Tanpa sadar aku malah terus tersenyum. Saking bahagianya aku sampai tidak sadar ada orang di depanku. Aku menubruknya, buburku jatuh mengenai sepatunya. "Ma-maaf." Tatapan tajam langsung terarah ke mataku. "Harus tanggung jawab! Bersihin sepatu gue!" Aku mengangguk. "Aku akan tanggung jawab. Aku minta maaf." Dia mendengkus. "Di mana kamar mandinya? Ah, sial banget, sih, hidup gue!" Kugigit bibir bawahku. Apa maksudnya aku yang membuat hidupnya menjadi sial? Sungguh ... aku tidak sengaja, mengapa dia sangat mudah mengeluarkan kata-kata pendek yang menyakitkan. Aku jalan lebih dulu ke kamar mandi, dia mengikutiku. Saat sampai di kamar mandi aku langsung berusaha membersihkan sepatunya. "Lain kali lo jangan mau disuruh berlutut kayak gini kalau bukan sama orangtua atau orang-orang ber