Ini adalah rumahnya. Rumah yang telah ia tinggali sejak lahir hingga sekarang. Rumah megah yang biasanya selalu ramai oleh para mafia dan anak buahnya. Namun kini rumah megah itu kosong. Rion telah menyusuri ruangan-ruangan di dalam rumah itu, namun ia tidak mendapati apapun selain bunyi langkah kakinya yang bergema di dalam rumah kosong itu. Hingga akhirnya langkah Rion terhenti di halaman belakang. Sebuah ayunan yang seharusnya berada di dalam ruang kerjanya kini berada di hadapannya. Berayun pelan meski tidak ada siapapun yang menaikinya. “Rion.” Rion menolehkan kepalanya saat mendengar sebuah suara memanggil namanya dengan lembut. Rion tidak tahu setinggi apa dirinya sekarang, namun di hadapan wanita yang tengah tersenyum lembut padanya ini ia harus mendongakkan kepala untuk dapat