4

1120 Kata
Nada langsung menerima pemberian Tasya. “Wah, ada kentang goreng, ini kesukaan Nada, makasih banyak tante baik ya,” ucap Nada dengan raut wajah yang terlihat bahagia menerima pemberian Tasya. “Sama-sama cantik, Tante senang kalau kamu suka.” “Suka banget Tante, Nada makan sekarang ya,” pinta Nada sambil membuka kotak kentang goreng tanpa menunggu jawaban dari Tasya. “Nada ....” Suara Rizky yang baru keluar dari dalam kamar terdengar menegur Nada. Nada segera menoleh pada Rizky, “Tapi Nada mau ini, Om,” ucap Nada dengan nada merajuk melihat Rizky menatapnya seperti tatapan teguran. “Iya Rizky, aku sengaja bawain untuk mereka kok,” Tasya ikut bersuara. “Bukan itu, cuci tangan kalian dulu, tadi kalian habis main apa?” sahut Rizky bertanya pada Nada dan Dini. “Iya nih Nada jorok gak cuci tangan, padahal tadi kita lagi main kuda lumping, kan jorok pegang lantai,” Dini juga ikut berperan. “Oh iya, ya udah kak, yuk kita cuci tangan dulu,” ajak Nada dengan wajahnya yang ceria. Dua bocah itu lari ke arah dapur dengan semangat untuk mencuci tangannya, sedangkan Rizky berjalan santai mendekati Tasya yang masih mematung sambil tersenyum melihat tingkah menggemaskan dua bocah kecil itu. “Silakan duduk, maaf ya, tingkah mereka kadang-kadang emang bikin kepala jadi bertanduk, tapi mereka anak-anak yang manis,” ucap Rizky pada Tasya. “Tidak apa-apa, aku senang mereka bisa bersikap apa adanya, jadi mereka tidak merasa sungkan karna ada aku di sini,” jawab Tasya sambil tersenyum. Dia duduk di kursi rotan yang ada di ruang tamu tersebut, Rizky juga ikutan duduk berhadapan dengannya. “Terima kasih banyak ya, sudah membuat mereka bahagia, mereka sudah jarang tertawa lepas seperti hari kemarin dengan orang yang baru mereka kenal, semenjak orang tua mereka meninggal,” tutur Rizky. “Sama-sama.” Bu Aminah berjalan menuju arah mereka sambil membawa teh manis ke hadapan Tasya. “Minum dulu Nak,” ucapnya sambil meletakkan segelas teh tersebut di depan Tasya. “Terima kasih banyak Bu,” ucap Tasya. “Sama-sama, ibu yang harusnya berterima kasih sama kamu karna kamu sudah bawa banyak makanan untuk kami, Nada sama Dini pasti senang banget bisa makan enak,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca melihat kebaikan Tasya. Nada dan Dini sudah kembali dengan tangan yang masih terlihat basah, mereka segera menyerbu kentang goreng yang di bawa oleh Tasya. “Duduk yang baik, baru makan,” ucap Rizky pada kedua gadis kecil itu. Nada dan Dini langsung membawa makanan tersebut ke tempat duduk, lalu makan dengan lahap. “Enak banget ini Tante baik,” seru Nada sambil mengunyah kentang goreng tersebut. Tasya tersenyum, “Habiskan ya, kalau gak di makan sampai habis nanti Tante gak mau bawain lagi,” sahut Tasya mencandai mereka. “Iya Tante, pasti kami habiskan kok ini,” sahut Nada, sedangkan Dini hanya mengangguk mengiyakan ucapan adiknya. Setelah makan kentang goreng, Nada dan Dini mengajak Tasya main kembali ke laut. “Nanti di laut kita lihat matahari terbenam, saaangaaat indah, tante baik udah pernah lihat belum?” tanya Nada. Tasya menggeleng. “Kalau gitu, ikut kita tante ya, kita pergi lihat matahari terbenam,” seru Nada dengan sangat bersemangat. “Boleh,” jawab Tasya. Nada menarik tangan Tasya untuk ikut dengannya, tiba-tiba Rizky keluar dari rumah. “Mau pada ke mana?” tanya Rizky. “Mau lihat matahari terbenam sama tante baik, boleh ya,” pinta Nada dengan merengek gemas. Di antara Nada dan Dini, memang Nada yang paling banyak bicara, dan tingkahnya yang paling menggemaskan. “Iya, pergilah, tapi hati-hati, jangan jauh-jauh,” pesan Rizky. “Om ikut juga dong, biar kita main berempat,” ajak Dini. “Om ... mm ... mau siap-siap nanti pergi ke masjid,” jawab Rizky yang salah tingkah di depan Tasya. Entah kenapa tiba-tiba dia jadi membayangkan jika mereka berjalan bersama, dia dan Tasya seperti sepasang pasangan dan Nada Dini adalah anak-anak mereka. Rizky mengutuk pikiran bodohnya, yang terlaku cepat memikirkan hal tersebut, padahal selama ini, dia tidak pernah salah tingkah sama perempuan mana pun, malah perempuan lain yang salah tingkah ketika di tatap atau di ajak bicara oleh Rizky, mereka sudah menyangka Rizky menyukainya hanya dengan menatap dia dan pandangan mereka saling bertemu. Nyatanya sekarang, Rizkylah yang terlalu gedek rasa pada Tasya yang bersikap biasa saja terhadap Rizky, Tasya terlihat lebih menikmati waktunya bersama Nada dan Dini sambil tertawa riang. “Ayo Om, jangan bengong aja,” ajak Dini dengan menarik tangan Rizky. “Iya, yuk kita ke laut, aku memang belum pernah melihat matahari terbenam di laut,” sahut Tasya. “I-iya, hari ini memang cuacanya sangat cerah, jadi kemungkinan besar kita bisa melihatnya,” ucap Rizky. Akhirnya Rizky ikut bersama mereka untuk melihat matahari terbenam bersama. Tasya duduk dekat dengan Nada, lalu duduk Dini, kemudian di susul Rizky yang duduk di samping Dini. “Kalian biasa lihat matahari terbenam ya?” tanya Tasya. “Iya,” jawab Nada dan Dini bersamaan. “Harusnya tadi sebelum ke sini kita bawa makanan ya, tapi Tante lupa membelinya,” ucap Tasya dengan wajah kecewa. Mereka bertiga serentak melihat ke arah Tasya. “Tante lapar?” tanya Nada. “Tidak, kan enak tuh, nunggu matahari terbenam sambil nyemil kecil-kecilan, pasti lebih seru,” jawab Tasya. Rizky hanya tersenyum mendengar jawaban Tasya, dia memang tidak pernah membawa makanan kalau hanya untuk menunggu matahari terbenam, karna nanti pulang, Nada dan Dini akan makan malam di rumah, jadi tidak perlu membeli makanan lain. Dengan begitu, Rizky bisa sedikit menghemat pengeluaran mereka, jadi bisa membeli keperluan lain untuk Nada dan Dini. Matahari semakin menurun, hingga cahaya kuning tampak menyelimuti air laut dan sekitarnya. “Sangat indah ya,” ucap Tasya. Dulu dia hanya melihat dari foto-foto bagaimana keindahan matahari terbenam, tapi hari ini, dia bisa melihatnya dengan langsung. “Iya, sangat indah,” jawab Nada, sedangkan Dini mengangguknya. Rizky melirik tiga perempuan yang sedang duduk di sebelah kirinya, dia tersenyum, lalu cepat-cepat menundukkan pemandangannya kala melihat wajah Tasya yang ikut bersinar kuning terkena cahaya matahari. “MasyaAllah, dia tak kalah indahnya,” ucao Rizky dalam hatinya. Matahari sudah tenggelam dengan sempurna, membuat suasana sekitar menjadi gelap, hanya tinggal cahaya putih yang sebentar lagi ikut menghilang. “Yuk kita pulang, pergi ke masjid,” ajak Rizky membuat Tasya bingung. “Ke masjid? Shalat?” tanya Tasya pada Rizky. "Iya Tante, kami biasanya shalat magrib di masjid, rame-rame, tante ikut juga ya," sahut Nada dengan bersemangat. Tasya hanya mengangguk tanpa bersuara. "Shalat? bagaimana bacaan Shalat? aku bahkan tidak tau apa saja gerakannya," batin Tasya dalam hati. Ternyata Rizky melihat wajah bingungnya Tasya, dia sedang menebak-nebak, kenapa Tasya terlihat bingung saat di ajak shalat, dia tak bisa Shalat atau dia memang sedang berhalangan untuk shalat, tapi dia malu untuk mengakuinya? tanya Rizky dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN