Kamar tempat tidurnya yang semula merupakan tempat yang nyaman, tempatnya untuk melepas lelah seusai pulang sekolah pun kini telah menjadi saksi bisu tempat dimana dirinya dijual dan dinikmati para p****************g dari berbagai usia tersebut.
Panas dan pengapnya udara tidak menyurutkan niat para pria itu untuk tetap melancarkan aksi mereka. Tempat tidur kecil milik Anna pun dijadikan alas kala para pria itu bergoyang di atas tubuhnya. Malam yang panjang, tanpa istirahat dan tanpa jeda, Anna harus tunduk pada perintah ayah tirinya jika ingin selamat melewati malam.
Dia hanya berbaring tanpa busana, tubuhnya dipenuhi peluh keringat dan sedikit sisa-sisa cairan percintaan dari para pria yang sebelumnya telah menyetubuhinya. Air mata berlinang bercampur dengan keringat yang menetes membasahi wajah manisnya. Rasa perih kerap menghampiri daerah sensitifnya ketika para pria itu langsung melakukan permainan tanpa pemanasan. Mereka bergerak begitu kasar tanpa memikirkan dirinya sama sekali. Hanya satu yang berada dalam otak para pria tersebut, yakni kepuasan dirinya sendiri.
Anna seringkali mendapat perlakuan yang kasar dan aneh dari para pria tersebut. Tak jarang tangannya diikat ke atas kepalanya menggunakan dasi atau ikatan lainnya, yang menyebabkan memar di pergelangan tangannya. Ringis kesakitan pun kerap keluar dari mulutnya, apalagi dirinya hanya seorang gadis polos yang tidak mengerti apapun.
Biasanya Anna melakoni pekerjaan kotor tersebut hingga pukul satu atau dua dini hari, lalu ayah tirinya membiarkan dia beristirahat hingga esok hari. Secara rutin, demi keselamatan anak perempuannya, Ibu Anna pun kerap membawanya ke dokter kandungan untuk memeriksakan daerah kewanitaannya serta memberinya minum pil pencegah kehamilan, sebab sang ibu tidak ingin Anna bertambah menderita jika sampai dirinya hamil dengan pria yang tidak jelas.
Penderitaannya tidak berakhir sampai disitu, setelah lama menjalani profesi kelam tersebut, suatu saat para tetangga mulai resah dan mencium adanya hal yang tidak benar yang terjadi di kediaman Anna. Berbondong-bondong, mereka pun mendatangi rumah kumuh tersebut dan sungguh disayangkan, pada saat terjadi peggerebekan tersebut, seorang tamu sedang bergerak di atas tubuh gadis itu tanpa sadar adanya suara keributan dari luar rumah.
Para tetangga masuk dan mendapati dengan mata kepala mereka sendiri jika terjadi praktik kotor di lingkungan mereka. Tamu tersebut pun diarak dan diusir keluar dari situ, lalu keluarga Anna pun mulai disidang oleh tetua setempat.
Setelah terjadi adu mulut dan perselisihan yang cukup panjang, akhirnya karena iba mendengar penjelasan dari Ibu Anna dan Anna sendiri, akhirnya mereka tetap dibiarkan tinggal di lingkungan tersebut, tetapi imbasnya gerak gerik sang ayah tiri dipantau oleh penduduk setempat. Praktik kotor tersebut tak lagi dapat dilakukan oleh sang ayah.
Namun, akal licik sang ayah tiri tak pernah pudar. Dia membutuhkan cukup banyak uang untuk menghidupi keluarga dan kekasih gelapnya serta gaya hidupnya yang liar. Akhirnya, dia membawa paksa Anna ke sebuah rumah bordil dan menjualnya kepada pemiliknya.
Meski Anna memberontak, tapi apa daya dirinya sudah terlanjur rusak dan kotor. Lagipula, sang ibu dan adik-adiknya membutuhkan biaya hidup. Maka, yang dapat dia lakukan hanyalah diam dan pasrah, menerima semuanya meski tidak rela. Tapi, dia bertekad untuk menyingkirkan ayah tirinya setelah dia cukup mandiri dan memiliki kekuatan secara materi.
Hal itu terbukti beberapa tahun setelahnya, Anna mulai mandiri dan memiliki banyak uang yang berasal dari para pria yang menjadikan dirinya simpanan. Pertama kali dirinya menginjakkan kaki di rumah bordil, sedikit demi sedikit Anna mulai menjadi primadona.
Setelah merasa cukup kuat, Anna membawa pergi ibu serta adik-adiknya dari kediaman kumuh mereka, menjauhkan mereka dari pengaruh dan kekuasaan buruk sang ayah tiri. Anna menyewa sebuah apartemen sederhana dan meminta ibu serta adik-adiknya tinggal di situ. Semenjak itu, Anna sudah tidak mendengar kabar lagi tentang ayah tirinya.
Sementara hubungannya dengan Andy terjalin ketika pria itu sering datang mengunjungi rumah bordil milik Mama Ella. Pria pengangguran itu langsung jatuh hati ketika melihat Anna untuk pertama kalinya. Sejak saat itu, Andy terus mengejar Anna dan berusaha mendapatkan hatinya.
Anna yang mulai mencintai uang, akhirnya menerima cinta pria pengangguran itu dengan beberapa syarat. Dia mau melayani Andy jika pria itu membawa banyak uang. Jadi, Andy akan berusaha mati-matian untuk mendapatkan banyak uang demi dapat bersama dengan kekasihnya itu. Hingga akhirnya, hubungan saling menguntungkan tersebut terjalin
Kembali ke kamar mewah milik Anna yang terletak di lantai pertama rumah bordil yang posisi pintunya persis menghadap ke ruang tengah. Di dalam kamar yang cukup hangat, dua orang muda mudi tengah bergulat menikmati percintaan demi mencapai kepuasan yang maksimal.
Desahan demi desahan terdengar menggema memenuhi seluruh ruang kamar. Tubuh Anna yang sedang aktif bergerak di atas tubuh Andy bagaikan siluet tarian yang memantul ke dinding kamar. Mata Andy terpejam menikmati keaktifan sang kekasih di atas tubuhnya, hingga akhirnya keduanya pun mencapai pelepasan bersama dan Anna terkulai lemas di samping tubuh sang kekasih yang juga terbaring lemas.
“Andy, jangan lupa janjimu!” ujar Anna seraya menarik selimut dan menutupi tubuh polosnya.
“Iya, iya. Kapan aku pernah ingkar janji?” jawab Andy.
“Kau memang belum pernah ingkar janji, tapi kau seringkali memberi harapan palsu padaku,” balas Anna seraya bangkit berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
“Aku bukan memberi harapan palsu padamu, tapi aku belum mendapat uang sebanyak yang kau minta tempo hari,” seru Andy kesal sambil menyandarkan kepalanya ke sandaran tempat tidur.
“Lalu, kapan kau akan membelikan aku apartemen sesuai janjimu?” seru Anna dari dalam kamar mandi.
“Aku tidak tahu, Anna,” sahut Andy seraya menaikkan kedua alisnya, mulai merasa kesal dengan permintaan sang kekasih yang dinilai tergesa-gesa dan terlalu menuntut.
Lalu, Anna keluar dari kamar mandi, duduk di depan meja riasnya dan menatap Andy melalui pantulan kaca.
“Sebaiknya kau bekerja agar menghasilkan uang secara benar. Kau pernah berjanji akan membawaku keluar dari sini, apa kau masih ingat?” Anna mencoba menasihati sang kekasih.
“Pekerjaan apa yang dapat kulakukan? Aku hanya lulusan sekolah menengah atas dan tidak memiliki keahlian. Lagipula, aku dapat meminta uang kepada orang tuaku,” timpal Andy tidak senang dengan nasihat Anna.
“Kau benar-benar payah, tidak mandiri. Apa kau tidak kasihan kepada orang tuamu yang sudah tua itu?” tanyanya dengan nada ketus.
“Arghh, sudahlah. Jangan bahas itu lagi. Aku muak. Aku pergi dulu.” Andy beranjak berdiri dari tempat tidur, lalu memakai pakaiannya dan dengan tergesa-gesa keluar dari kamar Anna.
Anna yang ikut menjadi kesal pun lantas melempar tas miliknya ke arah pintu masuk kamar seraya berteriak, “Pergilah dan jangan kembali lagi!”
To be continued ....