oleh lelaki lain lagi nantinya. Reivant tersenyum sinis. “Aku jahat padamu? Kau salah baby. Aku itu sangat baik padamu, baby. Aku bahkan akan membiayai semua hidupmu dan juga keluargamu. Dan kau akan menjadi istri orang terkaya di Asia. Ah! Bukan hanya di Asia saja sayang, aku juga keturuan Amerika. Kau akan berada di berita bisnis. Dengan tampilan. ‘Seorang perempuan mampu menakhlukan hati Reivant Korvino—CEO muda yang tampan dan kaya raya’ dan kau tak merasa bangga sayang?” tanya Reivant kepercayaan dirinya memang selalu tinggi. Bangga? Kenapa Netha harus bangga dengan semua itu? Netha tak pernah bangga dengan harta yang dimiliki oleh Reivant. Dia tidak pernah memandang pada wajah yang tampan dan seberapa kayanya seorang laki-laki. Dia selama ini menginginkan lelaki yang sederhana dan mampu mencintai dirinya apa adanya dan membuatnya selalu bahagia. “Aku tidak bangga dengan semua itu. Aku butuh cinta. Bukan sebuah kekayaan dan menjadi Mrs. Korvino yang kemudian hari dicampakkan olehmu,” ucap Netha datar. Reivant berdecak. “Sialan! Kau memang tak sadar diri! Kau itu wanita jelek dan tak tahu diuntung. Sudah berbaik hati aku mau menikahimu lebih dulu daripada langsung menyetubuhi dirimu!” kata Reivant tak terima Netha terus membalas semua perkataannya. Dia sangat membenci perempuan pembangkang. Netha menelan salivanya kasar. Dia takut dengan tatapan Reivant yang menatapnya tajam dan tidak suka. Netha tak mau mengatakan hal yang membuat Reivant emosi lagi, yang akan membuat dirinya menyesal nantinya. Dengan Reivant yang membunuh keluarganya. “Sekarang makan makananmu jalang! Dan saat aku kembali ke dalam kamar ini, kau sudah memakan makananmu!” ucap Reivant berdiri dari tempat duduknya, lalu berjalan keluar dari dalam kamar. Netha yang menatap kepergian Reivant kembali menangis dengan menutup mulutnya. Tangannya perlahan mengambil piring berisi makanan itu, memakannya dalam air mata yang terus menetes. Netha tak tahu sudah berapa banyak air mata yang dikeluarkan olehnya semenjak bertemu dengan Reivant. Dan pria itu tetap pada pendiriannya dan tidak mengampuni Netha dan tak membiarkan Netha untuk pergi. “Sakit…” ucap Netha lirih. Hal yang menyakitkan itu, makan dengan air mata penuh kesakitan. Dan Netha merasakannya sekarang. Dia harus makan dan tetap sehat, agar keluarganya tidak menjadi korban dari kekejaman seorang Reivant Korvino. Yang kekuasaannya tak perlu diragukan lagi. Hanya sekali kedip, maka keluarga Netha akan tinggal nama saja di tangan pria itu. *** Reivant berjalan memasuki ruangannya di perusahaan miliknya. Setelah menemui Netha, dirinya langsung ke perusahaannya. Untuk menenangkan diri, agar dia tidak memberikan pelajaran pada perempuan sialan itu. “Kau kenapa? Seperti orang yang banyak memiliki beban hidup.” Reivant menatap pada sahabatnya yang sudah duduk di dalam ruangannya, rajin sekali sahabatya ini sudah berada di sini seperti orang yang tak punya kerjaan saja. “Kau tidak memiliki keperluan lain Zafran?” tanya Reivant mengambil salah satu berkas, dan memeriksanya. Zafran tertawa kecil. “Aku merindukan dirimu. Dan aku itu seorang bos! Untuk apa aku banyak bekerja, kalau para karyawanku bisa mengerjakan semuanya,” jawab Zafran sombong sambil meminum bir yang dibawa olehnya. Reivant mendengkus. “Kau sesiang ini minum bir! Ini masih terang benderang. Kembalilah ke perusahaanmu. Aku tidak menerima tamu di sini!” usir Reivant menyuruh Zafran untuk pergi dari sini, dan tak mau melihat wajah sahabatnya itu. Zafran mendelik. “Hei! Seharusnya kau bersyukur aku mau mengunjungi dirimu. Aku ingin menanyakan, apakah kau sudah bertemu dengan perempuan yang tepat untuk kau jadikan istri dan mendapatkan anak darinya?” tanya Zafran penasaran tentang ini. Reivant tersenyum sinis. Pembicaraan ini disukai olehnya. Dia belum sempat mengabari Zafran ternyata, mengatakan tentang perempuan yang akan dinikahi olehnya dan menjadikan wanita itu sebagai alat untuk memberikan anak padanya. “Aku sudah menemukannya.” Zafran terkejut mendengarnya. Reivant sudah menemukan perempuan yang pas untuk dijadikan istri dan mendapatkan anak dari perempuan itu? Perempuan bodoh yang mana mau menikah dengan Reivant. Apalagi pernikahan itu hanya sementara, sampai Reivant memiliki anak. “Kau sudah mendapatkannya?! Kenapa kau tidak mengabariku b******n!” ucap Zafran kesal akan kelakuan sahabatnya ini. Reivant tertawa kecil. “Maaf. Aku lupa untuk mengabari dirimu. Aku mendapatkannya di kamar hotel,” ucap Reivant, mengingat wajah polos dan juga galak dari Netha. Reivant sudah tak sabar menikah dengan gadis itu, supaya dia bisa mendengarkan suara penuh desahan kenikmatan dari Netha. Reivant juga tak sabar menyemburkan benihnya di dalam lubang kenikmatan milik Netha. Agar anaknya segera terlahir ke dunia ini. Zafran semakin terkejut. Menemukan di kamar hotel? Maksudnya Reivant membawa pelayan hotel untuk dinikahi? “Kau menikahi pelayan hotel?” tanya Zafran. Reivant menggeleng. “Tidak. Aku menikahi seorang wedding organizer.” Jawab Reivant santai, dan membuka ponselnya, memantau kegiatan Netha dari ponselnya. Reivant tersenyum tipis ketika melihat Netha memakan makanannya. “Sialan! Kau dapat dari mana dia? Kau menculiknya?!” “Tepat sekali brother. Aku memang menculiknya. Dia wanita yang pas untuk dijadikan ibu dari anak-anakku. Tapi, sayangnya setelah aku memiliki anak, dia tak akan pernah berjumpa lagi dengan anak yang dikandungnya nanti,” jawab Reivant, memang sekejam itu dirinya. Dia hanya tidak mau anak yang diinginkan olehnya pergi bersama dengan Netha, dan tidak bersama dengannya. Reivant ingin semuanya berjalan lancar sesuai rencana. Dia mendapatkan anak dan semuanya kelar. Dan pastinya setelah Netha melahirkan, dia berangsur bosan dengan perempuan jalang bermulut pedas itu. Zafran berdecak. Reivant tak memiliki hati nurani. Zafran tak bisa membayangkan, bagaimana sedihnya perempuan itu nantinya. Dia sudah mengandung selama Sembilan bulan, tapi, dia dipisahkan dari anaknya. Dan paling tragis. Dia dicampakkan setelah semua keinginan Reivant tercapai. Reivant memang tak memiliki hati. Karma akan menanti sahabatnya itu. “Kau tidak perlu sekejam itu Reivant. Kalau memang tujuanmu sudah tercapai nantinya. Kau bisa membiarkan perempuan itu untuk bertemu dengan anaknya sekali-kali. Menjauhkan ibu dan anak adalah perbuatan amat keji,” nasihat Zafran. Dia tak akan menyuruh sahabatnya itu untuk memulai pernikahan secara normal. Tetapi, dirinya hanya meminta agar Reivant mengizinkan ibu dan anak masih bertemu. Seorang ibu akan merasakan sakit amat dalam, kalau dipisahkan dari buah hatinya. “Aku memang kejam. Dan aku tidak mau melakukan itu. Setelah aku bosan dan mendapatkan anak dari perempuan itu, maka aku tak akan membiarkannya bertemu dengan anakku. Dia bisa pergi kemana saja. Asalkan jangan melihatkan tampangnya di depan anakku!” ucap Reivant, tak mau mendengar nasihat dari Zafran. Zafran menghela napasnya kasar. Memang susah kalau bicara dengan seorang raja iblis. Dia tetap akan terbuai dengan kekejaman yang dilakukan olehnya. Dan karma akan datang dengan senang hati nantinya pada Reivant. “Aku tidak tahu berbicara apalagi. Lakukan apa yang kau inginkan. Tapi, kenalkan aku dulu dengan calon istrimu itu!” ucap Zafran, ingin diperkenalkan dengan calon istri Reivant. Dia penasaran seperti apa perempuan itu. Kalau dia perempuan yang suka menggoda, maka Zafran tak peduli. Dan dia tak akan mencoba menasihati sahabatnya lagi. Tapi, kalau perempuan itu adalah perempuan baik-baik. Zafran akan berusaha untuk terus menasihati Reivant. Dan berdoa kalau Reivant tak pernah bosan pada perempuan itu. Reivant menggeleng. “Aku tak akan mengenalkannya sekarang. Kau akan tahu nantinya, setelah aku dan dia menikah di atas altar!” ucap Reivant, tak mau memperkenalkan Netha pada Zafran. Dia tak mau Zafran merasa iba pada Netha, dan malah membantu gadis itu kabur nanti. Walau itu tak akan pernah terjadi. Zafran mendengkus. “Sialan! Aku tak akan merebut perempuan itu darimu!” ucap Zafran kesal. “Aku tak peduli. Sekarang keluarlah! Aku tak mau ada yang mengganggu. Aku ingin menyelesaikan pekerjaanku, dan pulang dengan cepat menemui mainan baruku.” Usir Reivant kembali, karena dia mau menyelesaikan pekerjaannya sesegera mungkin. Melihat mainan barunya yang sudah makan dengan air mata melinang, dia sudah tak sabar untuk pulang ke rumah dan bertemu dengan Netha. Menyapa Netha dan membelai pipi Netha. Zafran mengepalkan tangannya. Beranjak dari tempat duduknya, lalu mengacungkan jari tengahnya pada Reivant. Setelah itu dirinya keluar dari dalam ruangan Reivant. Berharap Reivant memang mendapatkan karma menyedihkan nantinya. Reivant yang ditinggalkan sendirian di dalam ruangannya. Mengeluarkan ponselnya, dan mulai menghubungi orang suruhannya untuk menyiapkan pernikahannya. Dan jangan lupakan, dia ingin pesta yang mewah. Karena status anaknya nanti harus jelas di mata orang-orang. Tak mau anaknya mengalami perundungan. “Aku tak sabar memiliki dirimu sayang. Aku akan membuat dirimu hamil secepatnya, supaya aku memiliki anak dengan cepat,” ucap Reivant masih menatap Netha di layar ponselnya. Netha menyingkirkan piring dengan masih menangis, lalu berjalan menuju ranjang. Membaringkan tubuhnya di sana, menyelimutinya dengan tatapan mengarah ke langit-langit kamar. Kesedihan dan air mata tak pernah hilang dari dirinya. Terus saja menangis dengan pilu. “Aku membenci takdir buruk ini. Kalau boleh memilih, aku ingin mati saja Tuhan. Aku tidak mau hidup seperti ini, yang membuat aku menderita dan tidak memiliki kebahagiaan lagi dalam hidupku,” ucap Netha membaringkan tubuhnya ke samping dengan isakan penuh kepiluannya. Netha membenci hidupnya sekarang yang akan menjadi boneka pencetak anak untuk Reivant—CEO kaya yang memiliki kekuasaan tak terhingga. Dan menjadi penghancur hidupnya yang tenang dan tidak berarti lebih sebelumnya. Karena dia hanya gadis biasa yang terus memikirkan keluarga dan bekerja. Dan tak pernah memikirkan masalah percintaan dan hal lainnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN