Tak Bisa Berdamai Dengan Masa Lalu

1230 Kata
Flashback masa kecil Ye Jun dan Ae Ri.... “Ye Jun, apa yang membuatmu sesibuk itu sampai mengabaikan panggilan Omma?” Suara lembut itu akhirnya bisa mengalihkan fokus Ye Jun kecil dari sketsa yang sedang ia gambar. Senyum manisnya mengembang penuh saat mendapati sorotan mata teduh wanita cantik yang tak lain adalah ibunya. Tatapan mereka beradu, hangat, memancarkan perasaan tulus dan besarnya cinta di antara mereka. Ye Jun mengambil sketsa itu lalu menunjukkannya kepada ibunya. “Aku harus segera menyelesaikannya sebelum Appa pulang.” Ujar Ye Jun dengan bangga hati merasa sketsa itu sangat berharga dan ia mendapatkan pujian dari kedua orangtuanya. “Ooww... Ini sungguh bagus. Apa ini gambar Appa, Omma, dan yang ini Ye Jun?” Tanya Ibu Ye Jun yang terpukau dengan gambar itu, bukan karena bagusnya coretan tangan itu namun saking terharu melihat rasa cinta yang besar dan polos dari seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun. Ye Jun mengangguk penuh semangat, senyum lebarnya tidak bisa menutupi betapa girangnya perasaan saat ini. Menunggu ayahnya pulang kerja setiap malam rasanya tidak pernah sebahagia sekarang. “Appa kapan pulang, Omma?” Tanya Ye Jun antusias, membuat ibunya tertawa kecil melihat ketidak sabarannya. Belum juga ia mendapatkan jawaban, seorang pelayan tua mengetuk pintu kamar dan menyampaikan bahwa orang yang Ye Jun nantikan sudah pulang. Tanpa menunggu lama lagi, Ye Jun bergegas mengambil sketsa yang masih di tangan ibunya lalu berlari tanpa mendengarkan permintaan ibunya yang meminta mereka berjalan bersama. “Appa... Appa....” Teriak Ye Jun girang sembari berlari cepat. “Ye Jun, hati-hati menuruni tangga, jangan berlari!” Seru ibu Ye Jun seraya menggelengkan kepala melihat semangat putranya. Senyuman yang sejak tadi menarik lebar lekuk bibir Ye Jun seketika berubah, bibir itu tak lagi kuat mengulas senyuman setelah sepasang mata kecil Ye Jun menatap ayah yang dinantikannya pulang bersama seorang gadis kecil yang tak ia kenali. Gadis berwajah polos dan berekspresi takut itu menundukkan pandangan ketika Ye Jun menyorotinya. Ye Jun tanpa sadar mengepalkan tangan hingga kertas yang ia pegang ikut terkena imbasnya. Sepasang matanya terasa panas melihat keakraban ayahnya yang menggandeng erat tangan gadis kecil itu. Ekspresi yang kurang lebih sama terlihat pada ibu Ye Jun, mulut wanita cantik itu ternganga saat melihat suaminya pulang bersama seorang anak kecil tanpa mengkonfirmasikan kepadanya. Suasana menjadi canggung, Ye Jun berdiri di pihak ibunya, menatap penuh tanda tanya dan hati tak menentu pada dua orang di hadapan mereka. Dalam detik itu pula, ia melupakan keinginan terbesarnya untuk memamerkan sketsa keluarga bahagia mereka. Hanya ada tiga orang dalam sketsa itu, namun kini ayahnya menambahkan satu daftar anggota baru ke dalam keluarga mereka. “Yeobo (istriku), mulai hari ini anak ini akan tinggal di sini. Dia ku beri nama Lee Ae Ri.” Seru ayah Ye Jun agak canggung kepada istrinya. Tak peduli dengan sorot mata penuh tanda tanya dari istri dan putranya tentang status anak perempuan yang diberi nama marga keluarganya itu. “Appa, siapa dia?” Tunjuk Ye Jun tak senang hati, tatapannya tajam mendelik pada gadis kecil yang menundukkan kepala, bersembunyi dari sorot mata tajam layaknya seorang pengecut. “Dia adik sepupumu, mulai sekarang kalian hiduplah dengan akur.” Jawab ayah Ye Jun dengan suara beratnya, bukan memberi pengertian kepada istri dan putranya namun secara tegas memaksakan mereka untuk menerima kehadiran orang yang tak pernah mereka harapkan ada di tengah keluarga mereka. Flashback off.... Dan di sinilah mereka, dua anak kecil yang saling tak mengenal itu tumbuh bersama dan hidup cukup lama dengan berpayungkan satu atap. Mereka telah melewati skenario kehidupan yang akhirnya menjebak mereka dalam kebersamaan, walau tanpa perasaan yang sama, tetapi keadaan yang menjebak itu yang membuat Ye Jun tak bisa mengabaikan keberadaan Ae Ri sesederhana itu. Gadis kecil yang dulu datang dengan kepala menunduk itu, kini telah menjadi wanita dewasa yang berani mendongakkan kepala dan menatapnya dengan sepasang mata berkaca-kaca. Ye Jun mengepalkan kedua tangannya, rahangnya mengeras, ia benci dengan suasana dramatisir ini. Sayangnya belum ada sepatah kata yang sanggup terlontar untuk mengakhiri ekspresi Ae Ri yang berpotensi melemahkan hatinya. “Oppa, aku tidak bisa menerima hukuman ini. Ku mohon jangan abaikan aku....” Lirih Ae Ri, satu tetes bening dari kelopak matanya mulai luruh sekalipun ia tidak mengedipkan matanya. Kepedihan itu sungguh muncul dari hatinya, ia tak sanggup dianggap tidak ada meskipun kehadirannya nyata di depan mata Ye Jun. Ye Jun merasakan kepedihan yang sulit ia ungkapkan saat melihat telaga teduh itu begitu basah. Kepalan tangannya yang kencang itu mulai menyakiti dirinya. Ia tak mau menyiksa dirinya lagi, Ye Jun membalikkan badan, enggan melihat derai air mata dari sosok yang sanggup melemahkan pertahanan hatinya. “Pergi... Pergi dari hadapanku.” Lirih Ye Jun. Ae Ri tertohok, dahinya mengerut mendengar perintah itu. Air mata yang sudah mengurangi nilai kecantikannya itu ternyata tidak mempan melunakkan hati Ye Jun. Harus Ae Ri akui bahwa pengaruh seorang wanita yang baru Ye Jun kenal belum lama ini ternyata memang sangat mengerikan. ‘Ilona... Aku menyalahkanmu atas apa yang terjadi padaku sekarang. Aku... Lee Ae Ri, tidak akan melepaskanmu!’ Geram Ae Ri penuh kemarahan dalam hati. “Pergi kataku! Jangan muncul sebelum aku mengijinkanmu!” Tegas Ye Jun dengan nada meninggi sehingga Ae Ri tersentak kaget. Ae Ri gentar, umpatan dalam hatinya pun terhenti, kenyataan yang lebih mengerikan dan tak terelakkan di hadapannya harus ia atasi terlebih dulu. Bibirnya tersenyum sinis, terpaksa menerima penolakan yang menurutnya terasa seperti penghinaan besar. Sorot mata teduh itu berganti tatapan tajam, Ae Ri memilih berjalan pergi tanpa sepatah kata. Keheningan di sekitar membuat suara heelsnya terdengar jelas, ia pergi layaknya pejuang cinta yang kalah bersaing. ‘Inikah rasanya dicampakkan?’ Geram Ae Ri menelan kecewa seiring langkahnya yang kian menjauh dari hadapan Ye Jun. Selepas kepergian Ae Ri hingga tak tampak dari pandangannya, Ye Jun masih berdiri terpaku di tempat yang sama. Baru kali ini sepanjang puluhan tahun mengenal Ae Ri, ia berani bersikap tegas bahkan berlebihan kepadanya. Ye Jun menghela nafas panjang, satu tangannya memegangi bagian dadanya yang sudah rapi berbalutkan setelan jas formal. Ada perih di dalam sana yang tak bisa ia singkirkan. ‘Aku belum bisa berdamai dengan masa lalu, maafkan aku.’ Lirih Ye Jun kemudian mengakhiri lamunannya dan berjalan menuju ruang makan. “Kenapa kamu datang lagi kemari?” Seru Andrew yang menatap resah ke arah putrinya, kehadiran anak semata wayangnya sangat tak ia harapkan di sini. Sebenarnya jika ia menuruti kata hatinya, ingin rasanya ia menghambur memeluk Ilona, tetapi rasa gengsinya terlalu tinggi dan sikap jual mahal itu perlu ia lakukan demi kebaikan Ilona. Senyum Ilona memudar, baru saja melihat ayahnya namun justru kata-kata yang tidak enak didengar sebagai sambutan. Kini tinggal mereka berdua dalam satu ruangan, tetapi Andrew tampak bersikap jual mahal. “Ayah nggak senang ketemu aku?” Ketus Ilona balik bertanya, air mukanya pun tampak jutek, siap melayangkan protes jika Andrew sampai tega mengusirnya. Andrew yang dibalas dengan sikap dingin Ilona pun mulai goyah, hatinya cukup lemah jika menyangkut tentang putrinya. Tetapi demi kebaikan Ilona, ia terpaksa harus mengeraskan hati. “Ini bukan tempat yang baik untuk seorang gadis. Ayah minta mulai sekarang kamu jangan menginjakkan kaki kemari lagi. Ayah tidak perlu dibesuk, biarkan proses hukum berjalan dan kamu lanjutkan saja hidupmu. Anggap saja ayah sudah mati!” Seru Andrew dengan sangat meyakinkan, meskipun hatinya hancur lantaran memendam keinginan yang berkebalikan dengan apa yang ia lontarkan, tetapi ia tetap meneguhkan hati. ‘Dengarkan aku! Menurutlah, semua ini demi kebaikanmu... Ilona.’ Suara hati Andrew bergema dalam kegundahan yang ia pendam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN