MENARUH HATI

1228 Kata
Malam ini Perrie tersenyum kala melihat Tony yang tengah berdiri di lobby apartement tempat ia tinggal, Perrie melangkahkan kakinya dengan pelan ke arah Tony dan hal itu terlihat sangat anggun di hadapan Tony yang tengah tersenyum menatap Perrie. Bagaimana pria itu tidak tersenyum? Ia melihat Perrie semakin cantik tanpa kaca mata yang biasanya digunakan oleh Perrie saat gadis itu tengah bekerja, meskipun rambut Perrie masih disanggul seperti biasa namun hal itu tidak merubah kecantikan Perrie di mata Tony. “Selamat malam, Tuan Wilson,” sapa Perrie seraya tersenyum mencoba untuk menjahili pria itu namun Tony tidak merespon, pria itu hanya tersenyum dan Perrie berpikir bahwa senyuman Tony adalah balasan dari sapaan nya, namun hingga satu menit kemudian pria itu masih saja tersenyum seraya menatapnya yang membuat Perrie mengernyitkan kening. "Tony?” panggil Perrie namun Tony masih tersenyum hingga akhirnya ia menyentuh lengan Tony dengan ragu, Tony terkejut kala lengannya terasa hangat, ia mengerjapkan mata lalu menatap Perrie yang ada di hadapan nya. "Ah, ya? Ada apa Perrie?” Perrie mengernyitkan keningnya ketika mendengar pertanyaan dari Tony. "Sedari tadi aku memanggil mu,” jawab Perrie yang membuat Tony memejamkan matanya. Shit! Maki Tony dalam hati lalu ia membuka matanya. “Apakah aku melamun sejak tadi?” tanya Tony yang diangguki oleh Perrie. “Maaf, aku terlalu terpukau dengan kecantikan mu malam ini,” ujar Tony seraya tersenyum menawan yang berhasil membuat Perrie memancarkan rona merah di wajahnya. "Terima kasih atas pujian nya, Tuan,” ucap Perrie kala mengira bahwa pria di hadapan nya hanyalah membual sedangkan Tony terkekeh. Jika perkataan jujur yang diucapkan Tony tidak dapat membuat Perrie terkejut maka hal selanjutnya yang dilakukan oleh pria itu berhasil membuat Perrie terkejut kala Tony mengulurkan tangannya. “Come on,” ajak Tony namun Perrie menggelengkan kepala hingga akhirnya menerima uluran tangan pria itu. Jantung mereka berdetak begitu cepat kala keduanya berjalan ke luar dari lobby apartemen dengan lengan Perrie yang melingkar sempurna di lengan Tony. Tanpa mereka sadari terdapat sepasang mata yang menatap tajam ke arah mereka dari kejauhan. Di dalam perjalanan mereka berbincang seputar pekerjaan hingga sampailah mereka pada sebuah gedung hotel bintang lima di kawasan kota Manhattan. Mereka segera turun dari mobil milik Tony dan tanpa diduga-duga pria itu menarik pinggang Perrie yang sontak saja membuat nafas Perrie tercekat saat berada lumayan dekat dengan pria tampan seperti Tony Wilson, bahkan aroma mint yang menguar dari bibir pria itu dapat Perrie hirup saat ini ketika mereka bertatapan begitu dekat. Perrie memandang ke arah Tony di saat pria itu pun tengah menatapnya saat ini. "Untuk malam ini saja,” ucap Tony, ia segera mengajak Perrie untuk memasuki ballroom hotel tersebut, menghampiri kawan lamanya Willy beserta sang istri. “Hi, Willy. Long time no see,” ucap Tony yang sudah berdiri di hadapan Willy sedangkan pria itu tersenyum melihat kehadiran Tony saat ini. “Hi, Tony,” ucap Willy dengan wajah bahagia, Tony melepaskan rengkuhannya pada pinggang Perrie dan bergantian memeluk Willy layaknya seorang pria pada umumnya. “Selamat atas pernikahan kalian," ucap Tony kembali kepada Willy dan juga istri dari pria itu yang bernama Nikki Rodriguez yang kini sudah berganti menjadi Nikki Thomson. Willy dan Nikki yang mendapatkan ucapan selamat dari Tony membalasnya dengan senyuman hingga pandangan Willy jatuh pada Perrie yang tengah tersenyum saat ini. “Oh, who is she?” tanya Willy kepada Tony yang membuat Tony tersenyum seraya menatap Perrie. “My future wife,” jawab Tony seraya menatap ke arah Perrie yang sontak saja membuat wanita itu terkejut bukan main sedangkan Willy kembali tersenyum dengan wajah berbinar. “Really?” tanya Willy begitu antusias sedangkan Nikki lagi-lagi hanya tersenyum ke arah dua orang yang ada di hadapannya saat ini. “Do’akan saja," ucap Tony. Setelah mereka berbincang-bincang sebentar, Tony dan Perrie segera berlalu dari hadapan kedua mempelai tersebut. Perrie mencubit kecil lengan Tony ketika pria itu tengah menatap hamparan cake yang ada di hadapannya. "Akh!" Pekik Tony lalu menatap ke arah Perrie. “Tony, apa maksud mu tadi?” tanya Perrie. “Yang mana?” tanya Tony seolah tidak mengerti dengan maksud Perrie meskipun sejujurnya ia mengerti betul maksud dari gadis itu, hanya saja ia ingin menjahili Perrie. “Um ... um ... tentang-" Perkataan terbata dari Perrie terhenti kala mendengar alunan piano. Seorang pianis tegah memainkan lagu yang berjudul A Thousand Years milik Christina Perri sebagai backsound dari acara dansa saat ini. “Ayo berdansa," ajak Tony seraya tersenyum manis yang membuat Perrie seakan lupa di mana ia berpijak saat ini. Sorot teduh mata Tony membuat Perrie seolah terhipnotis hingga ia menganggukkan kepala. Ia seakan lupa dengan pertanyaan nya yang belum mendapatkan jawaban beberapa detik yang lalu sedangkan Tony tersenyum begitu senang kala melihat jawaban dari Perrie, ia segera membawa gadis itu untuk turun menuju lantai dansa di mana sudah terdapat banyak tamu undangan yang berdansa di sana. Tony segera merengkuh pinggang Perrie menggunakan jemari tangan kanan nya sedangkan jemari tangan kirinya bertautan dengan jemari milik Perrie. Pandangan keduanya bertemu hingga terfokus satu sama lain, mata Perrie yang berwarna biru muda membuat Tony seolah tenggelam dalam netra indah tersebut, ia sadar jika sedari awal mereka bertemu ia sudah tertarik dengan wanita yang ada di dalam rengkuhannya saat ini. Kemarin ia sempat kecewa dengan sifat mantan kekasihnya, namun meskipun baru sehari memutuskan hubungan dengan Kylie bukan berarti hal itu menjadikannya patah hati, baginya masih banyak wanita lain yang dapat menggantikan Kylie dan sosokitu adalah Perrie, gadis yang saat ini tengah menatap ke arah nya. Terdengar sedikit picik namun ia tidak bisa membohongi hatinya sendiri ketika awal bertemu dengan Perrie, ia sudah menaruh hati pada wanita bermarga Abraham tersebut. “You look so beautiful tonight, Perrie,” ujar Tony mampu membuat pipi Perrie merona. Wanita itu menundukkan wajahnya dan hal itu membuat Tony berdecak tidak suka karna ia tidak dapat melihat wajah Perrie yang tengah merona. "Jangan menundukkan wajahmu, aku tidak suka," bisik Tony yang membuat Perrie segera mendongakkan wajahnya, jangan tanyakan bagaimana kondisi jantung Perrie saat ini, ia merasa jantungnya berdebar begitu kuat hingga ia dapat merasakannya sendiri di permukaan kulit dadanya. Menit demi menit telah berlalu dan kali ini mereka sudah pergi meninggalkan pesta pernikahan tersebut setelah berpamitan kepada pemilik acara dan saat ini mereka tengah berada di dalam mobil milik Tony, menuju ke sebuah tempat yang dirahasiakan oleh pria itu. "Kau akan membawa ku ke mana?" tanya Perrie yang duduk di samping kanan Tony sedangkan pria itu tengah menyetir. Tony tersenyum simpul mendengar pertanyaan dari Perrie tanpa mengalihkan fokusnya pada kemudi. "Kau masih lapar?" tanya Tony yang membuat kening Perrie mengkerut. "Kau ingin mengajak ku makan malam?" tanya Perrie sedangkan Tony kembali tersenyum. "Just answer me," kata Tony. Perrie menatap pria yang duduk di samping nya untuk sesaat sebelum menjawab, "Tidak," jawab Perrie. "Kalau begitu dugaan mu salah saat mengira jika aku ingin mengajak mu makan malam," ujar Tony yang membuat Perrie menghadapkan tubuhnya ke arah pria itu dengan wajah yang serius. "Kau ingin menculik ku?" Pertanyaan dari Perrie sontak saja membuat Tony tertawa terbahak-bahak sedangkan Perrie memicingkan matanya menatap pria itu. "Apa yang akan ku dapatkan jika aku menculik mu?" tanya Tony sedangkan Perrie mendengus kesal seraya melipat kedua tangannya di depan d**a. Dia belum tahu saja jika aku pewaris tunggal B'L Corporation. batin Perrie dalam hati, perusahaan yang akan ia warisi memanglah lebih besar dibandingkan dengan perusahaan milik Tony yang hanya memiliki belasan cabang di kota Manhattan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN