Ketahuan, Deh!

1251 Kata
Teng.. teng.. teng.. Bel pulang sekolah rupanya sudah berbunyi. Seluruh siswa dan siswi yang mendengar bel itu berbunyi, langsung melepas napas mereka dengan suka cita. "Syukurlah sudah pulang sekolah," ucap salah satu siswi sambil mengelus dadanya lega. "Iya nih, untung aku gak di suruh maju ke depan dan ngerjain tugas kayak Andin," bisik lagi siswi yang lainnya. Begitu pula dengan Pak Anton, ia langsung menutup buku presensi dan membereskannya. "Kabar baik untuk kalian semua karena tidak ada lagi yang maju ke depan untuk mengerjakan soal saya," ucap Pak Anton yang tak lupa memasukkan buku pelajaran dan buku presensi ke dalam tasnya. Siswa dan siswi lainnya saling tatap menatap dan nyengir bahagia. "Saya sudahi mata pelajaran kita hari ini mohon maaf kalau ada salah kata. Saya menghimbau kalian semua untuk terus belajar," pinta Pak Anton. Pak Anton keluar menuju pintu kelas dan langkahnya disenangi para siswa dan siswi. "Iya Pak terima kasih atas ilmunya hari ini," ucap seluruh murid di kelas bersamaan. Pak Anton yang awalnya menuju pintu kelas, tiba-tiba saja berbalik arah dan berkata, "oh iya, minggu depan saya akan mengadakan ulangan harian yang materinya sama seperti yang saya ajarkan hari ini," Pak Anton pun ke luar. Belum sempat menghirup udara segar pasca mengikuti pelajaran Pak Anton, para murid sudah mengeluh saja setelah kabar dari Pak Anton bahwa minggu depan ulangan harian. "Astaga, gimana ini. Harus sama siapa aku belajar? Masa iya nilaiku anjlok begini," Andin mengeluh. Ia merasa tidak bisa mengerjakan soal untuk ulangan harian minggu depan. *** Sepulang dari sekolah, Andin seperti biasa melepas sepatu dan kaos kakinya sebelum masuk ke dalam rumah. "Selamat sore Ma," Andin menenteng sepatu dan kaos kakinya serta menaruh di tempat sepatu. Andin merasa lelah dan duduk di sofa yang berada di ruang tamu. "Eh Andin anak Mama sudah pulang dari sekolah. Gimana tadi belajar di sekolahnya, Nak?" Tanya Bu Ranti yang juga duduk di sofa mengikuti Andin. Andin melukiskan raut wajah yang cemas. Layaknya tidak ada tenaga yang keluar dari sisi wajah Andin. Andin hanya menopang wajahnya dengan tangannya dan tidak menjawab apapun yang ditanyakan Bu Ranti. Bu Ranti pun menyeritkan dahinya. "Din, kamu kenapa kayak gitu, gak menjawab pertanyaan Mama dan kusem begitu mukanya, cerita Nak sama mama," balas Bu Ranti mengelus rambut anaknya itu. Andin menatap wajah Bu Ranti dan berbinar. "Tadi aku gak bisa menjawab pertanyaan yang diberi oleh Pak Anton," wajah Andin makin kusut. "Ya terus, kenapa? Tidak masalah, kan?" Respon Bu Ranti. "Sebenarnya sih kalau dalam diri aku sendiri gak masalah dengan hal itu. Tapi--" Andin tak melanjutkan ucapannya. "Tapi apa, Nak? Kamu boleh mau bercerita dengan mama boleh juga tidak. Terserah kamu dan senyamannya kamu, nak" seru Bu Ranti. Andin pun memantapkan hatinya dan menunduk, "Pak Anton memaki-maki aku di depan kelas dan mempermalukan aku sebagai murid berprestasi di sekolah," jelas Andin yang matanya berbinar lagi. "Andin, menjadi murid berprestasi atau murid yang terbiasa bisa segalanya akan membuat para guru berekspetasi tinggi padamu. Disitulah mental kamu diuji, ketika ekspetasi guru tersebut tidak sesuai dengan realita, kamu harus bisa menyikapi dan menerimanya secara bijak," tutur Bu Ranti. Andin juga merasa malu bercerita hal itu kepada Mamanya, Bu Ranti. Lantas, Andin memeluk erat tubuh Bu Ranti. "Iya Ma aku tau akan hal itu. Dan Aku minta maaf sudah mengecewakan mama," bisik Andin lirih. "Mengecewakan bagaimana? Apa yang tadi kamu ceritakan itu sama sekali tidak membuat mama kecewa. Mama mau melihat kamu belajar apa arti ikhlas dan lapang d**a," nasihat Bu Ranti. Tuturan yang dikeluarkan oleh Bu Ranti itu rupanya membuat Andin sedikit lega. "Terima kasih ya ma, mama selalu menjadi orang yang menolongku dan memberiku semangat sampai kapan pun," balas andin. Andin tersenyum dan memeluk tubuh bu ranti lebih erat lagi. "Ya sudah kalau begitu, kamu cepat masuk ke kamar untuk ganti baju. Ini seragam kamu besok dipakai lagi lho, jangan sampai kotor!" Ucap bu Ranti. Andin segera mengerjakan apa yang diminta oleh Bu ranti. "Oke siap komandan!" Seru Andin memberi bentuk hormat ke Bu Ranti. Bu Ranti geli dengan tingkah laku anaknya itu, langsung mencubit paha Andin. "Awww sakit maaaa!" Sahut Andin yang spontan mengelus pahanya yang mulai memerah karena cubitan yang diberikan oleh bu ranti. "Abisnya kamu lucu sih din, sana sana cepetan ganti baju!" Bu ranti menyuruh lagi. Andin langsung ngacir ke dalam kamar tidurnya dan segera mengganti pakaian. Ketika Andin sudah mengganti pakaian, andin segera memeriksa ponselnya yang dari tadi ditinggal waktu andin sekolah. Rupanya, sudah ada pesan dan telepon tidak terjawab dari Beni. "Wah ternyata ada telepon dan chat dari Kak Beni, ada apa ya kira-kira?" Kata andin yang langsung membalas chat dari beni. "Kak beni maaf aku baru membalas pesan dari kakak, itu karena aku baru pulang sekolah. Kenapa nih kak beni nelpon aku? Apa ada hal yang penting?" Begitu andin membalas pesan singkat Beni. Tidak lama kemudian, beni langsung membalas balik chat dari Andin. "Kak beni ini pasti cepet banget deh balesnya. Suka aku!" Ujar Andin sambil tersenyum membuka isi dari balasan beni. "Kabar buruk, din. Aku dan Naira dipecat dari awak redaksi sama Kinan," balas Beni. Andin yang menutup mulutnya yang terkejut. Matanya melotot kaget setelah tau kabar buruk yang menimpa Beni dan Naira. "Serius, kak ben? Kak Beni gak lagi jahilin aku, kan?" Andin malah tak percaya. Lalu, Beni membalas pesan singkat Andin itu dengan mengirimkan foto surat yang tadi pagi dikirimkan Kinan. "Beneran din, ngapain kita bohong sama kamu. Ini nih buktinya," Beni mengirimkan foto surat dan membuat andin percaya. "Kok bisa kak? Apa yang membuat Kak beni dan mbak naira dipecat? Perasaan tuh kalian gak ada bikin kesalahan besar deh," respon andin. "Nah maka dari itu din, aku dan naira pun kaget kenapa kami bisa dipecat," balas beni lagi sambil mengirimkan emot sedih. "Yang sabar ya kak beni dan naira. Semoga pekerjaan yang hilang ini dapat digantikan dengan pekerjaan yang lebih baik dan gajinya besar," doa Andin untuk menenangkan Beni. "Aamiin, terima kasih ya Din." Beni membalas dengan emot senyum. "Lalu, apa yang bisa aku bantu sekarang untuk kak Beni dan mbak Naira?" Tanya Andin. "Aku ingin minta bantuanmu untuk bekerja sama membesarkan media ini dan jangan tinggalkan kita berdua," jawab Beni. Andin juga merasa tidak keberatan dengan jawaban Beni sekaligus balas budi pada beni karena ia telah membantu mengajari ilmu jurnalistik. "Itu saja kah Kak beni? Kalau permintaan yang semacam itu aku pikir tidak masalah sama sekali." Balas andin mantap. Beni pun berterima kasih pada Andin dan membalas. "Thanks so much ya cantik. senang bertemu dengan andin yang cantik." Balasan beni yang seperti itu membuat Andin yang seketika langsung tersenyum. "Ehemmmm," Bu ranti pun memergoki andin yang sedang senyum sendiri di dalam kamarnya. "Eh mama," ucap andin tersenyum dan berusaha menyembunyikan ponselnya di bawah bantal. "Kenapa hayoooo kamu senyum-senyum sendiri dari tadi? Pasti sedang jatuh cinta yaaa," Bu Ranti menodong dengan tatapan yang curiga. "Ah mama.. eng.. eng.. enggak kok Ma," jawaban Andin terkaku. "Ah masa sih? Kok jawabnya kayak bingung gitu, Nak?" Bu Ranti makin curiga dan melipatkan kedua tangannya di depan dadanya. "Iya maaaa," kali ini Andin menggaruk kepalanya yang tak geli. "Hmmm salah tingkah yaa," ucapan dan tatapan Bu ranti semakin menodong. "Sudah ya Ma, gak usah asal bunyi yaa. Andin mau istirahat dulu, capek banget baru pulang sekolah," Andin langsung mengalihkan pembicaraan dan tak ingin ketahuan. "Lho kan.. kenapa langsung bahas yang lain, hayooo?" Kali ini Andin tak dapat berkutik. "Nak, kalau kamu sedang kasmaran sama Nak Beni, bilang aja lagi gak usah ditutupi!" Andin terbelalak lagi, dari mana Bu Ranti tau kalau selama ini Andin tersenyum ya karena Beni.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN