Part 16 [Sang Pemegang Kendali]

1178 Kata
"Tapi aku harus membunuh Joy, bukan merawatnya, apalagi menjadi orang tuanya." Kalimat itu terucap di dalam hati Karina ketika Bryan terang-terangan mengajaknya umtuk membesarkan Joy bersama-sama. Bryan mempererat pelukannya pada pinggang Karina, membuat wanita itu semakin dekat dengannya hingga tidak ada jarak yang tersisa. Bryan menyentuh lembut wajah Karina yang membuatnya benar-benar merasakan keberadaan Rose, karena itulah ia membutuhkan Karina untuk tetap bersamanya. Karina masih menatap lekat Bryan ketika pria itu menyentuh wajahnya dengan tangan yang terasa hangat. Apakah Bryan sungguh bisa menjaga seorang bayi? Apa pria seperti dirinya sungguh bisa dipercaya? Tidakkah Nora salah karena memberikan bayinya pada pria berengsek seperti Bryan? "Aku tidak sedang tawar menawar denganmu. Aku tidak akan membiarkanmu pergi dariku, Karina. Aku tidak akan membiarkan pria lain memilikimu. Kau tidak perlu mencintaiku sekarang, kau bisa melakukannya pelan-pelan. Sekarang, kau hanya cukup bersamaku, dan aku akan memberikan segalanya untukmu," ucap Bryan lagi. "Aku tidak suka pria posesif." Karina bicara setelah sempat terdiam dan hanya menatap Bryan. "Aku tidak posesif. Aku hanya menjaga apa yang menjadi milikku, agar tidak diambil oleh orang lain." "Lalu, bagaimana jika milikmu diambil oleh orang lain atau dia pergi pada orang lain? Apa yang akan kau lakukan?" Kini, Bryan yang tampak terdiam. Mendapat pertanyaan seperti itu dari Karina membuatnya kembali mengingat Rose. Jika hal seperti itu terjadi lagi, maka Bryan tidak yakin dengan apa yang akan ia lakukan. Membunuh seseorang yang telah mengambil miliknya? Bryan telah belajar bahwa itu hanya akan membuat wanita yang ia cintai membencinya melebihi apapun. "Bryan?" Karina menyadarkan Bryan dari lamunannya. "Jangan mengalihkan topik pembicaraan kita. Kau bisa mempermudah keadaan untuk kita bersama, kan? Mari bersama untuk waktu yang lebih lama. Kau tidak perlu kembali ke kehidupan lamamu yang berat. Sekarang, aku akan menghilangkan semua bebanmu." Bryan akhirnya kembali bicara setelah sempat terdiam. Sudah jelas Bryan yang mengalihkan topik pembicaraan, tapi dia berkata yang sebaliknya, pikir Karina. Tentu saja ia akan tetap bersama Bryan agar mendapatkan kesempatan terbaik untuk membunuhnya. Bryan harus merasakan bagaimana sakitnya dikhianati oleh orang yang dia cintai. "Ya, kita mungkin bisa mencobanya." Karina tersenyum pada Bryan. Bryan juga tersenyum pada Karina. Bryan merasa memiliki lebih banyak waktu untuk mengikat Karina agar semakin masuk ke dalam hidupnya. Segala hal terlihat tidak berwarna di mata Bryan, kecuali Karina. Karina memiliki warna yang ia sukai dan pesona yang memikatnya selayaknya bunga mawar. "Ini sudah malam. Bagaimana kalau kita istirahat sekarang?" ucap Karina. "Di kamarku?" "Baiklah. Tidak masalah." Karina hanya setuju saja. *** Pagi harinya, Karina yang matanya masih terpejam tampak merenggangkan tubuhnya, sebelum akhirnya membuka mata. Karina merasa dirinya sempat mengalami mimpi buruk tentang masa lalunya, tapi saat membuka mata ia melihat pemandangan yang agak tidak biasa, yaitu Bryan yang duduk di sebelahnya dan dia tersenyum seolah sedang melihat pemandangan yang indah. Karina tahu kalau dirinya cantik, tapi ia baru bangun tidur. Apa yang begitu menarik dari orang yang baru bangun tidur? "Apa yang kau lakukan?" tanya Karina. "Bukankah aku sudah pernah mengatakannya? Aku suka melihatmu saat kau sedang tidur." Bryan memberikan ciuman singkat di bibir Karina setelah ia bicara. "Selamat pagi," ucap Bryan setelahnya. "Aku baru bangun tidur, belum mencuci wajah atau menyikat gigiku. Lalu, kau malah menciumku? Bukankah aku terlihat jelek?" Bryan kembali tersenyum dan setelahnya kembali mencium bibir Karina. "Kau tidak pernah terlihat jelek. Kau selalu cantik." Benar-benar rayuan murahan, pikir Karina, tapi anehnya ia tersenyum dan itu bukanlah pura-pura. Jason sering mengatakan itu padanya, tapi sikap arogan dan berengsek pria itu membuatnya tidak menarik dalam hal apapun. Bryan pun sebenarnya tidak jauh berbeda, tapi level Bryan sebagai pria berengsek dan hidung belang sepertinya telah berada dilevel yang berbeda. "Di mana Joy?" Karina seketika menjadi panik dan seketika terduduk saat menyadari kalau Joy tidak terlihat di kamar Bryan. "Sikapmu memperlihatkan betapa besar kepedulianmu padanya. Joy memang cepat menarik perhatian siapa pun. Tapi kau tidak perlu khawatir, Joy memiliki pengasuh sekarang, jadi Joy ada bersamanya." "Kau sudah menemukan pengasuh untuknya?" "Ya. Aku ingin Joy berada dalam pengawasan orang yang benar-benar berpengalaman dalam hal itu. Aku bahkan masih tidak tahu bagaimana cara menggendong bayi dengan benar." Bryan yang terkenal kejam, kini terlihat begitu lugu dan bahkan agak bodoh ketika dihadapkan dengan bayi. Namun, dia tidak terlihat main-main dengan keinginannya untuk menjaga Joy dan memjadi sosok orang tua untuknya. Setidaknya Bryan masih terlihat memiliki sesuatu yang baik dari dalam dirinya. Saat Karina keluar dari kamar untuk bertemu dengan pengasuh Joy, ia melihat seorang wanita dengan rambut panjang yang diikat rapi dan sepertinya dia seusia Bryan. Bryan pasti tidak akan memilih sembarang orang, jadi tidak mungkin wanita itu berbahaya untuk Joy. Astaga, Karina ingin menyingkirkan pikiran itu dari benaknya karena ia di sini bukan untuk menjaga Joy dan memastikan keselamatannya. "Selamat pagi. Saya Adriana, pengasuh Joy," sapa wanita dengan lesung pipi itu. Lesung pipi yang membuatnya terlihat manis ketika tersenyum. "Ya, selamat pagi. Aku Karina, aku ...." "Dia kekasihku, jadi hormati dia seperti kau menghormatiku." Bryan mendelahului ucapan Karina. Karina sempat melirik Bryan dengan tatapan kesalnya, tapi pada akhirnya memilih untuk diam. "Ya, saya mengerti." Adriana tersenyum lembut pada Bryan dan Karina. *** Saat Emma membuka matanya di pagi hari, ia melihat Jake, suaminya yang duduk di sofa yang tidak jauh tempat tidur dan terus menatap ke arahnya dengan tatapan yang terlihat menakutkan. Emma seketika terduduk, sebab tahu kalau tatapan Jake yang seperti itu adalah tanda bahaya. Jake kini bangkit dan mendekati Emma dengan cerutu yang menyala di tangannya. Jake telah mendengar sesuatu tentang Emma dan itu cukup menyebalkan untuknya. Jake merasa perlu untuk memperingatkan Emma tentang posisinya. Emma bergerak mundur saat Jake terus mendekatinya, tapi pergerakannya terhenti saat Jake menarik rambutnya dengan kasar. Emma memohon untuk dilepaskan karena merasa dirinya tidak membuat kesalahan apapun. Namun, Jake malah semakin kencang menarik rambutnya. "Jangan ikut campur dalam persaingan kedua putraku, apalagi sampai mengatakan yang tidak-tidak pada mereka. Aku ingin menemukan orang yang paling pantas untuk meneruskan semua yang telah aku raih semua ini. Rain semakin menunjukkan taringnya dan aku perlu mengasahnya untuk melihat siapa yang lebih baik diantara dirinya dan Bryan, jadi jangan berani menjadi pengganggu. Apa kau mengerti?" Jake bicara panjang lebar dengan nada yang penuh dengan penekanan. "Kau ingin anak-anakmu saling membenci satu sama lain? Benar begitu? Ayah macam apa kau?!" Emma meninggikan suaranya yang membuat Jake beralih menjadi mencengkeram dagunya. "Aku tahu apa yang aku lakukan, bukan sepertimu." "Seperti kau yang membunuh ibu Bryan, lalu kekasihnya agar Bryan selalu berada dalam kendalimu. Apa kau juga akan melakukan hal yang sama pada Rain? Jangan lakukan itu padanya. Aku mohon." Jake tampak tersenyum, lalu menyemburkan asap cerutunya ke wajah Emma. "Jika kau tidak mencoba mengendalikan hidup Rain, tidak menjadi w************n seperti sebelumnya, dan ajarkan Rain untuk tidak tunduk pada wanita, maka kalian akan baik-baik saja. Kau seharusnya bersyukur karena aku tidak membunuhmu setelah kau menyelingkuhiku. Jika bertingkah aneh lagi atau aku bisa saja berubah pikiran terhadap nasibmu." "Kau sendiri yang memilih masuk ke dalam hidupku dan aku menyambutmu dengan baik. Aku sudah memberikan tempat Delissa padamu. Lalu, kenapa sekarang kau ingin lari? Padahal kau sendiri yang membuat keadaanmu seperti ini," ucap Jake lagi, lalu ia melepaskan cengkeramannya pada dagu Emma dan setelahnya memilih untuk pergi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN