Bersikap menjadi gadis penakut bukanlah perkara mudah bagi Karina, sebab didikan ayah angkatnya tidak mengizinkan rasa takut tumbuh di dalam dirinya, apalagi ia harus bersikap manja pada Bryan untuk membuat pria itu yakin kalau ia benar-benar takut. Satu lagi, Karina juga harus menunjukkan sedikit kepedulian pada Bryan dengan mengobati lukanya, sebab melihat darah terus keluar dari lukanya sangatlah mengganggu, sedangkan Bryan begitu keras kepala dan tidak mau meminta seseorang untuk mengobati lukanya.
"Apakah ini perih?" tanya Karina saat mulai mengobati luka Bryan.
"Aku tidak selemah itu," jawab Bryan.
"Aku bertanya apakah ini perih? Aku tidak mengatakan kalau kau lemah," balas Karina.
Bryan tampak tersenyum dan berkata, "Ya, itu perih, tapi aku bisa menahannya."
"Baiklah." Karina juga tersenyum dan setelahnya benar-benar fokus mengobati luka Bryan.
Sedangkan Bryan sibuk menatap Karina yang tampak begitu fokus dengan pekerjannya bahkan kecupan singkat di kepala Karina tidak mengalihkan perhatiannya. Bryan lagi-lagi tersenyum karena Karina, sebab baru kali ini ia melihat Karina yang begitu fokus.
Bryan sudah mengatakan pada Karina untuk tidak mengobati lukanya dan fokus istirahat saja, tapi Karina tidak mau dan bersikeras ingin mengobati lukanya. Bryan pikir, Karina mulai memperhatikan dirinya dan tentu saja ia senang dengan hal itu.
Saat ini, Karina sudah selesai mengobati luka Bryan. Karena kerja kerasnya itu Bryan menghadiahkan ciuman hangat di bibirnya. Tidak hanya ciuman singkat, tapi Bryan melumat bibir Karina bahkan sampai menidurkannya. Lalu, Bryan mengingat kalau Karina sedang terluka, jadi seharusnya ia merawat Karina, bukan menyerangnya.
"Istirahatlah." Bryan kini mencium kening Karina, kemudian berbaring di sebelahnya sembari memeluknya dengan sangat erat.
"Bagaimana tentang ...."
"Kita bicarakan nanti." Bryan menyela kalimat Karina, sebab yakin kalau Karina pasti ingin membahas tentang Rose.
Bryan pasti sedang menyusun rencana untuk membuat cerita palsu, pikir Karina. Terserah apa yang akan Bryan katakan, Karina tidak akan meragukan apa yang ia dengar, yaitu Rose meninggal di tangan Bryan.
***
Pagi harinya, Jeff kaget mengetahui kalau Karina sempat diculik, tapi ia tidak diberitahu apa-apa tentang itu. Terlepas dari siapa Karina dan apa tujuannya, Bryan begitu mencintai Karina dan membutuhkan wanita itu di sisinya, dan Jeff merasa bertanggungjawab atas hal itu.
"Tanggungjawabmu sekarang adalah Joy dan fokuslah padanya. Kau adalah orang yang paling aku percaya, jadi jangan merusak kepercayaanku. Apa kau mengerti?" dan inilah respon Bryan setelah Jeff membahas tentang penculikan itu.
"Ya, saya akan menjaga kepercayaan itu," ucap Jeff dan setelah itu kembali pada tugasnya untuk selalu berada di dekat Joy.
Sedangkan Bryan kini sedang menikmati sarapan bersama Karina. Bryan memperhatikan pandangan Karina hanya mengarah pada Adriana yang saat ini sedang menggendong Joy dan memberikan s**u padanya.
"Karina, ada apa?"
"Tidak apa-apa. Aku hanya penasaran bagaimana keadaan Joy? Apa dia baik-baik saja?" Karina yakin Joy akan baik-baik saja di tangan seseorang yang memang sudah berpengalaman mengurus bayi. Karina hanya masih tidak tahu tentang apa yang harus dilakukan pada Joy. Ketika berita kematian Joy tidak kunjung datang, maka Jason pasti akan segera meneleponnya dan terus mendesaknya untuk segera bergerak. Sial! Karina benci diperintah oleh pria itu.
"Ya, dia baik-baik saja karena berada di tangan orang yang tepat. Bagaimana denganmu? Apa lukamu masih sakit? Jika ya, maka aku akan memanggil dokter lagi."
"Aku sudah lebih baik, jadi tidak perlu memanggil dokter. Namun, aku ingin tahu tentang ..." Karina menjeda kalimatnya dan menatap Bryan.
Bryan yang mengerti tampak menganggukkan kepalanya. Ini pasti tentang Rose dan itu sudah tidak bisa ditahan lagi. Karina sudah terlanjur mendengarnya, jadi dia akan terus bertanya sampai diberitahu. Lagi pula, mungkin saja dengan mengungkap Rose pada Karina bisa membuka sesuatu tentangnya.
"Aku akan memberikan apa yang kau inginkan, tapi kau harus makan dulu, lalu minum obatmu."
"Akan aku lakukan." Karina memberikan senyumannya pada Bryan. Astaga, Karina penasaran apa yang akan Bryan katakan atau tunjukkan padanya.
***
Bryan membawa Karina ke sebuah ruangan yang ada di rumahnya. Ruangan itu terlihat cukup tersembunyi karena pintunya tampak seperti dinding. Ketika pintu ruangan terbuka dan lampu dinyalakan, Karina melihat begitu banyak foto yang memperlihatkan wajah cantik Rose dan ada foto paling besar yang memiliki tempatnya sendiri. Tidak hanya itu, tapi Karina juga melihat beberapa barang seperti pakaian, tas, sepatu, dan aksesoris wanita yang tertata rapi di dalam lemari kaca. Semuanya tersimpan dengan baik dan mungkin semua itu adalah milik Rose.
Namun, bukankah Bryan benci pada Rose sampai dia membunuhnya? Lalu, kenapa dia menyimpan semua ini di rumahnya? Karina benar-benar sulit memahami seperti apa Bryan sebenarnya.
"Semua yang ada di sini adalah milik Rose," ucap Bryan setelah sempat terdiam.
"Bukankah kau bilang dia telah mengkhianatimu? Lalu, kenapa kau masih menyimpan semua ini?" pertanyaan ini pun akhirnya keluar dari bibir Karina.
"Karena aku tetap mencintainya bahkan setelah semua yang terjadi."
"Omong kosong!" Kalimat ini seketika terucap di dalam hati Karina setelah mendengar ucapan Bryan.
Karina kini menatap segala hal yang ada di ruangan itu dengan seksama. Dari foto-toto yang ada di sini terlihat kalau Rose tampak bahagia. Rose memang salah karena mengkhianati Bryan, tapi Bryan tidak punya hak untuk membunuh Rose. Selain itu, Rose pasti memiliki alasan sampai berselingkuh. Apakah Bryan pernah bertanya tentang hal itu pada Rose?
Langkah Karina terhenti di depan foto Rose yang terlihat masih remaja tampak tersenyum begitu lebar sembari memegang kue ulang tahun. Rose memiliki masa remaja yang bahagia, pikir Karina, dan itu berarti Jay benar-benar menyanyanginya. Namun, mau sebaik apapun orang tua yang sekarang, Karina rasa setiap anak akan tetap merindukan atau penasaran bagaimana rasanya kasih sayang orang tua kandung, seperti dirinya.
Karina juga mencari tahu siapa orang tua kandungnya untuk mengetahui kenapa ia dan Rose ditinggalkan seperti ini dan bagaimana bisa ia berpisah dari Rose, tapi tidak ada jejak yang ditinggalkan oleh orang tua kandungnya. Karena tindakan bodoh orang tuanya, Karina harus hidup bersama orang asing. Namun, ia sangat menyanyangi sosok ibu yang telah membesarkannya, karena itulah kematiannya membawa trauma yang begitu besar padanya.
"Lalu, bagaimana Rose bisa meninggal? Apa yang terjadi padanya?"
Pertanyaan itu akhirnya keluar dari mulut Karina. Pertanyaan yang membuat Bryan tampak begitu gelisah. Bryan tidak nyaman dengan pertanyaan itu, tapi situasi ini tidak dapat dihindari lagi.
"Seseorang menembaknya." Inilah jawaban Bryan.
"Seseorang itu adalah dirimu. Berengsek!" Karina begitu ingin mengeluarkan kalimat itu tepat di depan wajah Bryan, tapi untuk sekarang, ia hanya bisa mengucapkan itu di dalam hatinya.
"Ditembak? Bagaimana bisa?"
"Lingkaran bisnis ini berbahaya, musuh akan selalu mencari kelemahanku setiap saat dan mereka menganggap Rose adalah kelemahanku, lalu semua itu terjadi padanya. Aku curiga musuhku ingin melakukan hal yang sama karena insiden penculikan itu. Beruntung kau bisa melarikan diri."
Bryan sedang berusaha membuat kisah yang begitu meyakinkan, tapi dia tidak tahu kalau Karina tidak bisa dibohongi. "Sekarang, aku bersamamu dan aku sangat mirip dengan Rose. Apa aku juga akan bernasib sama dengannya? Seperti katamu, kemarin, aku sudah diculik. Aku tidak tahu apa-apa dan harus terlibat dengan semua ini. Aku sangat takut." Dan kelas akting Karina dimulai lagi.
Bryan menatap Karina selama beberapa saat, lalu membawa wanita itu ke dalam pelukannya. "Tidak akan aku biarkan hal itu terjadi padamu. Tidak akan ada yang bisa melukaimu." Tentu saja Bryan tidak akan membiarkan satu-satunya cahaya dan warna hidupnya pergi darinya.
"Aku mencintaimu." Kalimat cinta pun kini berani Bryan sampaikan pada Karina.
Karina ingat Bryan sebelumnya hanya mengatakan suka padanya, bukan cinta. Sekarang, pria itu telah berani melangkah selangkah lebih jauh untuk masuk ke dalam perangkapnya. Wanita memanglah kelemahan Bryan, pikir Karina.
"Aku tidak bisa membalas pernyataan cintamu saat ini. Namun, di masa depan mungkin ya jika aku merasa cinta ini memang layak untuk aku pertahankan."
"Aku tahu. Aku akan menunggu." Bryan memberikan kecupan di kening Karina.
Bryan kini melepaskan pelukannya dan menatap lekat Karina. "Apa kau sungguh tidak tahu apa-apa tentang Rose?" Bryan kembali mempertanyakan hal ini pada Karina.
"Aku tidak tahu, tapi aku ingin tahu tentang dirinya."
"Kalau begitu, kita akan mencari tahu." Bryan tidak tahu apa yang akan ia temukan nantinya. Namun, ia selalu takut jika ternyata Karina datang dengan maksud tertentu dan ia sudah berjanji pada ayahnya akan menangani masalah itu. Jika itu benar-benar terjadi, apa yang harus dilakukan pada Karina?
***
"Kau diculik dan tidak memberikan kabar apa-apa padaku? Bagaimana bisa kau melakukan itu?" Jason terdengar seperti orang marah, sekaligus khawatir ketika bicara dengan Karina lewat telepon.
"Aku baik-baik saja, jadi jangan berlebihan."
"Siapa yang melakukannya? Apa kau mengenalinya?"
Karina sempat diam sejenak, lalu berkata, "Tidak. Aku tidak mengenalinya. Mungkin dia salah satu musuh Bryan, karena ternyata dulu Rose juga beberapa kali diserang. Orang-orang itu mungkin beranggapan kalau aku adalah kelemahan Bryan."
"Lalu, bagaimana dengan mereka?"
"Aku menyingkirkan mereka."
"Sendirian?" Jason terdengar seperti meragukan Karina.
"Kau meragukan kemampuanku? Kau ingin mencobanya?"
Jason yang saat ini berada di sebuah kamar hotel tampak tersenyum mendengar ucapan Karina. "Kau seperti ingin membunuhku atau memang seperti itu? Tapi jangan menjadi rendah seperti anjing yang menggigit tangan dari orang yang telah memberinya makan. Itu akan menjatuhkan harga dirimu."
Karina yang mendengar ucapan Jason seketika mengepalkan tangannya. Benar-benar pria berengsek yang ingin Karina musnahkan, tapi sialnya Jason adalah anak dari Dante, orang yang Jason katakan telah memberi makan pada anak anjing yang malang.
"Sudahlah. Kita tidak bisa bicara terlalu lama."
"Bagaimana dengan bayi itu? Kau bergerak sangat lambat, padahal dia itu hanya bayi."
Ekspresi Karina seketika berubah setelah Jason kembali menyinggung tentang Joy. "Berikan aku waktu. Bryan mengawasi Joy dengan sangat ketat dan berada di kediamannya, jadi tidak mudah untukku melakukannya."
Ucapan Karina masuk akal, jadi Jason percaya kali ini. "Baiklah. Aku akan menunggu kabar itu darimu, Sayang. Aku mencintaimu." Panggilan itu pun selesai sampai di sini.
Setelah selesai bicara dengan Karina, Jason terlihat didekati oleh seorang wanita yang baru keluar dari kamar mandi. Ya, Jason baru saja menemukan wanita yang cukup menarik perhatiannya, selain Karina.
Wanita itu membelai d**a Jason yang tidak tertutupi apa-apa. d**a bidang yang mulus dan tentu saja sangat menggoda. Jari-jari lentik wanita berambut panjang itu tampak seperti sedang menari di kulit Jason, kemudian perlahan turun hingga akhirnya sampai pada sesuatu yang begitu sensitif di bawah sana.
"Apa kau baru saja menelepon kekasihmu?" tanya wanita itu sembari memainkan milik Jason sampai terasa mengeras.
"Kekasih? Entahlah, aku tidak tahu bagaimana menganggapnya. Sudahlah, kenapa harus membahasnya? Lebih baik kau segera puaskan aku jika kau ingin segera mendapatkan uangmu." Jason tersenyum dan mendorong wanita itu ke ranjang, lalu ia mulai melepaskan ikat pinggangnya.
Setelah ikat pinggangnya terlepas, Jason kini membuka celananya, lalu mulai naik ke atas tubuh wanitanya. Jason melepas ikatan tali bathrobe dari wanita yang berada di bawah kekuasaannya. Begitu bathrobe terbuka, Jason langsung melihat semua bagian paling menarik dari wanita itu.
Kecupan dan jilatan dari lidah basah Jason mulai menjelajahi kulit mulus itu. Ciuman Jason berpindah ke bibir, sementara tangannya meraba milik wanita itu yang sudah terasa mulai basah. "Ahh ..." desahan kecil keluar dari bibir wanita itu ketika dua jari Jason masuk ke dalam sesuatu yang sudah basah itu dan bermain di sana.