CH 7 : Momen Canggung

1079 Kata
Andy yang sedang mengambil minum yang terletak di tepi pintu kamar Anna pun mendengar teriakan sang kekasih. Usai menghabiskan air dalam gelas plastiknya, pria pemalas tersebut pun kembali masuk ke dalam kamar Anna, dia membuka pintunya seraya merogoh ke dalam kantung celananya. “Untuk apa kau masuk kembali kemari?” teriak Anna untuk yang kesekian kalinya. Andy tidak menjawab, dia membuka dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang, lalu menyimpannya ke atas meja yang terletak di dekat pintu masuk, kemudian dia kembali menutup pintu kamar Anna dan beranjak keluar dari rumah bordil Mama Ella. Anna memandangi uang yang terletak di atas meja, lalu bangkit berdiri dan mengambilnya, kemudian memasukkannya ke dalam dompet dan kembali duduk di atas kursi meja riasnya seraya bergumam, “Andy, Andy. Jika bukan karena kau dapat dimanfaatkan, aku tidak mau menjalin hubungan dengan pria pemalas sepertimu.” Kembali ke sekolah, tempat di mana Cindy sedang duduk santai di dalam kelas bersama dengan sahabatnya yang bernama Angela Chen. Mereka berdua duduk di dekat jendela kelas sambil memandang ke luar jendela, menonton dan menyaksikan Jack sedang berlatih basket. “Cindy, bagaimana hubunganmu dengan Jack?” tanya Angela. Cindy mengembuskan napas panjang seraya menjawab, “Hubungan apa yang kau maksud? Kami hanya teman sejak dulu.” “Cindy, Cindy, kapan kau akan sadar jika dia menyukaimu sejak dulu. Perlakuannya padamu sangat berbeda. Hampir sebagian besar gadis di sekolah ini iri padamu karena kau disukai oleh prai populer sesekolah. Apa kau sadar itu?” tanya Angela sambil tersenyum jahil. “Aku tidak tahu, kupikir perlakuannya wajar, sebab kami memang sahabat sejak kecil. Lalu, anehnya di mana?” tanya Cindy. “Ya Tuhan, mengapa aku bisa memiliki sahabat polos seperti dirimu yang sama sekali tidak peka? Ah sudahlah, yang terpenting aku menyukai sahabat Jack,” timpal Angela. “Siapa? Apa aku tahu orangnya?” tanya Angela penasaran. “Tahu, dia ada di bawah sedang berlatih basket. Kami sudah sepakat akan pulang bersama setelah ini.” “Jadi kau biarkan aku pulang sendiri?” Kedua alis Cindy terangkat menunjukkan sikap kesalnya pada Angela. “Maaf, tapi aku terlanjur mengiyakan ajakannya. Kali ini saja. Kau ‘kan bisa pulang bersama dengan Jack. Aku mohon, Cindy. Ayolah,” pinta Angela dengan sangat. “Oke, oke. Demi persahabatan kita, kudoakan semoga kalian benar-benar menjadi sepasang kekasih.” Senyum Cindy melebar menampakkan kedua lesung pipinya yang cantik. Wajahnya yang terkena kilauan cahaya matahari membuatnya tampak semakin menawan, Angela yang berada di hadapannya pun dibuatnya terpukau. “Cindy, kau sungguh cantik,” pujinya. “Ah kau bisa saja. Nanti kau beritahu aku bagaimana perkembangan hubungan kalian, oke?” Seulas senyum kembali berkembang di bibir cantik gadis berlesung pipi itu. “Terima kasih, Cindy. Aku menyayangimu.” Angela memeluk erat Cindy, keduanya pun berpelukan cukup lama, hingga akhirnya bunyi panjang peluit mengalihkan perhatian mereka ke bawah jendela. Rupanya latihan basket yang mereka tonton telah usai. Mereka berdua pun langsung bangkit berdiri, mengambil tas, lalu berjalan keluar dari ruang kelas menuju ke lapangan basket yang terletak di tengah ruangan. Rona wajah Angela sangat bahagia, Cindy yang melihat hal tersebut pun menjadi ikut bahagia. Setibanya di tepi lapangan basket, Jason yang merupakan sahabat Jack berlari kecil menghampiri Angela dan melemparkan senyum padanya, bak gayung bersambut, Angela pun membalas senyuman tersebut. “Angela, ayo kita pulang sekarang,” ajak Jason seraya mengulurkan satu tangannya pada Angela. Gadis itu menerima uluran tangan Jason dan keduanya berjalan menuju ke sisi seberang dari lapangan basket untuk mengambil tas milik pria itu. Namun, sebelum Angela benar-benar beranjak dari situ, dia berpamitan kepada Cindy sambil melambaikan tangannya. “Cindy, aku pergi duluan ya. Kamu hati-hatilah di jalan,” ucapnya seraya berlalu pergi bersama dengan Jason. “Ya, jangan khawatirkan aku,” jawab Cindy. Setelah Jason dan Angela pergi dari situ, Jack yang sudah memakai seragamnya, lantas berjalan menghampiri Cindy yang sedang menyeberangi lapangan basket. “Pucca!” serunya seraya berlari ke arah gadis itu. Cindy menoleh ke arah sumber suara dan menatap Jack yang sedang berlari menuju ke arahnya. “Ada apa, Jack?” tanyanya heran. “Kamu mau ke mana? Bukankah kau pulang denganku?” tanya Jack seraya berdiri dan berjalan di samping Cindy. “Aku bisa pulang sendiri, naik bus atau berjalan kaki. Itu tidak jadi masalah untukku,” jawab Cindy. “Pucca, berapa kali kusampaikan? Ikutlah denganku, uang untuk biaya naik bus dapat kau tabung. Ayo ikut aku, aku ajak kamu ke tempat yang bagus pokoknya,” ajak Jack seraya menarik tangan Cindy dan mengajaknya berlari kecil menuju ke tempat parkir motor. Sesampainya di samping motor milik Jack, pria itu bergegas memberikan helm kepada Cindy, lalu setelah siap keduanya pun naik ke atas motor dan perlahan motor pun berjalan keluar dari area sekolah menuju ke area Repulse Bay Beach yang berada di selatan Kowloon, Hongkong. Sepanjang perjalanan, jantung Jack berdetak cukup panjang, pasalnya kedua tangan Cindy melingkar erat di pinggangnya dan d**a gadis itu begitu dekat ke punggungnya, hingga dia bisa merasakan kedua bukit kembar milik Cindy menyentuh punggungnya. Akan tetapi Cindy tidak sadar akan hal itu. Sementara, Jack begitu bahagia, dia bertekad untuk menyatakan perasaannya kepada gadis itu ketika ulang tahun Cindy yang ke sembilan belas nanti. Motor yang dikemudikan oleh Jack pun menembus kerumunan kendaraan yang memadati jalan raya. Siang itu, matahari bersinar cukup terik, membuat tubuh berkeringat banyak dengan berada di luar ruangan. Begitu pula halnya dengan kedua muda mudi itu yang sudah berkeringat banyak terkena terpaan sinar matahari. Tidak lama kemudian, mereka berdua pun sampai di area pantai. Jack memarkirkan motornya, lalu dia menggandeng tangan gadis itu menuju ke sebuah kedai makan yang berukuran tidak terlalu besar. “Jack, mau ke mana kita?” tanya Cindy penasaran. “Makan siang, lalu kita bersantai di pantai, bukankah besok akhir pekan dan sekolah pun libur?” jawab Jack. “Memang libur, tapi banyak yang harus kukerjakan. Aku harus mengambil pakaian kotor para tetangga dan mencucinya,” jawab Cindy kesekian kalinya. “Untuk hari ini tidak perlu bersusah payah. Aku yang akan membayar semuanya dan yang tetanggamu biasa bayar padamu, aku yang akan menggantinya. Sekarang bersenang-senanglah dan jangan memikirkan banyak hal. Hidupmu tidak hanya untuk selalu bekerja, ada kalanya kau harus menjauhkan diri dari kesibukan dan menyenangkan dirimu sendiri,” ujar Jack. “Kau memang benar, tapi—“ “Tapi, apa? Sudah ayo, jangan sungkan dan berpikir yang macam-macam. Bukankah Angela juga sedang bersenang-senang dengan Jason. Mereka berdua sedang dilanda asmara dan saat ini mereka sedang kencan di mall.” “Bagaimana kau tahu?” tanya Cindy penasaran.  To be continued .....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN