Salah satu sisi gelap Bryan adalah kadang saat marah, ia berbuat sesuatu lebih dulu, baru setelah itu memikirkan apa akibat dari perbuatannya. Seperti saat ini, Bryan mulai memikirkan betapa berlebihannya reaksinya ketika Karina ingin membahas Rose. Dorongan, ancaman, dan bentakan itu pasti telah mengubah sudut pandang Karina terhadap dirinya dan itu bisa mempersulit jalannya untuk mengontrol Karina. Bryan tidak bisa terus seperti ini, jadi ia harus memikirkan cara untuk meluluhkan Karina yang saat ini pasti kesal padanya.
Di sisi lain, Karina tampak duduk di salah satu ruangan yang ada di kediaman Bryan. Karina tidak sendiri, melainkan ada Jeff yang berdiri tidak jauh darinya. Tentu saja Jeff ada di sini karena perintah dari Bryan dan itu membuat Karina semakin kesal. Sikap Bryan benar-benar aneh bahkan mencurigakan. Memang apa yang telah orang itu lakukan sampai Bryan begitu benci padanya bahkan tidak mau membahasnya?
Karina kini menoleh pada Jeff, kemudian berdiri tepat di depannya. Jeff tampak terkejut, tapi Karina tidak peduli dengan hal itu. "Kau sudah lama bersama Bryan, kan?" sebab Karina memiliki pertanyaan penting untuk diberikan pada Jeff.
"Ya, saya sudah bersama Tuan Bryan selama 8 tahun, atau sejak berusia 17 tahun," jawab Jeff.
"Sudah cukup lama, jadi kau pasti tahu sesuatu tentangnya dan masa lalunya. Siapa seseorang yang dikatakan mirip denganku? Apa hubungannya dengan Bryan? Kenapa Bryan begitu benci padanya? Katakan padaku." Karina mencerca Jeff dengan begitu banyak pertanyaan.
Jeff sudah merasakan yang tidak-tidak sejak pertama kali Karina bicara padanya dan inilah yang terjadi. Jeff tentu tahu beberapa hal tentang Bryan, tapi tamat riwayatnya jika mengumbar hal itu tanpa seizin Bryan.
"Saya adalah ketua pengawal Tuan Bryan. Tugas saya adalah menjaga keselamatannya, bukan mengurus kehidupan pribadinya."
"Kau kaku sekali," kesal Karina.
"Jangan bertanya tentangku pada orang lain." Dan sebuah suara yang tidak asing baru saja terdengar.
Karina dan Jeff langsung menoleh ke arah sumber suara, lalu mereka menunjukkan ekspresi berbeda saat melihat kehadiran Bryan. Jeff langsung memberikan hormat pada Bryan, sedangkan Karina terlihat tidak peduli.
Bryan berkata jangan bertanya tentangnya pada orang lain, tapi dia tidak pernah bicara dengan jelas ketika ditanya secara langsung. Astaga, Karina merasa semakin kesal sekarang. "Bertanya padanya seperti bicara dengan tembok," gumam Karina.
Bryan memberikan isyarat pada Jeff untuk pergi dari ruangan itu karena ia ingin bicara berdua saja dengan Karina. Bryan mendekati Karina, lalu memeluknya dari belakang. Karina jelas menolak dan berontak, tapi Bryan tidak melepaskan pelukannya dan malah menyudutkan Karina ke tembok, kemudian menguncinya.
"Aku minta maaf karena telah kasar padamu." Bryan bicara dengan begitu lembut dan setengah berbisik. Bryan juga tidak lupa mengecup kening Karina saat meminta maaf.
"Lepaskan aku!" Karina masih mencoba berontak, tapi Bryan benar-benar mengunci tubuhnya.
"Aku salah karena berlebihan tadi dan aku menyesalinya. Orang itu sangat menyakitiku, jadi aku begitu membencinya. Tolong mengertilah." Bryan sangat tahu bagaimana cara bicara untuk meluluhkan hati seorang wanita. Namun, Bryan masih tidak mengerti kenapa Rose masih melirik pria lain?
Karina berhenti memberontak. Ia menatap lekat Bryan yang begitu pandai memperlihatkan wajah penyesalannya. Setelah mendorong, membentaknya, bahkan mengancamnya, kini Bryan berubah drastis menjadi penuh dengan penyesalan. Luar biasa sekali, pikir Karina.
"Apa yang harus aku mengerti? Kau bahkan tidak mengatakan apa-apa padaku," ucap Karina.
Bryan menghela napas karena Karina yang kembali menuntut penjelasan darinya. Ini tidak akan membaik sebelum Karina mendapat jawaban atas pertanyaannya. Karena hal itulah, Bryan akan sedikit memberikan penjelasan. Karina hanya akan tahu sampai pada titik di mana itu bisa membuatnya sedikit mengerti, bukan semuanya.
"Baiklah, aku akan memberitahumu sesuatu. Kau mirip dengan mantan kekasihku. Dia adalah wanita yang telah mengkhianatiku. Dia menjalin hubungan dengan pria lain, seolah aku dan segala hal yang telah aku lakukan untuknya tidak ada apa-apanya."
"Kau membencinya, lalu kenapa kau mencari seseorang yang mirip dengannya? Apakah itu tidak menyiksamu?" tanya Karina.
"Mirip belum tentu sama, kan? Dibandingkan tersiksa, aku bahagia saat bersamamu. Jadi, apa kau memaafkanku sekarang?" Bryan mendekatkan wajahnya ke wajah Karina.
"Di mana wanita itu sekarang?" pertanyaan ini keluar dari mulut Karina ketika bibir Bryan nyaris menyentuh bibirnya.
"Berada di tempat yang jauh. Kenapa kau begitu ingin tahu tentangnya?"
"Aku hanya penasaran seberapa mirip dia denganku."
"Jangan terlalu dipikirkan. Orang lain sering mengatakan kita mirip dengan orang ini dan orang itu. Itu adalah hal biasa, jadi dibawa santai saja. Kau bisa melakukannya, kan?" Bryan menyentuh wajah Karina, kemudian ibu jarinya menyentuh bibir merah muda milik wanita cantik itu.
Kedua bibir itu akhirnya menyatu. Karina yang tadinya terkunci oleh Bryan, kini telah duduk di atas meja. Salah satu tangan Bryan ada di tengkuk leher Karina menjaga agar ciuman itu tetap dalam, sedangkan tangannya yang lain mulai menjelajahi tubuh wanitanya.
"Tunggu." Karina sedikit mendorong Bryan agar menjauh darinya.
"Aku belum mengatakan apa keinginanku setelah menuruti perkataanmu," ucap Karina lagi.
"Kau bisa meminta apapun setelah kita selesai di sini."
"Kau yakin?"
"Tentu saja."
Karina tersenyum, lalu berkata, "Baiklah." Dan setelahnya ia mendorong Bryan hingga tubuh pria itu terbentur tembok.
Karina menatap Bryan dengan senyuman nakalnya. Jari-jarinya membuka kancing kemeja Bryan dengan begitu lihai. Tubuhnya pun perlahan merendah, hingga pada akhirnya ia ada dalam posisi berjongkok. Di depannya, Karina berhadapan langsung dengan kebanggaan terbesar milik Bryan yang sudah terlihat sesak.
Jari-jari Karina yang menjadi semakin nakal mulai memberikan sentuhan pada titik paling sensitif di tubuh Bryan. Begitu sensitif sampai membuat Bryan mendesah kecil sembari sesekali menutup matanya.
"Berikan dia sentuhan lebih, Karina," ucap Bryan.
"Memohonlah padaku."
"Karina ...."
"Aku bilang, memohon padaku." Karina menyela kalimat Bryan.
Bryan mengumpat kesal. Bryan tidak pernah memohon pada siapa pun untuk memuaskan dirinya, tapi mengingat kalau ia baru saja membuat Karina kesal, jadi akan lebih baik untuk menuruti keinginannya atau keadaan akan semakin memburuk.
"Aku mohon, puaskan aku. Kau bisa memuaskan aku, kan?" kalimat ini pun akhirnya keluar dari mulut Bryan dengan penuh keterpaksaan.
***
Sesuai dengan kesepakatan, yaitu Bryan harus menuruti apapun yang Karina inginkan setelah dia menjadi gadis penurut, maka sekarang, Bryan siap mendengar apapun yang Karina katakan. Tadinya, Bryan pikir, Karina mungkin ingin berbelanja seperti yang biasa dilakukan oleh kebanyakan gadis di luar sana. Namun, permintaan Karina di luar dugaan Bryan, sebab dia ingin menginap di villa yang ada di Pulau Jeju dan menyebut secara detail villa mana yang dia pilih. Entah kebetulan atau tidak, tapi villa yang Karina pilih adalah tempat di mana Rose meninggal.
Karina memilih tempat itu karena terlihat indah, salah satu temannya pernah pergi ke sana, apalagi sekarang villa itu semakin terkenal setelah di renovasi dan orang-orang banyak memamerkan liburan mereka di sana. Itulah yang Karina katakan ketika Bryan bertanya kenapa harus di sana. Karina juga tidak lupa menunjukkan foto-foto dari orang yang pernah memamerkan foto liburan mereka di sana lewat sosial media.
"Ke tempat lain saja, yang lebih bagus." Bryan tidak pernah berpikir untuk mengunjungi tempat itu lagi.
Karina berdecak kesal. "Tadi, kau bilang, aku boleh meminta apa saja."
"Apa aku mengatakan tidak? Aku bilang, pergi ke tempat lain. Sebelumnya, kau ingin liburan, kan? Baiklah, kita pergi, tapi bukan ke sana," balas Bryan.
"Tapi aku ingin ke sana! Aku yang menentukan tempatnya, bukan kau."
Bryan kesal lagi dan ingin memukul meja kerjanya, tapi berusaha menahan diri karena baru saja berbaikan dengan Karina. "Baiklah, kita pergi ke sana." Dan pada akhirnya, Bryan menyetujui permintaan Karina.
Karina tentu saja senang mendengar hal itu, sedangkan Jeff terlihat bingung. Awalnya, terlihat jelas kalau Bryan tidak ingin datang ke sana karena mengingat seperti apa kenangan di tempat itu. Lalu, kenapa dia luluh dengan mudah? Selama mengenal Bryan, Jeff tidak melihat sosok ini darinya bahkan saat Rose masih ada. Pria itu tidak pernah luluh semudah ini.
"Akan lebih baik jika sejak awal kau langsung setuju. Orang tua memang suka berdebat dengan anak muda," ucap Karina.
"Siapa yang tua? Aku tidak tua!"
"Terserah, jadi, kapan kita akan pergi?"
"Secepatnya," jawab Bryan.
"Baiklah. Aku akan menunggunya. Aku lapar sekarang, jadi akan makan dulu." Karina pun keluar dari ruang kerja Bryan.
"Lakukan sesuatu." Bryan langsung bicara pada Jeff setelah Karina keluar.
***
Ketika akan tidur, Karina melihat berita yang tidak sengaja lewat saat ia sedang membuka media sosialnya, itu adalah berita kalau villa yang ingin ia datangi baru saja mengalami kebakaran. Kebakaran yang membuat villa akan ditutup sampai waktu yang belum ditentukan.
"Tiba-tiba terjadi kebakaran?" gumam Karina.
Di saat bersamaan, Karina mendengar pintu kamarnya terbuka. Pandangan Karina langsung mengarah ke arah pintu, yang datang adalag Bryan. "Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Aku sudah ingin menyewa villa itu, tapi baru saja terjadi kebakaran di sana." Bryan datang untuk menyampaikan ini.
Karina turun dari ranjang dan berdiri di depan Bryan. "Aneh sekali. Kenapa tiba-tiba terjadi kebakaran saat kita akan ke sana?"
"Itu kecelakaan dan terjadi kapan saja, beruntung tidak ada korban jiwa. Tapi kau tidak perlu khawatir, aku akan mencari tempat yang lebih bagus dan kita bisa pergi secepatnya. Sekarang, kau istirahat saja. Aku harus pergi untuk urusan pekerjaan. Selamat malam." Bryan sempat memberikan kecupan di bibir Karina, baru setelahnya pergi sembari tersenyum.
"Ada yang tidak beres." Karina bicara seorang diri.