Setelah bayi itu muncul dan ibunya tidak ditemukan keberadaannya, Bryan memutuskan untuk segera kembali ke Seoul karena menurutnya tempat ini tidak aman untuk bayi itu. Karina tentu saja kesal karena hal itu, sebab ia belum sempat melakukan apapun dan semuanya sudah berantakan karena kehadiran seorang bayi. Tidak cukup sampai di situ, Karina juga masih harus menjaga bayi itu seolah ia adalah pengasuh.
Belum ada kalimat pasti yang keluar dari mulut Bryan tentang siapa bayi itu sebenarnya. Namun, pencarian ibu dari bayi itu terus dilakukan. Karian sangat ingin tahu setiap sisi dalam kehidupan Bryan yang misterius itu dan kenapa Bryan begitu yakin jika bayi itu berada dalam bahaya?
Ketika sampai di kediaman Bryan, Karina menyerahkan bayi itu pada pelayan yang tampak terlihat berpengalaman mengurus bayi, sebab ia tidak tahu bagaimana cara mengurus seorang bayi. Namun, bayi manis itu seketika menangis setelah tidak lagi berada dalam gendongan Karina.
"Dia demam," ucap pelayan itu setelah memeriksa keadaan bayi yang saat ini telah kembali berada dalam gendongan Karina.
"Apa?" Karina seketika meletakan tangannya di dahi bayi yang entah siapa namanya dan badannya memang agak panas.
"Apa yang harus dilakukan?" Karina yang tidak ingin peduli, malah menjadi panik.
"Kita harus memanggil dokter," jawab pelayan itu.
"Apa yang terjadi padanya?" Bryan yang sejak tadi sibuk bicara dengan seseorang ditelepon, kini telah mendekat pada Karina setelah melihat kepanikan.
"Katanya, bayi ini demam. Kau harus memanggil dokter untuk memeriksa keadaannya." Karina menjawab pertanyaan Bryan.
"Apa bayi bisa demam?" pelayan sampai terdiam tidak percaya setelah mendengar pertanyaan Bryan yang entah polos atau bahkan konyol. Selama ini, pelayan itu merasa kalau Bryan sangat pintar karena berhasil membangun bisnisnya sendiri, tapi satu pertanyaan itu telah membuat Bryan seketika tampak bodoh.
Tidak hanya pelayan, tapi Karina juga tidak percaya dengan apa yang baru saja Bryan katakan. Bryan begitu tersohor dengan segala prestasinya dalam bisnis ilegal yang memerlukan strategi khusus agar terus berkembang dan menguasai pasar. Namun, ada apa dengan pertanyaan itu?
"Aku tidak menduga kau sebodoh ini," gumam Karina dan terdengar sampai ke telinga Bryan.
"Bayi juga manusia, jadi dia bisa demam. Saya pikir, lebih baik jika Anda memanggil dokter." Pelayan itu kembali bicara setelah berhasil mengendalikan dirinya.
Setelah mendengar saran dari pelayan tadi, Bryan pun memanggil dokter dan memastikan dokter itu datang saat itu juga bahkan jika ini masih tengah malam. Sebelum masuk ke dalam kediaman Bryan, dokter itu diperiksa dengan begitu ketat untuk memastikan bahwa dia tidak membawa sesuatu yang berbahaya. Bryan juga berada tepat di sebelah dokter laki-laki itu ketika pemeriksaan pada bayi itu dilakukan.
Karina yang masih belum memahami apa-apa juga berada di ruangan yang sama dengan Bryan dan ikut memperhatikan dokter serta Bryan yang terlihat khawatir. Astaga, siapa sebenarnya bayi ini?
Setelah dokter memberikan obat, ia menjelaskan kalau bayi itu sebaiknya diberikan ASI karena dia terlihat haus dan lapar, selain itu ASI juga baik untuk masa penyembuhannya. Pandangan dokter itu pun mengarah pada Karina ketika bicara.
"Aku bukan ibunya, jadi aku tidak punya ASI," ucap Karina karena tahu apa yang dokter itu pikirkan tentang dirinya.
"Lalu, di mana ibunya? Bayi ini masih sangat kecil dan membutuhkan ASI dari ibunya."
"Apa itu digantikan s**u khusus bayi?" tanya Bryan.
"ASI adalah yang terbaik untuknya, tapi jika ibunya memang tidak bisa memberikan ASI sekarang, aku akan merekomendasikan beberapa s**u formula untuk diberikan padanya. Namun, dia tetap membutuhkan ASI," ucap dokter itu.
"Aku akan membawa ibunya ke sini secepatnya." Hanya ini yang bisa Bryan katakan sekarang.
Pandangan Bryan hanya mengarah pada bayi itu, bayi yang entah siapa namanya, ia bahkan belum sempat mendengar hal itu. Bryan masih mencoba mencerna semua ini, tapi yang pasti adalah ia akan menjaga bayi itu dengan baik.
***
"Aku terpaksa menyusulmu ke Jeju karena seseorang ingin membunuhku dan aku membutuhkanmu untuk menjaga anakku. Walau hubungan keluarga kita tidak baik, tapi aku yakin kau bisa menjaganya untukku. Aku telah dikhianati, jadi tolong jangan khianatiku aku juga."
Kalimat itu kembali terlintas di benak Bryan, ketika ia duduk di pinggir tempat tidurnya dan menatap sang bayi yang keadaannya telah membaik setelah diberikan obat juga s**u. Itu adalah ucapan singkat dari ibu bayi yang sedang Bryan cari saat ini. Wanita itu menelepon beberap saat setelah anak buahnya pergi melakukan pencarian dan setelahnya tidak ada kabar terbaru lagi.
Hari telah hampir pagi saat ini, tapi Bryan belum tidur sejak tadi. Bryan hanya duduk di sana, memastikan kalau bayi itu akan baik-baik saja. Bayi itu jelas bukan anaknya, tapi Bryan tidak bisa lagi bersikap acuh karena seseorang yang pernah dekat dengannya telah mempercayakan bayi itu padanya.
Di sisi lain, Karina yang juga tidak bisa tidur karena penasaran tentang bayi itu, kini memilih masuk ke kamar Bryan karena mungkin ia bisa bicara dengan pria itu untuk menggali informasi. Jika melihat bagaimana pria itu tergila-gila padanya, Karina yakin Bryan bisa berbagi sedikit informasi.
"Kenapa kau tidak tidur? Tadi, kau mengeluh saat diminta menggendong bayi ini," ucap Bryan saat melihat kedatangan Karina.
Karina duduk di sisi lain tempat tidur Bryan, lalu menatap lekat bayi itu dan tersenyum karena melihatnya telah tidur dengan nyenyak. "Aku khawatir padanya." Dan Karina menjawab pertanyaan Bryan.
"Khawatir atau penasaran?" Bryan dengan cepat membalas ucapan Karina.
Bryan mungkin agak bodoh tadi, tapi sekarang tidak lagi. Jika otaknya bisa kadang bodoh dan pintar seperti ini, apa itu akan mudah bagi Bryan untuk mengetahui misi yang sedang ia jalankan?
"Aku biasanya tidak mengurus kehidupan orang lain, tapi aku ingin tahu tentang bayi ini. Apa bayi ini sungguh anakmu? Aku tidak masalah jika kau punya anak. Aku hanya kasihan pada bayi ini, dia seperti di lempar ke sana ke mari. Kau juga aneh, awalnya, kau seperti tidak peduli padanya, tapi sekarang kau terlihat begitu khawatir padanya."
Bryan tersenyum, lalu berkata, "Aku harap, kau memang murni mulai penasaran dengan diriku, bukan karena maksud lain."
"Apa maksudmu?" Karina mulai khawatir kalau Bryan mungkin telah mengetahui sesuatu tentangnya.
"Entahlah, aku tidak yakin. Tapi jika kau ingin tahu, maka aku akan katakan sedikit. Aku bukan ayah dari bayi ini, tapi aku mengenal ibunya. Terjadi sesuatu pada wanita itu, jadi aku harus menjaga bayi ini entah untuk berapa lama. Kau ingat saat aku menerima telepon saat kita masih di Pulau Jeju? Wanita itulah yamg meneleponku, tapi aku tidak bisa bicara banyak dengannya." Hanya ini yang bisa Bryan sampaikan pada Karina.
"Ya, lalu kau bilang tempat itu tidak aman untuk bayi ini. Jika begitu pasti hal buruk yang terjadi. Tapi, kenapa wanita itu tidak datang juga padamu? Kau pasti bisa menjaganya juga, kan?"
"Sudahlah, Karina, kau tidak perlu memikirkan hal ini. Aku membawamu kemari untuk diriku, bukan untuk mengurus setiap masalah yang terjadi padaku. Lebih baik kau tidur saja di sini karena aku suka melihatmu saat kau tidur."
Trik rayuan murahan baru saja keluar dari mulut Bryan untuk mengalihkan pembicaraan ini. Siapa wanita bodoh yang bisa mempercayakan anaknya pada pria seperti Bryan? Bryan bahkan bisa membunuh kekasihnya sendiri, lalu bagaimana nasib bayi yang tidak ada hubungan apa-apa dengannya? Pria itu mungkin bisa memperlihatkan wajah panik dan khawatir pada bayi itu, tapi perilaku impulsifnya bisa datang kapan saja.
"Baiklah, aku akan tidur di sini." Karina pun berbaring menghadap ke arah bayi itu.
"Tunggu, siapa namanya?" tanya Karina.
"Aku belum sempat menanyakan itu."
"Lalu, kita harus memanggilnya bayi ini? Atau bayi itu? Itu tidak benar. Kita harus memberinya nama sementara. Biar aku pikirkan dulu ..." Karina tiba-tiba menjadi begitu sibuk berpikir.
"Joy! Ya, itu nama sementara yang bagus. Bagaimana?" dan tidak perlu waktu lama bagi Karina untuk mememukan sebuah nama.
"Joy? Ya, itu nama yang bagus." Bryan hanya setuju-setuju saja.
"Kalau begitu, aku akan tidur sekarang." Karina yang mulai merasakan kantuk akhirnya mulai memejamkan matanya.
Sementara Bryan masih tetap di posisinya dan terlihat mengeluarkan kalung dari saku celananya, itu adalah kalung yang sebelumnya dipakai oleh Joy. "Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" gumam Bryan.
***
"Bayi itu ada di sana, kan?" Jason bertanya pada Karina lewat sambungan telepon yang bersifaf sangat rahasia.
"Bayi? Apa yang kau maksud?" Karina tampak bingung.
"Bayi yang ada di rumah Bryan. Kau harus membunuh bayi itu, karena sekarang kau yang paling dekat dengannya."
"Apa?" Karina begitu terkejut mendengar hal itu.
"Aku bilang, bunuh bayi itu. Apa itu sudah jelas?"