CH 5 : Lembah Dosa

1079 Kata
“Hei, Pucca!” seru pengemudi motor tersebut sambil membunyikan klakson motornya.  Cindy pun yang merasa dan sadar bahwa dirinya dipanggil, lantas berbalik dan menatap sang pengendara motor yang duduk dengan gagah di atas motor sport-nya. “Jack. Ada apa?” tanyanya sopan. Jack Xu adalah teman Cindy sejak kecil. Mereka dipertemukan di sekolah dasar yang sama dan selalu berada dalam kelas yang sama. Maka dari itu, keduanya menjadi dekat dan saling mengenal satu sama lain. Keluarga mereka pun saling mengenal satu sama lain. Bedanya adalah, Jack berasal dari keluarga berada, sementara Cindy berasal dari keluarga tidak mampu. “Ayo naiklah,” ajaknya kepada Cindy. Sudah sejak lama, Jack menyukai Cindy. Hanya saja, Cindy selalu menganggap pria itu sebagai sahabatnya, tidak lebih. “Tidak bisa, aku tidak mau meninggalkan adikku berjalan sendirian. Kau pergilah dulu,” jawab Cindy seraya mengajak Ken kembali berjalan. “Ken itu laki-laki, dia kuat berjalan sendirian. Sementara kau ini wanita dan jaraknya masih jauh. Lagipula, aku sudah memesankan taksi untuk Ken, jadi kau tidak perlu khawatir. Semuanya beres jika berurusan denganku,” ucap Jack bangga. Cindy menghela napas panjang dan menoleh, menatap Ken. Ternyata, adiknya sedang tersenyum karena dia tahu jika Jack tidak mungkin setega itu membiarkan dirinya berjalan sendirian ke sekolah. Sejak dulu, dia memang cukup dekat dengan Jack. “Jack, kenapa kau selalu melakukan hal-hal seperti itu? Aku dapat berjalan sendiri ke sekolah, aku tidak ingin kau mengeluarkan sejumlah uang untuk menyewa taksi. Bagaimana jika—“ “Jika kedua orang tuaku tahu?” timpal Jack. “Kau tidak perlu khawatir, Cindy. Ini uangku, hasil aku membantu di toko kakakku, jadi bebas kugunakan untuk apa saja. Ayo cepat naik. Taksinya juga sudah datang.” Jack menyerahkan sebuah helm kepada Cindy. Sementara itu, sebuah taksi menepi dan berhenti tepat di hadapan Ken. “Kak, aku pergi dulu ya. Bye, Kak Jack.” Ken melambaikan tangannya kepada Jack dan Cindy, lalu masuk ke dalam taksi. “Ken sudah pergi, apa kau tidak mau naik?” tanya Jack seraya menatap wajah imut gadis yang disukainya tersebut. “Baiklah, aku naik sekarang.” Cindy memakai helm pemberian Jack, lalu naik ke atas motornya. Jack pun tersenyum bahagia dari balik kaca helmnya kala  kedua tangan Cindy berpegangan erat pada pinggangnya. Perlahan, motor pun melaju melintasi kepadatan jalan raya. Setiap paginya, semua orang memang tergesa-gesa berangkat ke sekolah ataupun ke tempat kerja, sehingga keadaan lalu lintas pun menjadi ramai dan padat. Sepanjang perjalanan menuju ke sekolah, Cindy mengeratkan pelukannya ke pinggang Jack. Dan pria itu tak henti-hentinya tersenyum. Tidak berapa lama kemudian, mereka pun sampai di sekolah. Usai memarkirkan sepeda motornya, Jack pun mengajak Lily untuk berkunjung sejenak ke kantin sekolah. Keduanya pun berjalan berdampingan. Sesampainya di kantin sekolah, ternyata Jack membelikan sebotol jus strawberry untuk Cindy. Gadis itupun terkejut dan berusaha menolaknya. “Jack, tidak usah. Aku sudah membawa minum,” kilahnya seraya mengembalikan botol tersebut kepada Jack. “Terimalah, kau ini kenapa? Kita sudah berteman lama, tapi kau selalu menolak pemberianku. Terimalah dan minum jus ini agar kau sehat. Lain kali akan kubawakan buah-buahan untukmu,” jawabnya seraya memaksa agar Cindy menerima botol jus tersebut. “Terima kasih, Jack,” ucap gadis itu seraya memasukkan botol jus tersebut ke dalam tas bekalnya. Tidak lama, mulai terdengar pemberitahuan bahwa sepuluh menit lagi, bel sekolah akan dibunyikan pertanda kelas dimulai. Jack dan Cindy pun berjalan santai masuk ke ruang kelas mereka. Sementara itu, di sebuah rumah bordil, tepatnya di dalam suatu kamar milik seorang wanita bernama Anna Fang, seorang pria sedang berbaring tanpa mengenakan sehelai benang pun. Ya, pria itu tak lain adalah Andy, yang merupakan sepupu Cindy. Kegiatannya setiap hari hanyalah bersenang-senang, bermabuk-mabukan, memeras uang para pedagang di pasar, memaksa minta uang kepada Bibi Wei. Sosok yang ditakuti Andy hanyalah ayahnya, yakni Paman Wei. Karena didikan ibunya yang salah dan kasih sayang yang berlebihan, menjadikan Andy anak pemalas dan juga manja. Seluruh waktunya dihabiskan untuk hal yang sia-sia. Lingkup pergaulannya pun tidak jauh berbeda dengan dirinya dan hal itu yang menjadikan Andy kepala preman di lingkungan sekitar rumahnya. “Ah, Anna. Bagus, terus. Setelah ini aku akan memberikanmu uang yang banyak,” celotehnya seraya memejamkan mata sambil mendesah menikmati permainan kekasihnya di bagian bawah tubuhnya. Beberapa menit kemudian, Anna pun merangkak naik ke atas tubuh Andy dan melepas seluruh pakaiannya. Kemudian, wanita itu memasukkan milik Andy ke dalam miliknya dan mulai menggerakkanya naik turun. Dia meraih tangan pria pemalas itu dan menempatkannya di kedua bukit kembarnya. Andy hanya pasrah, berbaring telentang menikmati pelayanan penuh yang diberikan oleh kekasihnya tersebut. Anna adalah seorang wanita tunasusila. Dia sudah bekerja di rumah bordil milik Mama Ella sejak berusia tujuh belas tahun. Ya, tujuh belas tahun. Saat semua gadis seusianya masih menikmati bangku sekolah, Anna sudah menikmati pekerjaan di lembah hitam berselimutkan dosa tersebut. Ada peristiwa kelam di balik semuanya. Sebenarnya Anna dijual oleh ayah tirinya sendiri ke banyak pria hampir setiap malam. Kejadian itu berlangsung di kediaman kumuh mereka. Terkadang, beberapa orang pria datang sekaligus dan menunggu di luar rumah Anna hanya untuk menunggu giliran menyetubuhi gadis itu. Sejumlah besar uang mereka bayarkan kepada ayah tiri Anna, karena mereka sangat penasaran dengan tubuh mulus nan cantik milik gadis itu. Meski jijik dan merasa terhina, tapi Anna tak dapat berbuat apa-apa. Sang ibu tahu perbuatan suaminya dan tidak dapat berbuat apa-apa juga, dia hanya dapat menangis di pojok kamar meratapi nasibnya dan nasib anaknya. Dia merasa bersalah karena menikahi pria yang salah. Pria pemalas, tidak mau bekerja, ingin mendapat uang banyak tanpa perlu kerja keras dan sangat kasar. Ayah tiri Anna kerap memukuli dirinya dan sang ibu jika mereka berdua tidak mau menuruti semua keinginannya. Uang-uang yang dibayarkan oleh para p****************g tersebut, sebagian diberikan kepada sang istri untuk membiayai kebutuhan rumah tangga, kemudian sebagian lagi digunakan olehnya untuk bersenang-senang dengan para teman-temannya dan para wanita tunasusila yang menjadi kekasihnya. Hampir setiap malam, Anna harus melakoni pekerjaan hina tersebut. Ingin rasanya dia berteriak dan menolak, tapi apa daya, ada ibu dan adik-adiknya yang harus diberi makan. Ditambah jika dia menolak maka pukulan, tendangan dan tinju dari ayah tirinya akan mendarat di tubuhnya dan tubuh ibunya. Meski, merasa jijik, tapi dia tetap harus menerima semuanya. Perlakuan kasar dari para p****************g itupun kerap diterimanya, bukan sekali tapi berkali-kali. Isak tangis dan permintaan tolong pun kerap kali keluar dari bibir berlapiskan lipstick berwarna merah tersebut, tapi para pria tersebut merasa memiliki dan telah membayar mahal, maka mereka sengaja menulikan telinga dari permohonan gadis malang itu.  To be continued ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN