Aku tanpamu binasa

1021 Kata
Masih penasaran dengan polisi wanita bernama Cindy yang terdengar dalam ingatannya sendiri. Sesampainya di rumah, Bram tidak segera tidur. Ia mengambil laptop milik Anna, istrinya. Ia membuka akun f*******: dan mulai mencari nama Cindy di pencarian. Seluruh orang bernama Cindy muncul dan Bram memeriksanya satu persatu. Dari daftar nama wanita bernama Cindy yang ada di paling atas, dari fotonya Bram sama sekali tidak ingat atau memiliki perasaan kuat di dalam hatinya, jika dia adalah Cindy. Seperempat malam dihabiskan Bram mencari Cindy yang dimaksud. Namun tampaknya usahanya sia-sia. Begitu banyak nama Cindy yang masih belum diperiksanya. Bram mulai kesal dan menyerah. Ia mengusap wajahnya dan kemudian menggerutu. “Aku harus membutuhkan nama yang lebih jelas. Seperti siapa nama panjang Cindy. Mungkin dia ada di pencarian google, f*******:, atau yang lainnya. “Anna ... Siapa aku sebenarnya? Kenapa aku tidak mengingat apa pun!” teriaknya pada diri sendiri. “Kepingan memoriku muncul kembali namun ini tidak membantu untuk mencari di mana aku pernah menyimpan uang jutaan dollar dan menyelamatkan kamu dari Jonathan!” Bram kelelahan karena letih mencari Cindy di laptopnya. Juga lelah dengan apa yang terjadi. Rasa frustasi merambat dan membuatnya ketiduran hingga sinar hangat masuk menghangatkan tubuhnya dari kisi-kisi jendela kamar. Saat ia setengah sadar, dan perlahan membuka matanya. Tiba-tiba ia kembali melihat kembali kepingan ingatan yang terjadi di tiga tahun sebelum kejadian kecelakaan yang membuatnya hilang ingatan. Flash back, Tiga tahun sebelum kecelakaan di sebuah apartemen. Bahu terbuka seorang wanita terlihat dan terendus aroma harum menenangkan. Bram mencium perlahan penuh cinta dan memuja. Memeluk si wanita itu dari belakang. Melingkarkan kedua tangannya ke perut wanita yang hanya berbalut selimut lebar dan meringkuk di dalamnya. “Aku ingin kerja,” ujar si wanita tersebut. “Jangan ... Hari ini libur saja. Kita habiskan waktu bersama. Entah kenapa sejak semalam perasaanku tidak nyaman,” ujar Bram sembari membenamkan mukanya di punggung wanita yang masih belum diingat oleh Bram. Di dalam benak Bram, si wanita yang sejak tadi dipeluknya dari belakang mengubah posisi tidurnya dan kini berbalik badan, dan menatap Bram lekat. Seulas senyuman terbit di wajah cantiknya. “Memang apa yang kamu resahkan, sampai gelisah begini?” “Cindy, aku merasa akan terjadi sesuatu ... Tapi entah apa itu. Seperti sebuah firasat,” jawab Bram sembari membalas tatapan Cindy. Manik matanya lurus menatap bola mata warna cokelat tua milik wanita yang sedang mengusap pipi Bram yang ditumbuhi jambang dan berewok tipis. “Kamu takut ditangkap? Polisi lain tidak bisa menangkapmu. Karena hanya aku yang bisa menangkap dan menaklukkan hatimu ....” Cindy menjawab pertanyaannya sendiri dan kemudian tertawa. Mendengarnya, Bram ikut tertawa. Ia merasa beruntung telah mendapatkan wanita hebat seperti Cindy. Cantik, pintar dan yang lebih pentingnya ia rela membelot dari prinsipnya dan justru melindungi penjahat seperti Bram. Perlahan tapi pasti Cindy mendekatkan wajahnya. Ia menarik nafas panjang dan tersenyum simpul. Lalu menatap Bram penuh arti, mengecup lembut bibir pria yang juga hanya terbalut selimut lebar dan meringkuk bersama dengannya di dalamnya. “Aku mempercayai mu Bram. Aku tahu kamu penjahat. Tapi kamu bukan pembunuh. Kamu bukan pria yang tega melenyapkan nyawa seseorang demi kepentingan diri sendiri. Dan sebagian besar hasil rampokan mu kamu sumbangkan ke orang-orang miskin, membutuhkan. Memberikannya pada masyarakat yang tertindas.” Hening. Bram dan Cindy saling menatap satu sama lain. “You are my Robin hood.” Bram menarik nafas panjang dan dalam. Ia segera memeluk Cindy ke dalam pelukannya. “Aku tanpa mencintaimu akan binasa ... and you are my Maid Marian.” “Hm ... Maid Marian?” tanya Cindy lirih. “Ya, kekasih Robin hood.” Cindy kembali tertawa. Suasana pagi hari terasa hangat dan menyenangkan. “Aku harus bersiap-siap untuk berangkat kerja,” ujar Cindy. Tapi Bram tetap memeluknya sangat erat. “Please, hari ini izin tidak masuk. Bilang saja kau sedang sakit. Aku sungguh tak ingin jauh darimu,” ujar Bram sekali lagi. Cindy merasa sikap Bram saat ini aneh. Ia pun mengalah. Mengurungkan niatnya untuk bergegas bersiap untuk mandi dan mengenakan pakaian dinasnya. “Saat ini aku ingin tetap memelukmu, dan menghirup aroma tubuhmu. Aku tidak ingin kehilangan momen terbaik dalam hidup ini.” Kalimat demi kalimat yang dilontarkan Bram dari bibirnya terdengar sangat romantis. Membuat Cindy mulai merasa ada yang aneh. “Bram, ceritakan padaku ... Sebetulnya ada apa? Apakah ada hal yang kamu tutupi dariku?” Bram menggeleng pelan. “Tidak ada yang aku tutupi darimu. Aku menceritakan semuanya padamu. Bahkan di mana aku menaruh uang jutaan dollar itu pun kau tahu,” jawabnya lirih. “Aku hanya ... merasa ... Ada hal yang tak tahu apa. Perasaanku ini tidak nyaman. Dan aku merasa jika kita akan berpisah.” “Stt ...” Cindy segera menaruh jari telunjuknya di depan bibir Bram. Bram menatap Cindy sangat dalam. Cindy pun demikian. Mereka seraya tenggelam di dalam bola mata masing-masing. “Jangan katakan hal yang tidak-tidak. Herman, kau membuatku takut. Aku tidak mau berpisah denganmu.” *** Kembali ke masa kini, Bram menarik nafasnya dalam-dalam. Selama kenangannya kembali teringat, untuk beberapa detik ia hampir tidak bisa bernafas. Rasanya sesak. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Rasa cintanya yang terlupa untuk Cindy kembali teringat. “Ternyata aku dan polisi wanita bernama Cindy itu bukan hanya sekedar kencan. Aku mencintainya. Kami sepasang kekasih,” ujarnya lirih. “Sepasang kekasih atau kami sudah menikah?” tanyanya pada diri sendiri. Dan mulai ragu dengan semuanya. Sontak, Bram beranjak dari tidurnya di atas kasur. Astaga, jadi selama tiga tahun ini kemungkinan besar dia sangat menderita dan kehilangan aku! Bram kembali mengambil laptopnya yang masih terbuka dan tergeletak begitu saja di atas ranjangnya. Mengaktifkan laptop tersebut yang otomatis sleep ketika sepuluh menit tidak digunakan. Segera muncul laman akun sosial media f*******:. Di dalam ingatannya barusan, ia menemukan kata kunci baru. Sebuah nama yang lebih jelas dan berbeda dari yang lain. Dan kemungkinan besar, Cindy menggunakan nama tersebut. Bram mengetikan nama Cindy Maid Marian di kontak pencarian. Dan benar saja, hanya ada satu orang yang muncul ketika nama tersebut di klik. Sepasang mata Bram terlihat berbinar. Akhirnya ia menemukannya. Bram kembali mengarahkan kursor ke bagian foto profil Cindy Maid Marian dan kemudian, seluruh profil di beranda akunnya terlihat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN