Bram berjalan pelan mendekati Mariane yang sejak tadi menatapnya. Ia mencoba mengungkap tabir masa lalunya. Sepasang netra bulat polos yang melihat ke arahnya, membuat hatinya terasa perih dan sangat merasa bersalah. “Hai ...,” sapanya lirih dengan suara serak. Mariane melirik ke arah Cindy. Sorot matanya pada ibundanya itu, seraya bertanya siapa pria yang berjalan mendekat ke arahnya itu. Bram berjongkok menghadap Mariane agar mereka terlihat setara. Tangan kanannya perlahan mengusap pipi menggemaskan gadis kecil itu. “Hai ... Apa kabar?” tanyanya dengan tatapan mata berkaca-kaca. Maraiane berjalan mundur beberapa lagkah ke belakang. Ia seakan tak mau disentuh oleh tangan Bram. Bibir mungilnya sama sekali tidak menjawab pertanyaan Bram itu. “Om siapa?” Suara Bram mendadak tercekat,