Part 3 [Dimanfaatkan Secara Sukarela]

1514 Kata
Tipe manusia yang paling Karina benci adalah seseorang yang begitu mudah menodongkan senjata pada orang lain yang bahkan tidak pantas untuk hal itu, sebab itu mengingatkannya pada sosok pria yang telah menghabisi nyawa ibunya. Namun, Tuhan justru mengirimkan sosok seperti itu ke dalam hidupnya bahkan mengklaim hak milik atas dirinya. Karina tidak tahu kalau Bryan begitu serius dengan ucapannya yang tidak ingin ia bersama pria lain, tapi cara pria itu menunjukkan hak atas dirinya sangat memuakkan. Karina juga tidak merasa dirinya memberikan persetujuan untuk menyepakati dirinya hanya boleh bersama Bryan, tapi lihatlah sikap pria itu sekarang. Tidak peduli betapa banyak uang yang dia miliki, Karina tidak akan pernah bisa menyerahkan hidupnya sepenuhnya pada pria berdarah dingin seperti Bryan. Karina mengambil tasnya dan berniat pergi dari kamar hotel itu, menjauh dari Bryan yang telah mengacaukan semuanya. "Siapa yang bilang kau boleh pergi?" suara dingin Bryan terdengar. Tangannya yang tadi digunakan untuk menodongkan pistol, kini mencekal dengan erat pergelangan tangan Karina. "Sakit! Lepaskan tanganku!" Karina meronta karena Bryan mencekal tangannya terlalu kuat, tapi pria itu seperti tidak peduli pada rasa sakitnya. Bryan menarik tangan Karina, lalu mendorong wanita itu ke ranjang dengan agak kasar. Bryan kira ia telah bicara dengan jelas sebelumnya kalau ia tidak akan tinggal diam jika Karina bersama pria lain, tapi ia malah mendapatkan laporan dari orang yang mengawasi Karina kalau dia pergi ke hotel bersama seorang pria. "Apa-apaan kau? Kita bahkan tidak memiliki hubungan apapun, tapi kau bersikap seolah kau punya hak penuh atas diriku," ucap Karina dengan begitu kesal. Karina bangkit dan ingin pergi, tapi Bryan lagi-lagi mendorongnya ke ranjang bahkan kini menindihnya. Dari bawah, Karina bisa melihat betapa tajam tatapan Bryan yang saat ini ada di atasnya dan mengunci tubuhnya. Astaga, Karina tahu kalau dirinya sangat cantik, bentuk tubuhnya terlihat sempurna, dan jangan lupakan kemampuannya di ranjang. Namun, Karina tidak menduga kalau Bryan akan begitu tergila-gila padanya. Pria itu bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan, lalu kenapa malah ingin terikat dengannya? "Bukankah kita sudah membicarakan ini sebelumnya? Aku tidak suka jika ada pria lain yang menyentuhmu. Kau tidak perlu melayani pria lain untuk mendapatkan apa yang kau mau karena aku bisa memberikan semua itu padamu." "Aku bahkan tidak menyetujui apa-apa, jadi aku tidak terikat hubungan apapun denganmu. Lepaskan aku!" Karina kembali mencoba berontak, tapi Bryan malah mengangkat kedua tangannya dan semakin menguncinya. "Apa kau pikir, kau bisa menolak? Aku tidak sedang membuat kesepakatan di mana kau bisa tawar menawar denganku. Aku sudah memberikan diriku untuk kau manfaatkan, tapi kau malah mencari pria lain yang bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan diriku." "Kau benar-benar pria gila! Aku tidak tertarik untuk terikat hubungan denganmu bahkan jika kau bisa memberikan segalanya untukku, jadi lepaskan aku!" Karina meninggikan suaranya. Bryan tidak ingin bersikap kasar seperti ini, apalagi terang-terangan mengajukan diri secara sukarela agar bisa Karina manfaatkan. Sikap seperti ini seharusnya tidak ada lagi dalam dirinya setelah Rose berkhianat padanya, tapi sama sekali tidak mudah untuk menahan rasa posesifnya ketika Karina masuk ke hidupnya dengan wujud yang begitu mirip dengan Rose. Bryan ingin Karina hanya bersamanya dan menjadi miliknya, sebab itu bisa membuatnya merasakan kehadiran Rose lagi. "Aku bilang, lepaskan!" Karina mulai kehilangan kesabarannya. Sedangkan Bryan tidak melunak sedikit pun. Dibandingkan melunak, Bryan malah mencium bibir Karina. Karina yang kesal membalas ciuman Bryan, tapi hanya untuk menggigit bibir bagian bawah pria itu sampai membuatnya terluka. Tangan kiri Bryan masih menahan tangan Karina dengan erat, sedangkan tangan kanannya menyentuh bibirnya yang terasa cukup perih. Sial! Bryan mencoba bersabar pada Karina, tapi wanita itu malah semakin sulit dikendalikan. "Aku harap, kau tidak menyesal karena telah bersikap menyebalkan seperti ini," ucap Bryan, lalu kembali mencium bibir Karina tanpa peduli pada bibirnya yang terluka. "Akkhh!! Sakit!" Karina mengerang kesakitan karena Bryan yang membalas dendam padanya. Kini, Karina juga merasakan perih di bibir bagian bawahnya. "Itu belum seberapa." Bryan bicara dengan begitu santai dan setelahnya kembali menyerang Karina. Karina mencoba menghentikan Bryan dengan berontak dan mempertegas kalau ia tidak ingin berhubungan lagi dengan pria seperti Bryan, tapi usahanya sia-sia saja. Pria itu tidak pernah mau berhenti mencium bibirnya, bahkan kini beralih ke lehernya, dan Karina yakin itu akan meninggalkan bekas. Sial, Karina tidak mau lagi tubuhnya ditandai oleh Bryan. Karina dengan sekuat tenaga mencoba mempetahankan kewarasan di tengah serangan gila yang Bryan berikan padanya. Tangan Bryan mulai lancang menyentuh setiap bagian tubuhnya yang masih tertutup gaun, di saat bersamaan lidah dan bibir pria itu terus bermain di atas kulitnya. Karina yakin Bryan ingin memberikan lebih banyak tanda di tubuhnya. Tidak peduli betapa menyebalkannya Bryan, pada kenyataannya pria itu sangat mampu untuk membuat tubuh dan otaknya bekerja di jalan yang berbeda. Karina ingin ini berhenti, tapi tubuhnya malah menginginkan lebih, apalagi ketika salah satu tangan Bryan menaikkan gaunnya dan tangan nakalnya yang sialnya bisa membuat tubuhnya terasa panas menyusup ke dalam gaunnya. Karina hampir kehilangan kewarasan sekarang. "Bukankah tidak menyenangkan jika tanganmu tertahan seperti ini? Akan lebih mudah jika kau berhenti berontak, dengan begitu, maka aku akan melepaskan tangsnmu atau kau akan terus tersiksa seperti ini." Bryan bicara sembari menatap lekat Karina. Bryan tahu kalau Karina juga menginginkannya saat ini, itu terlihat jelas dari matanya, tapi egonya terlalu tinggi untuk mengakui hal itu. Karina masih mencoba untuk bertahan, tapi semua pertahanan lenyap begitu saja ketika tangan Bryan masuk semakin dalam dan menyentuh titik paling sensitif di tubuhnya. Karina bahkan tidak mampu menahan erangan yang keluar dari mulutnya ketika tangan Bryan menjadi semakin liar. "Kau menyukainya, kan? Jangan menahannya atau kau hanya semakin tersiksa." Bryan berbisik, lalu memberikan sentuhan lembut pada telinga Karina dengan menggunakan lidah basahnya. Entah berapa umpatan yang keluar di dalam hati Karina karena ulah Bryan. Kedua matanya terpejam karena tubuhnya tidak bisa lagi berbohong tentang kenikmatan sentuhan Bryan. Karina pun akhirnya menyerah. Karina berhenti berontak dan mulai menikmati apa yang terjadi saat ini. Bryan yang melihat hal itu melonggarkan cengkeramannya pada tangan Karina, tapi tidak langsung melepaskannya. Ketika tahu ada respon yang lebih baik dari Karina, Bryan baru melepaskan cengkeraman itu sepenuhnya. Ketika tangannya akhirnya bebas bergerak, Karina langsung bangkit dan melepaskan satu persatu kancing kemeja Bryan. Bibir dan lidah panas Karina memberikan sentuhan di setiap inci d**a bidang Bryan, dan tentu saja memberikan tanda seperti yang pria itu lakukan pada tubuhnya. "Kau sudah sangat sesak," ucap Karina ketika menatap ke bawah, lalu mendongak untuk menatap Bryan. "Berhentilah main-main denganku!" Bryan kembali mendorong Karina agar berbaring dan ia memegang kendali penuh atas permainan ini. *** Mengutuk dirinya sendiri adalah sesuatu yang sedang Karina lakukan saat ini, ketika berada di dalam mobil bersama Bryan. Tadi, seharusnya ia tidak menyerah begitu saja pada Bryan, seharusnya memberontak, menolak bahkan memukul wajah pria itu ketika tangannya dilepaskan, tapi tangan sialannya malah melepaskan kancing kemeja Bryan. Karina benar-benar sibuk memaki dirinya sendiri dari dalam hatinya. Karina menoleh pada Bryan yang mengemudi di sebelahnya, sekali lagi, ia tidak mengerti kenapa pria itu sampai tergila-gila padanya. Kenapa tidak mencari wanita lain saja? "Kenapa harus aku?" Karina akhirnya bertanya pada Bryan. "Apa yang kau maksud?" Bryan hanya menoleh sebentar pada Karina. "Kau bisa mencari wanita lain, kan? Tapi, kenapa harus aku? Kita tidak memiliki hubungan apapun, tapi kau selalu bersikap seakan aku adalah milikmu." Bryan terdiam dan tidak terlihat ingin memberikan jawaban pada Karina. Baginya, Karina tidak perlu tahu apapun tentang hidupnya. "Kita sudah sampai, jadi turunlah." Bryan bahkan mengalihkan pembicaraan karena kebetulan ia telah sampai di depan tempat tinggal Karina. "Kau belum menjawab pertanyaanku." "Aku bilang, turun! Kau mengerti bahasa manusia, kan?" Bryan dengan cepat membalas ucapan Karina. "Tadi, kau bersikeras agar aku tidak pergi, tapi setelah bercinta denganku, kau menjadi menyebalkan seperti ini." "Jangan bersikap seolah aku tidak memberimu apa-apa. Tapi biar aku katakan sekali lagi, aku tidak main-main dengan mengatakan aku tidak ingin melihatmu disentuh oleh pria lain. Kau seharusnya bersyukur karena aku memberikan diriku secara sukarela untuk kau manfaatkan. Kau sangat tidak tahu caranya bersyukur karena diberikan kemudahan seperti ini." Karina sempat kehilangan kata-katanya selama beberapa saat karena yang Bryan katakan ada benarnya. Bryan bisa dimanfaatkan dan dia tdiak keberatan dengan hal itu, tapi tetap saja terlalu memuakkan untuk terikat hubungan seperti itu, apalagi Bryan tidak terlihat seperti orang baik-baik. Ya, Karina tahu tidak ada orang yang benar-benar baik sekarang, semua punya keburukan masing-masing, tapi setidaknya tidak dengan mudah menodongkan senjata pada orang lain. Lagi pula, apa alasan Bryan melakukan semua ini? Kenapa pria itu mau mengeluarkan banyak uang untuknya? "Ini hidupku dan hanya aku yang akan memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, bukan kau atau orang lain!" Karina menekankan kalimatnya, lalu mengambil tasnya dengan kasar dan keluar dari mobil Bryan. Bryan baru pergi setelah memastikan Karina masuk ke dalam rumahnya. Di sisi lain, setelah Karina melemparkan tasnya ke sofa, ia mendengar suara bel rumahnya. Karina pikir, itu adalah Bryan, jadi ia bergumam kesal sembari berjalan untuk membuka pintu. Namun, ekspresi wajah Karina seketika berubah saat melihat siapa yang datang. Bukan Bryan, tapi dia adalah orang yang seharusnya tidak ada di sini. Karina mencoba menutup pintu, tapi pria yang memakai hoodie berwarna hitam itu dengan cepat menahan pintu agar tidak tertutup. "Sudah cukup lama sejak terakhir kita bertemu," ucap pria ini, lalu ia menerobos masuk dan dengan cepat ia mencekik leher Karina.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN