Seminggu sebelumnya ...
Ada satu hal yang begitu Bryan benci di dunia ini, yaitu pengkhiatan, sesuatu yang keluar dari jalur yang seharusnya. Namun, hari ini, Bryan menemukan fakta bahwa seseorang yang ia perkerjakan untuk mengelola salah satu kasino miliknya telah berkhianat padanya, pria berusia hampir 40 tahun itu ingin mengambil keuntungan lebih banyak darinya. Bryan tidak menyangka pria itu berani mengacau di tempatnya.
"Saya meminta maaf atas semua kesalahan saya. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Tolong lepaskan saya." Pria itu memohon sembari berlutut pada Bryan yang saat ini duduk di depannya.
Bryan berhenti menyilangkan kakinya, lalu sedikit menunduk dengan siku yang bertumpu di atas kedua pahanya, agar ia bisa melihat wajah pengkhianat itu dengan lebih jelas. Bryan kini berdiri, mengambil pistolnya yang ada di atas meja, lalu ditodongkan pada pria di depannya.
"Aku bahkan memberikan waktu bagimu untuk kau melunasi utangmu padaku, tapi kau malah berani berkhianat seperti ini. Aku sudah tidak tahan lagi denganmu. Aku harus memberikan contoh yang baik, agar tidak ada lagi yang berani berkhianat padaku."
"Saya benar-benar menyesal ..." pria itu tidak menyelesaikan kalimatnya karena suara tembakan lebih dulu terdengar. Peluru telah bersarang di kepalanya yang membuatnya seketika terkapar di lantai kantor pria berdarah dingin bernama Bryan itu.
Jeff yang juga berada di ruangan itu bersama tiga pengawal lainnya hanya bisa terdiam dan bergidik ngeri melihat kekejaman Bryan. Memang untuk seperti inilah Bryan dididik oleh ayahnya, tapi dulu Bryan tidak sekejam seperti sekarang ini. Pria itu mulai berubah setelah pengkhianatan wanita yang begitu dia cintai.
"Jeff," panggil Bryan. Ia memberikan kode pada Jeff untuk membereskan pria itu lewat lirikan matanya.
Jeff dan ketiga pengawal lainnya pun langsung membawa pria yang sudah tidak bernyawa itu keluar dari ruangan Bryan untuk selanjutnya dibereskan hingga tidak ada jejak sedikit pun. Tidak boleh ada yang tersisa atau Bryan akan marah besar.
Bryan meletakan pistol kembali di tempat yang semula, kemudian menyalakan cerutu, dan berdiri di dekat jendela besar yang ada di sana. Tidak akan pernah ada kata maaf untuk pengkhiat, sebab baginya pengkhianat adalah pendosa yang tidak pantas dimaafkan. Bryan memperlakukan orang lain sebagaimana dirinya diperlakukan oleh orang tersebut, jadi jika ada yang bertanya kenapa ia kejam pada seseorang, maka Bryan akan memintanya untuk berkaca lebih dulu.
Karena suasana hatinya begitu buruk hari ini, maka Bryan berpikir kalau mencari hiburan adalah pilihan terbaik. Bryan mengeluarkan ponsel dari saku celananya, lalu menelepon seseorang bernama Irine.
"Selamat malam, Tuan Bryan, tipe seperti apa yang Anda inginkan malam ini?" ucap Irene setelah menjawab telepon Bryan. Irene sudah tahu betul untuk apa Bryan meneleponnya.
"Ada yang lebih menarik dari sebelumnya?"
"Saya memiliki yang baru. Belum lama masuk ke dunia seperti ini. Masih sangat segar. Apa Anda ingin melihatnya? Saya akan kirimkan fotonya."
"Langsung siapkan saja semuanya. Aku akan ke sana dalam 1 jam."
"Baik, akan segera saya lakukan."
Bryan menyudahi pembicaraannya dengan Irene. Bryan tidak terlalu peduli siapa yang menghabiskan malam bersama dengannya, sebab itu hanya sesaat dan tidak perlu ada yang istimewa. Bryan hanya perlu mencari kesenangan sedikit sebagai kebutuhannya sebagai seorang pria, tidak ada yang lain. Hatinya telah lama tertutup rapat karena sebuah pengkhianatan.
"Kau satu-satunya pengkhianat yang ingin aku berikan pengampunan karena aku hanya ingin bersamamu, tapi kau bahkan tidak menginginkan pengampunan dariku," gumam Bryan, masih dengan posisi menatap keluar dari jendela besar itu.
***
Di sebuah kamar hotel tipe suite room itu terlihat seorang wanita tengah duduk di pinggir ranjang untuk menunggu kedatangan seseorang. Tubuh rampingnya dibalut oleh gaun satin berwarna emas lembut yang memperlihatkan d**a atasnya, punggung mulus yang terekspos, dan ujung gaun yang terbelah sampai ke paha atasnya.
Inilah Karina, ia sudah berada di sini setidaknya 15 menit lamanya, tapi belum ada siapa pun yang datang. Karina sebenarnya benci orang yang tidak tepat waktu seperti ini, tapi mengingat pria yang ingin bertemu dengannya sampai memesan kamar dengan tipe suite room di salah satu hotel mewah yang terkenal dengan biaya menginap yang mahal, maka sepertinya dia bukan orang sembarangan. Karina merasa seperti sedang melakukan madu saja, padahal ini hanya akan menjadi hubungan sesaat.
Karina kini sibuk dengan ponselnya untuk mengusir rasa bosannya. Di sana, Karina melihat unggahan beberapa wanita yang memamerkan foto liburan, koleksi tas terbaru, atau makan bersama pasangan di restoran terbaik. Karina juga ingin kehidupan yang seperti itu, kecuali memiliki pasangan, tapi hidupnya berbanding terbalik dengan harapannya.
"Sangat tidak adil." Karina sedikit bergumam.
Di saat bersamaan, Karina mendengar suara pintu yang terbuka. Karina langsung berdiri dan pandangannya teralihkan pada sosok pria bertubuh tinggi dengan pakaian rapi yang baru saja datang. "Dia memang bukan orang sembarangan." Karina bicara dalam hati setelah melihat pria itu.
Tadinya, Bryan belum melihat wajah wanita yang sedang menunggunya dan ketika telah melihat wajah wanita itu, langkah Bryan seketika terhenti dan raut wajahnya juga berubah. Bryan ingat kalau tadi ia sempat meminum minuman beralkohol, tapi hanya sedikit dan tidak cukup untuk mengacaukan pikirannya sampai ia melihat orang yang sudah meninggal berada tepat di depan matanya.
"Aku sudah lama menunggumu," ucap Karina dengan seulas senyuman manisnya.
Bahkan suaranya terdengar begitu akrab di telinga Bryan. Apa-apaan ini? Berusaha keras ia melupakan masa lalunya, tapi sekarang masa lalu itu seperti kembali ke hadapannya untuk menghancurkannya lagi.
"Siapa kau?" tanya Bryan dengan nada yang begitu dingin.
"Aku Karina."
"Karina?" Bryan bicara dengan pelan. Selama ini, Bryan tidak pernah mendengar Rose memiliki saudara kembar, lalu, siapa Karina sampai begitu mirip dengan Rose?
"Aku sudah menunggumu untuk waktu yang lama." Karina membelai d**a Bryan dengan jari-jarinya. Tidak cukup sampai di sana, Karina juga memberikan kecupan kecil di leher mulus pria itu.
Bryan masih belum bereaksi ketika menerima sedikit serangan dari Karina. Terlalu mengejutkan melihat seseorang yang begitu mirip dengan orang dari masa lalunya, apalagi orang itu telah meninggal. Berusaha keras ia melupakan masa lalu yang buruk itu, tapi ia malah bertemu dengan Karina.
"Tunggu." Bryan kini mendorong Karina agar sedikit menjauh darinya. Mata tajamnya menatap lekat wanita itu. Rose dan Karina tidak ada bedanya, pikir Bryan. Tapi, bagaimana bisa?
Karina tidak tahu apa yang kurang darinya, ia sudah berdandan dan memilih gaun terbaik miliknya, tapi pria di hadapannya tidak memberikan reaksi seperti yang diharapkan. "Kenapa? Apa ada yang kurang dariku?" tanya Karina bingung.
"Kau dari keluarga mana?'"
Karina menjadi lebih bingung sekarang. Entah apa pentingnya silsilah keluarganya sekarang, hanya untuk hubungan satu malam seperti ini. "Kenapa itu penting untukmu?" Karina balik bertanya pada Bryan.
"Jawab saja pertanyaanku."
"Jika kau tidak tertarik padaku, maka katakan secara langsung. Jangan membuang waktuku dengan mempertanyakan keluargaku. Aku tidak harus menjelasakn apapun padamu." Karina mengambil tasnya dan berniat pergi. Karina tidak suka ketika ada yang bertanya tentang keluarganya, sebab baginya hal itu terlalu memalukan sekaligus mengerikan untuk diceritakan. Karina lebih memilih untuk menghindari segala pertanyaan tentang keluarganya, apalagi ketika ditanyakan oleh seseorang yang tidak ia kenal.
Tidak peduli betapa terkejutnya Bryan, rasa cintanya pada sosok Rose membuatnya langsung mencegah kepergian Karina. Tentang siapa Karina, Bryan akan menyelidiki itu nanti. Sekarang, ia hanya ingin bersama wanita itu. Bahkan jika bayangan menyakitkan itu muncul ketika melihat wajah Karina, Bryan juga merindukan sosok Rose yang saat ini seperti kembali padanya dengan nama Karina. Bryan ingin meluapkan semua kerinduan dan rasa sakitnya saat ini.
Karina belum pernah melihat seseorang yang suasana hatinya bisa berubah begitu cepat seperti pria yang saat ini bersamanya. Tadi, pria itu seperti tidak tertarik padanya, tapi sekarang dia menyerangnya tanpa ampun.
Tubuh Karina dijatuhkan ke ranjang, sedangkan Bryan kini melepaskan jas serta kemeja putihnya hingga memperlihatkan tato naga yang ada di lengan kanannya. Bryan naik ke atas tubuh Karina dan kembali menciumnya.
Karina tidak suka jika hanya menerima, ia juga ingin menunjukkan seperti apa permainannya pada Bryan. Karina mendorong Bryan, kemudian duduk di atas pangkuannya. Karina membiarkan tangan Bryan yang melepaskan gaun itu dari tubuhnya, ketika lidahnya sibuk menyapu ronnga mulut Bryan.
Aroma tubuh Karina jelas berbeda dengan aroma tubuh Rose, tapi hal itu membuat Bryan semakin ingin menjelajahi setiap inci tubuh wanita itu. Segala hal yang ada di balik gaun itu terlihat begitu sempurna untuk Bryan, tidak ada yang kurang.
Kuku tangan Karina yang cukup panjang menancap di punggung Bryan ketika pria itu menghujamnya dengan begitu keras. Meski Bryan cukup menyebalkan di awal pertemuan, tapi sekarang Karina tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata betapa baiknya dia dalam permainan ranjang seperti ini. Bahkan keringat yang menetes dari tubuh berototnya terlihat sangat seksi, begitu juga setiap erangan yang keluar dari mulutnya.
***
Sejak malam itu, Bryan tidak pernah menghabiskan waktu dengan wanita lain, selain dengan Karina. Bryan pun mulai menyelidiki segala hal tentang Karina. Rasa ingin memiliki Karina seutuhnya juga tumbuh dalam diri Bryan yang membuatnya akan melakukan apapun untuk membuat Karina hanya bersamanya, termasuk menodongkan pistol pada siapa pun yang mencoba menyentuh Karina.
"Jadi, Bryan memiliki mainan baru. Siapa dia? Aku mungkin bisa sedikit menyapanya." Di tempat lain, seorang pria yang sedang duduk di kursi kebesarannya sembari menghisap rokok bertanya pada seorang pria yang berdiri di hadapannya.
"Namanya Karina. Sebelumnya, Bryan tidak pernah membawa wanita ke kamarnya setelah kematian Rose, tapi sekarang dia melakukannya. Saya sangat terkejut saat melihat wanita itu."
"Memang seperti apa wanita itu? Apa dia sangat cantik sampai akhirnya mampu membuka hati Bryan lagi?"
"Wanita itu sangat mirip dengan Rose."
"Mirip dengan Rose? Bagaimana mungkin?" pria dengan pipi tirus itu terlihat terkejut.