Part 5 [Kesepakatan Dengan Sang Mafia]

1687 Kata
Setelah sempat panik karena mimpi buruk, Karina kini telah lebih tenang setelah Bryan menjelaskan ada di mana Elan sekarang. Bryan menegaskan akan menjamin keselamatan Karina dari Elan, tapi sekali lagi, Karina tidak mengerti kenapa Bryan sampai melakukan semua ini untuknya. Bryan tidak terlihat seperti orang baik, tapi pria itu seakan berubah menjadi malaikat ketika menyangkut keselamatannya. Tidak cukup hanya dengan menangani masalah Elan, Karina juga diminta tinggal di sini dengan alasan demi keselamatannya dan untuk memastikan Karina tidak lagi tidur bersama pria lain. Astaga, itu lagi. Karina nyaris muak mendengarnya. Bryan memang bukan pria baik, buktinya dia selalu mengambil setiap kesempatan dalam kesempitan. "Jika kau tidak mau tinggal di sini, maka aku akan melepaskan Elan. Kau tahu bukan apa akibatnya jika dia dilepaskan?" mulut manis Bryan baru saja mengeluarkan ancaman untuk Karina. "Sebenarnya, untuk apa kau bersikeras agar aku hanya bersamamu? Ada banyak wanita lain di luar sana. Aku mengenal yang lebih cantik dan lebih seksi dariku. Aku akan mengenalkanmu ...." "Aku menginginkanmu, bukan yang lain!" Bryan menyela kalimat Karina. Pria itu bicara dengan sangat tegas dan jangan lupakan tatapan tajamnya pada Karina. "Tapi aku tidak tertarik untuk berkomitmen untuk menjalin hubungan dengan seseorang." "Aku akan membuatmu tertarik dalam hubungan yang aku tawarkan. Kau tidak akan tahu, jika tidak mencobanya. Jika dalam waktu dua minggu kau tidak berubah pikiran, maka aku akan melepaskanmu tanpa syarat apa-apa. Jadi, mau mencobanya dulu?" Bryan menatap lekat Karina sembari membelai pipinya dengan lembut. Tidak hanya itu, Bryan juga memberikan kecupan di bibir Karina. Bryan tahu betul kalau wanita yang saat ini duduk di hadapannya bukanlah Rose, tapi hanya wanita yang mirip dengannya dan belum pasti seperti apa tepatnya hubungan mereka. Namun, tetap saja Bryan ingin mengikat Karina hanya untuk dirinya sendiri. Cukup Rose saja yang pergi dari hidupnya, bukan keduanya. Di sisi lain, Karina pun tahu kalau Bryan tidak akan melepaskannya dengan mudah. Entah apa alasan Bryan melakukan semua ini, sebab pria itu tidak pernah menjawab dengan serius setiap ditanya tentang hal itu. Tapi ini hanya dua minggu, bukan waktu yang lama dan ia juga bisa memanfaatkan Bryan, lalu pergi dari hidupnya. Karina pikir, itu tidaklah buruk. Ya, Karina yakin kalau ia tidak akan berubah pikiran. "Baiklah, aku setuju. Tapi, kau akan memberikan apapun yang aku mau, kan?" Bryan tersenyum tipis, lalu berkata, "Itu tergantung padamu." Bryan juga mendekatkan wajahnya dan kembali mencium bibir Karina. Karina tidak bodoh untuk mengartikan kalimat Bryan, apalagi ketika pria itu menciumnya dengan begitu dalam. Tangan Bryan juga mulai masuk ke dalam piyama yang tadi dia berikan agar bisa tidur dengan lebih nyaman. Tapi Karina rasa sudah cukup hari ini, jadi ia mendorong Bryan dan mengeluarkan tangan pria itu dari piyamanya. "Kita baru melakukannya beberapa saat yang lalu dan aku juga lelah, jadi bolehkah tidak malam ini?" ucap Karina dengan nada manjanya. Ini adalah kesempatan yang baik untuk memanfaatkan Bryan, jadi Karina akan totalitas saat melakukannya. Bryan tentu saja kesal karena belum ada wanita yang berani menolak sentuhannya seperti yang dilakukan oleh Karina. Sebelumnya, Karina juga menolak, tapi Bryan berhasil melakukan apa yang ia inginkan dengan cara memaksa. Tapi, apa sekarang harus memaksa juga? Melihat reaksi Bryan yang terlihat seperti orang marah membuat Karina melancarkan aksinya untuk meluluhkan hati pria itu. Karina tidak mau jika Bryan berubah pikiran, lalu mempersulitnya. Karina mengalungkan tangannya di leher Bryan dan mendekatkan wajahnya ke wajah pria tampan yang di hadapannya. Karina tidak akan menyangkal ketampanan Bryan, kalau saja tatapannya bisa lebih bersahabat, maka dia akan terlihat sangat sempurna. "Apa kau marah padaku? Hanya menunda sebentar tidak masalah, kan? Aku mengalami hari yang buruk dan itu membuatku lelah. Aku juga tidak akan pergi ke mana-mana, jadi jangan marah padaku, ya?" Karina bicara dengan begitu manis pada Bryan. Sikap manis yang Karina tunjukkan saat ini membuat Bryan semakin melihat sosok Rose dalam diri Karina. Rose selalu bertingkah seperti ini ketika membujuknya untuk melakukan sesuatu, mirip sekali sampai membuat Bryan sulit membedakan antara Karina dan Rose. "Baiklah." Bryan menurunkan tangan Karina dari lehernya, lalu ia berdiri. "Kau istirahatlah dan aku akan membereskan Elan si berengsek itu," ucap Bryan lagi. "Apa yang akan kau lakukan padanya? Apa kau akan membunuhnya?" "Memangnya kenapa? Apa dia tidak pantas untuk itu?" Bryan balik bertanya pada Karina. Karina tidak menjawab karena ia tidak hidup di dunia di mana begitu mudah baginya untuk menjawab pertanyaan apakah menginginkan seseorang untuk tetap hidup atau mati dan Bryan pun memahami hal itu. "Anggap saja kau tidak tahu apapun tentang apa yang terjadi pada Elan, karena dia juga tidak akan pernah lagi muncul di hadapanmu. Itu akan lebih mudah untukmu." Bryan pergi setelah mengatakan itu pada Karina. *** Ini bukanlah pertama kalinya Karina datang ke rumah Bryan dan bermalam di sana. Tapi ini adalah hari pertama Karina mulai tinggal di rumah ini untuk waktu yang cukup lama, jadi jelas ada perbedaan besar di antara kedua hal itu. Begitu Karina bangun di pagi hari, sarapan telah disiapkan khusus untuk dirinya. Tidak hanya itu, Karina juga tidak perlu memusingkan akan memakai pakaian seperti apa hari ini, sebab Bryan telah menyiapkan beberapa pakaian dari brand fashion terkenal dunia, mulai dari Celine, Chanel, hingga Dior, lengkap dengan segala aksesorisnya. Karina masih belum tahu pasti bisnis apa saja yang Bryan miliki, tapi jika melihat betapa mewah rumahnya hingga cara pria itu memperlakukannya, Karina semakin yakin kalau Bryan bukanlah orang sembarangan. "Yang aku berikan hari ini belum seberapa, jadi katakan apa lagi yang kau inginkan dariku?" ucap Bryan yang saat ini ada di meja makan bersama Karina. Bryan tidak main-main tentang pernyataan memberikan dirinya untuk dimanfaatkan secara sukarela, pikir Karina. Baiklah, Karina akan mendapatkan sebanyak mungkin selama dirinya masih ada di sini. "Kalau begitu, bagaimana jika kita pergi berlibur ke luar negeri?" "Aku akan mengatur jadwalku dulu agar kita bisa pergi." "Tapi kita berhubungan hanya untuk dua minggu, kan? Jadi, kita akan kehabisan waktu jika kau hanya sibuk dengan jadwalmu." Bryan diam-diam tersenyum mendengar ucapan Karina yang begitu polosnya percaya, lalu menyetujui perjanjian dua minggu itu. Bryan bukanlah tipe orang yang akan melepaskan sesuatu yang ia inginkan dengan mudahnya. Memangnya untuk apa ia melakukan semua ini untuk Karina jika pada akhirnya itu hanya bertahan dua minggu? "Kau tenang saja, aku tidak akan lama dengan jadwalku," ucap Bryan, lalu menyeruput kopinya. Di tengah-tengah sarapan itu, Jeff datang untuk memberikan sesuatu pada Bryan. Sebuah kotak perhiasan berwarna maroon baru saja sampai di tangan Bryan. Jeff pun langsung mundur setelah memberikan sesuatu yang sebelumnya Bryan minta dipersiapkan untuk Karina. Ketika kotak perhiasan itu dibuka terlihat sebuah gelang berwarna white gold dan sesuatu yang terlihat seperti obeng kecil khusus yang merupakan bagian dari gelang itu. "Berikan tanganmu," ucap Bryan pada Karina. Karina dengan senang hati memberikan tangannya pada Bryan, lalu gelang itu dipasangkan di pergelangan tangannya, dan dikunci dengan alat khusus bawaan perhiasan itu. Karina pernah melihat gelang seperti ini sebelumnya, yaitu gelang yang diberikan untuk pasangan, lalu dikunci dengan alat khusus untuk mengikat pasangan dan gelang itu hanya bisa dilepaskan dengan alat khusus itu. Jeff, Dion, dan Zane yang berdiri beberapa langkah di belakang tempat duduk Bryan melihat betapa polosnya Karina dalam menerima gelang itu untuk dikunci di tangannya. Mereka sama-sama tahu kalau itu bukanlah gelang sembarangan. Memberikan gelang adalah salah satu cara Bryan untuk semakin mengikat Karina agar selalu bersamanya. Bryan sangat posesif dengan apa yang mrmjadi miliknya. "Bagaimana? Apa kau menyukainya?" tanya Bryan. Alat khusus itu ia masukan kembali ke dalam kotak dan diberikan pada Jeff untuk disimpan dengan baik. "Ya, aku menyukainya," jawab Karina. Bryan sangat loyal pada pasangannya, pikir Karina. "Tapi, apa aku tidak bisa menyimpan alat itu?" Karina melirik kotak yang ada di tangan Jeff. "Untuk apa? Apa kau berencana untuk melepas hadiah dariku? Biar aku beritahu, aku benci sikapmu yang seperti itu," balas Bryan. "Jadi, aku harus selalu memakainya? Baiklah, hanya dua minggu, jadi tidak masalah." Karina melanjutkan menikmati sarapannya setelah menyahuti ucapan Bryan. "Ya, pikirkan saja tentang dua minggumu. Sekarang, aku harus pergi menemui Ayahku, lalu bekerja. Kau tetap saja di rumah dan tunggu aku kembali. Kita akan melakukan sesuatu setelah aku kembali." "Apa? Memang aku istrimu yang harus menunggumu kembali? Aku punya kehidupanku sendiri." "Aku bisa menikahimu sekarang, jika itu bisa membuatmu menurut padaku, tapi aku tidak akan memaksamu, jadi tetaplah diam. Tentang kehidupan yang kau maksud inilah kehidupanmu sekarang, maka nikmatilah." Bryan pergi bersama Jeff, Dion, dan Zane setelah bicara pada Karina "Tidak masalah. Ini tidak buruk, kan?" Karina bergumam sembari sibuk menikmati sarapannya. *** Setelah beberapa saat dalam perjalanan ke kediaman ayahnya, Bryan menyalakan ponselnya dan membuka sebuah aplikasi yang membuatnya mengetahui lokasi keberadaan Karina secara pasti dan tepat lewat gelang yang tadi ia berikan. Karina masih ada di rumah, gadis yang penurut, pikir Bryan. Ketika sampai di depan kediaman ayahnya, Bryan mengecek ponsel lagi dan melihat kalau Karina mulai keluar dari tempat yang seharusnya. Bryan agak menyesal telah menganggap Karina sebagai gadis penurut. Di saat bersamaan, Bryan mendapat telepon dari seseorang yang ia tugaskan untuk mengawasi Karina. "Halo, Tuan, Nona Karina tidak mengatakan akan pergi ke mana dan tidak ingin diantar." "Aku mengerti. Kau ikuti saja dia dan laporkan padaku apa saja yang dia lakukan. Aku akan mengurus sisanya," ucap Bryan sembari turun dari mobilnya dan pembicaraan terhenti sampai di situ. "Kau sepertinya sangat ingin aku hukum, Karina." Bryan terdengar bergumam sembari masuk ke kediaman ayahnya. *** Karina mendatangi sebuah apartemen, di mana seorang pria sudah menunggu kedatangannya. Wajah Karina terlihat menahan kemarahan yang begitu besar hingga siapa pun bisa melihat kalau ia datang ke tempat ini karena terpaksa. "Ayo masuk." Pria bernama Eddie itu meraih tangan Karina dan mengajaknya untuk masuk ke dalam apartemen, tapi ditolak oleh Karina. "Bagaimana kau bisa memiliki video itu? Hapus sekarang juga!" Karina menekankan kalimatnya. Eddie tersenyum mendengar ucapan Karina. "Mari kita bicara dulu. Bukankah itu lebih baik?" Eddie kembali meraih tangan Karina dan kali ini tidak akan ada yang namanya penolakan. Di tempat lain, Bryan baru saja menerima laporan kalau Karina menemui seorang pria di sebuah apartemen. Awalnya, Bryan marah karena mengira kalau Karina masih bersama pria lain seperti sebelumnya, tapi ekspresi Bryan seketika berubah setelah mendengar satu kalimat lagi. "Nona Karina dipaksa masuk oleh pria itu dan mereka membahas tentang video. Saya rasa, itu pertanda tidak baik. Apa saya harus ikut masuk sekarang?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN