3

1060 Kata
“Kamu ke sini sendirian?” tanya Rizky pada Tasya yang sedang melihat Dini dan Nada makan lahap. “Iya, Tante Tasya sendirian tadi, ayo Om, kenalan dulu sama Tante Tasya,” ucap Nada menggemaskan. “Loh, kok panggilnya Om, ini bukan Papa kalian?” tanya Tasya yang mengerutkan keningnya. “Bukan, Mama sama Papa Nada sudah meninggal, mereka sudah masuk Surga,” jawab Nada tanpa beban dengan raut wajah datar. “Ya ampun, maafin Tante, ternyata ujian Tante tidak seberapa dengan ujian yang kalian hadapi,” gumam Tasya yang memeluk mereka berdua dari belakang. “Ujian? Nada belum sekolah Tante, Dini juga belum sekolah,” jawab Dini dengan polos. “Hehe, bukan, maksud Tante ujian hidup,” jawab Tasya yang bingung mau menjelaskan bagaimana. “Maksudnya?” tanya Dini lagi. “Tidak boleh banyak bicara Dini, kan lagi makan,” tegur Rizky. Dini dan Nada pun melanjutkan makannya, “Maaf ya sekali lagi, jadi ngerepotin,” ucap Rizky. “Tidak apa-apa, Om mau makan?” ucap Tasya sambil menyodorkan sosis bakar yang di belinya tadi. “Terima kasih,” ucap Rizky dan mengambil satu potong sosis bakar, “jangan panggil Om, panggil saja Rizky, saya masih berumur 28 tahun loh, masak di panggil Om sama kamu.” “Haha ... iya iya, maaf, tadi Tasya pikir Ayahnya anak-anak, makanya panggil Om.” “Bukan, saya belum menikah, saya itu sahabat dekatnya Papa sama Mama mereka, jadi orang tua mereka sudah meninggal, saya tidak tahu di mana kerabat mereka, karna mereka ke sini merantau, dan setahu saya orang tua sahabat saya itu sudah tidak ada lagi, jadi saya mengurus mereka berdua,” jawab Rizky tersenyum. “Wah, hebat banget Mas Rizky, saya salut sama Mas berani ambil keputusan besar untuk hidupnya.” “Iya, saya kasihan saja kalau harus melihat mereka tinggal sama orang lain yang belum tentu mau menyayangi mereka, kenapa jadi curhat begini ya?” ucap Rizky tanpa sadar karna sudah banyak bicara dengan Tasya. “Tidak apa-apa, Saya malah senang ada teman ngobrolnya,” jawab Tasya tersenyum. “Kamu lagi ada masalah?” tanya Rizky. “Heum ... iya,” jawab Tasya yang menarik napasnya dengan berat. Rizky tidak bertanya lagi apa maslah Tasya, dia tidak mau perempuan itu merasa tidak nyaman dengan dirinya yang sudah baik sama anak-anak asuhnya. “Oh ya, rumahnya Mas di mana? Saya jadi kepingin sering-sering bermain sama Nada dan Dini, itu pun kalau boleh.” “Tidak jauh dari sini kok, di ujung depan rumah yang nomor 12, itu rumah saya, rumah sederhana.” “Oh begitu, apa mau pulang bareng saja?” tanya Tasya lagi. “Jangan, tidak usah, saya sama anak-anak mau keliling sebentar lagi, lagian mereka juga sudah kenyang, pasti mereka sudah kuat jalan-jalan lagi,” jawab Rizky yang disertai anggukan oleh Nada dan Dini kalau mereka memang benar sudah kenyang dan sudah kuat lagi. Tasya pulang dengan mobilnya yang terparkir di parkiran, sedangkan Rizky pulang dengan motornya. Tasya pulang lewat jalan yang dibilang oleh Rizky di mana letak rumahnya. “Ternyata benar, rumahnya kecil dan sangat sederhana, tapi dia berani mengasuh anak yang tidak ada kaitan apa pun sama dia, benar-benar lelaki luar biasa,” gumam Tasya begitu melihat rumah Rizky yang tidak sebanding luasnya dengan rumah dia yang kalau di ukur 3 kali lebih besar dari pada rumah Rizky. “Aku jadi kepingin bantu-bantu biaya hidup mereka, semoga saja mereka mau terima aku yang kotor ini,” lanjutnya lagi dalam diam. Setelah selesai melihat rumah Rizky, Tasya pun pulang dan langsung menemui pembantunya. “Bi, Bibi ke pasar beli sayur sama daging ya, pokoknya Bibi harus masak yang enak, karna Tasya mau kirim makanan untuk anak yatim-piatu.” “Baik Non,” jawab pembantunya. ... Di rumah Rizky, mereka sudah pulang dari jalan-jalan untuk membahagiakan hati kedua anak perempuan asuhnya. “Nenek, tadi Adek sama Kakak dikasih makan sama Tante baik,” ucap Nada. “Tante baik?” tanya Aminah yang beralih pandangan pada Rizky. “Iya, tadi ketemu sama perempuan yang kebetulan butuh teman main, jadi ajak Nada sama Dini makan bersama,” jawab Rizky. “Orangnya bagaimana? Cantik tidak?” tanya Aminah penuh pengharapan, berharap wanita yang dibilang baik oleh anak asuhnya bisa jadi jodohnya Rizky. “Cantik Nenek, orangnya putih, rambutnya lurus, Tantenya juga wangi,” jawab Nada dengan gayanya. “Nadaaaa ...,” tegur Rizky. “Kamu ajak ke sini sekali-kali,” ucap Aminah yang ikut menggoda Rizky. “Ibuuuu ... Rizky tidak kenal pun sama dia, Cuma kenalan tadi, belum tentu pun dia akan ketemu lagi sama Rizky.” “Kenapa tidak minta nomor ponselnya?” keluh Aminah kecewa. “Malu Bu, baru juga kenal, lagian Rizky juga gak tau asal-usulnya, apa dia sudah punya pacar atau belum.” “Perasaan Ibu bilang dia belum punya pacar.” “Ah, Ibu kebanyakan menebak, Rizky masuk kamar dulu Bu,” pamit Rizky. “Iya, kamu istirahat saja dulu, biar Nada sama Dini, Ibu yang jagain.” “Makasih Ma.” *** Tasya dan pembantunya sudah memasak beberapa macam makanan, dan menaruh ke dalam rantang. “Loh, mau dibawa ke mana itu?” tanya Mamanya Tasya yang melihat Tasya memasukkan banyak makanan ke dalam rantang. “Ini Ma, Tasya mau sedekahin untuk anak yatim-piatu,” jawab Tasya sambil menyusun rantang-rantang itu seperti posisinya. “Alhamdulillah, kamu banyak berubah sekarang, Mama ikut senang lihat kamu yang sekarang.” “Alhamdulillah Ma,” jawab Tasya tersenyum, “kalau begitu Tasya pamit pergi dulu Ma ya, rencananya Tasya mau makan malam sama mereka, tempatnya gak jauh dari sini juga.” “Kalau Mama sih, terserah sama kamu saja, asalkan kamu harus hati-hati.” “Iya Ma, Tasya pasti akan hati-hati.” Tasya pergi dengan mobilnya menuju rumah Rizky. “Assalamu’alaikum,” ucap Tasya dari luar rumah Rizky. “Wa’alaikum salam,” jawab Aminah yang beranjak membuka pintu untuk Tasya. Tasya menyalami Ibunya Rizky, “Nada dan Dininya ada Bu?” tanya Tasya sopan. “Ada, mereka di dalam,” jawab Aminah. Nada dan Dini yang mendengar namanya disebut langsung berlari ke depan untuk melihat siapa yang datang. “Tante baik,” seru Nada yang langsung menghampiri Tasya dan memeluk Tasya. “Hai cantik, kangen ya sama Tante? Tante juga kangen sama kalian,” ucap Tasya yang merasa sudah akrab dengan anak-anak itu, padahal dia tadi pagi baru kenal sama mereka. “Oh ini yang tadi kalian ceritain?” tanya Aminah pada Nada dan Dini. “Iya Nenek, Tante baik ini namanya Tante Tasya,” jawab Nada yang baru melepaskan pelukannya dari Tasya. “Tasya Bu,” ucap Tasya yang kembali menyalami Ibunya Rizky. “Ayuk masuk ke dalam, Rizky ada tadi di belakang lagi mandi, sepertinya sudah selesai, ibu panggilkan dulu.” “Iya Bu, terima kasih, ini ada makanan untuk makan malam nanti.” “Wah repot-repot lagi, terima kasih banyak ya, sebentar Ibu panggilkan Rizky dulu,” ucap Aminah sambil berlalu ke belakang sambil membawa rantang dari Tasya. “Tante punya jajan untuk kalian,” ucap Tasya yang mengeluarkan kentang goreng dan jajanan lainnya. Bersambung ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN