5

1013 Kata
Nada dan Dini sangat bersemangat pulang ke rumah untuk segera pergi ke masjid, di masjid sudah terdengar suara orang Azan, pertanda Shalat magrib akan segera di lakukan. Sesampainya di rumah, Tasya masuk dan terlihat ke bingungan dia harus ngapain, sedangkan anak-anak sudah sibuk mengambil mukena mereka masing-masing. “Kamu tunggu di rumah ya, kita tidak lama kok dari masjid,” ucap Rizky pada Tasya. “Ta-tapi, apa gak apa-apa kalau aku tidak ikut? Bagaimana kalau Nada dan Dini tanya?” jawab Tasya. “Bilang saja, sedang tidak bisa Shalat,” sahut Rizky. Tasya tersenyum sambil menunduk, dia merasa malu pada Rizky. “Tapi aslinya saya memang tidak bisa Shalat, saya tidak tau bagaimana bacaan dan gerakan Shalat, sudah sangat lama saya tidak Shalat,” jawab Tasya. “Saya mengerti, kalau kamu mau, saya bisa mengajari kamu,” ucap Rizky. “Kamu serius? Saya mau banget.” “Iya, kapan-kapan kamu punya waktu, datang aja ke sini lagi, saya pasti akan mengajari kamu,” janji Rizky. Obrolan mereka terhenti saat Nada dan Dini sudah keluar dari kamar mereka lengkap dengan menggunakan mukena mereka masing-masing, mereka terlihat sangat imut saat berbalut dengan mukena, sungguh pemandangan yang sangat sejuk menurut Tasya. “Loh, Tante baik belum siap-siap?” tanya Nada melihat Tasya masih belum mengenakan mukena. “Tante lagi tidak bisa Shalat, kita Shalat bertiga saja di masjid,” jawab Rizky. “Oh, lagi tidak bisa Shalat, kayak Ustazahnya Nada juga, kadang-kadang Ustazah juga gak bisa Shalat, gak boleh mengaji Al-qur’an,” jawab Nada yang sedikit paham kalau perempuan ada waktunya tidak bisa Shalat, tapi dia belum tau mendetail alasannya kenapa. *** Nada, Dini dan Rizky segera pergi ke masjid. Tinggal Tasya dan ibunya Rizky di rumah. “Ibu Shalat dulu Nak ya, tunggu sebentar ya,” ucap ibunya Rizky pada Tasya. “Iya Bu, silakan,” jawab Tasya. Sambil duduk menunggu yang punya rumah selesai Shalat, Tasya mulai browsing cara-cara Shalat, dia mencari tau dengan detail dari mulai cara berwudhu sampai bacaan Shalat. *** Di masjid, Nada dan Dini sudah melakukan Shalat Magrib, mereka segera mengajak Rizky untuk pulang. “Ayo pulang Om, nanti Tante baik pulang karna kita lama di masjid,” seru Nada sambil menarik tangannya Rizky yang sedang berzikir untuk pulang. Rizky segera mengakhiri zikirnya dan pulang bersama anak-anak. Sesampainya di rumah, di lihatnya Tasya dan Aminah sedang menghidangkan makanan yang dibawa oleh Tasya ke atas meja dengan rapi. Aroma lezat dari masakan tersebut menggugah selera mereka. “Wah, ada daging rendang, Nada mau Nek,” seru Nada sambil berlari ke meja makan. “Hei, lepaskan mukenanya dulu, baru makan,” ucap Aminah. Nada melihat ke arah Tasya, Tasya pun ikut mengangguk, mengiyakan suruhan neneknya mereka. “Iya Nek, yuk Kak Dini, kita buka mukena kita dulu, baru makan setelah itu,” seru Nada yang super heboh sendirian. “Iya dong, memang dari awal kakak mau buka mukena dulu, kamunya aja yang congok langsung mau makan,” sahut Dini yang agak malu sama Tasya karna kelakuan adiknya. “Hei, gak boleh gitu ngatain adiknya, gak baik,” tegur Rizky yang baru masuk ke dalam, karna ditinggal di belakang oleh Dini dan Nada yang pulang dari mesjid sambil berlari. “Hehe ... iya,” sahut Dini dengan malu-malu kucing. Nada dan Dini segera melepaskan mukena mereka, setelah itu mereka langsung menyerbu ke tempat duduk mereka untuk makan. “Kenapa kita tidak makan di meja makan?” tanya Nada. “Gak cukup kursinya lah, kan ada Tante baik di sini,” sahut Dini yang sudah lebih pengertian dan paham dari pada Nada. “Oh iya, kursi kita Cuma empat ya, ya udah, nanti Om buatin satu lagi untuk Tante Baik, Om ya,” ucap Nada memerintah pada Rizky. “Memangnya Om Rizky bisa buat kursi?” tanya Tasya. “Itu yang buat si Om,” jawab Dini bersemangat seperti sedang memamerkan pada Tasya kalau Rizky sangat mahir dalam membuat kursi. “Wah, bagus juga buatan kamu, itu tinggal di beri sofa, jadinya seperti kursi mahal,” ucap Tasya yang mengerti kualitas barang-barang mahal. “Itu memang dari kayu jati asli, kebetulan ada pohon jati yang sudah besar di kebun, jadi saya manfaatin,” jawab Rizky. Tasya mengangguk-angguk paham, ternyata Rizky punya bakat juga. “Kenapa kamu tidak mencoba buka usaha perabotan saja?” tanya Tasya. Anak-anak sudah menyendokkan makanan ke dalam piring mereka, di bantu sama Aminah, mereka tidak peduli dengan pembahasan orang dewasa yang tak masuk ke dalam pikiran mereka. “Rencananya sih ada, tapi uang yang ke kumpul selalu saja terpakai untuk hal lain yang lebih mendesak,” sahut Rizky. “Kurang modal,” sambung Aminah yang menjawab tanpa bertele-tele, membuat Tasya tersenyum. Tasya berniat akan memberikan Rizky modal usaha, tapi sebelumnya, dia harus tau juga bagaimana Rizky, dia tidak bisa memberikan modal usaha begitu saja kepada seseorang, takutnya uang itu malah habis tak meninggalkan sisa apa pun. “Ayo makan, pasti sudah pada lapar dari tadi kan,” ucap Aminah yang sekarang menghidangkan nasi untuk Tasya dan juga Rizky. “Biar saya saja Bu,” ucap Tasya sambil meminta centong nasi dari tangannya Aminah, Aminah pun memberikannya. Tasya menaruh nasi ke dalam piring Rizky, piring Aminah serta piring dirinya, sedangkan piring Nada dan Dini sudah terisi full, bahkan sudah habis setengah piring mereka makan. “Wah kalian makan duluan, ada baca doa itu?” tanya Rizky begitu sadar anak asuhnya sudah makan lebih dulu. “Ada,” jawab Nada dan Dini bersamaan dengan sangat semangat, membuat mereka bertiga tertawa melihat semangat anak-anak itu. Mereka tak mempermasalahkan Nada dan Dini yang memilih makan duluan, mereka juga mengerti keinginan anak-anak, mereka pasti sudah sangat ingin mencicip makanan enak di hadapan mereka, tapi bablas sampai hampir habis sepiring. “Mari makan,” ucap Aminah mempersilakan Tasya untuk ikut makan tanpa sungkan-sungkan. Aminah bersyukur ada orang baik seperti Tasya datang membawakan makanan enak untuk mereka, sebenarnya Aminah juga kasihan sama Nada dan Dini yang jarang makan enak, tapi ya gimana lagi, memang segitu kemampuan mereka untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya Nada dan Dini. Aminah dan Tasya makan dengan tenang tanpa rasa sungkan satu sama lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN