Netha menatap pada Reivant yang duduk di sofa dengan mata yang terfokus ke televisi. Suasana mencengkam yang dikeluarkan oleh Reivant membuat Netha merasakan bulu kuduknya merinding. Memang dalam apartement ini dia bebas melakukan apa saja yang dimau olehnya. Asalkan dirinya tak keluar. Mau keluarpun percuma. Dia tidak tahu tempat ini, dan dirinya tidak kenal dengan orang-orang di sini. Dan dia tidak fasih dalam bahasa Inggris. Jadi, dia akan menjadi orang bodoh saja. Dan tidak akan bisa bicara dengan orang-orang sini. “Kau mau jalan?” “Huh?” Netha bingung dengan pertanyaan Reivant. Dia tidak salah mendengarkan? Kalau pria itu mengajak dirinya jalan. Padahal sudah dua minggu mereka di Miami. Reivant terus menyiksa dirinya dan melakukan itu padanya. Dan tidak membiarkan Netha menolak