19. Gagal bulan madu.

1505 Kata
"Hubby." Vector menoleh lalu ia tersenyum gemas melihat Catalina yang sedang menggaruk perut besarnya hingga menyingkap kaosnya. Matanya masih berusaha terbuka karena silau. "Bangun pemalas." gurau Vector sembari mengelus perut besar sang istri. Diangkatnya baju Catalina hingga bawah d**a lalu ia menciumi perut besar Catalina berkali-kali. Catalina semakin larut dalam tidurnya karena kecupan ringan di perutnya. "Baby bangunlah. Kita belum bersiap-siap." Vector menjilat perut Catalina dengan santai. Catalina sedikit gelisah karena jilatan Vector semakin ke atas dan benar saja. Sekarang suaminya itu sedang menghisap bobanya dengan sensual. Tangan Catalina telulur mengelus kepala sang suami. Dilihatnya Vector menghisap bobanya dengan begitu santai. "Baby." panggil Vector dengan mulut yang masih tersumpal boba Catalina. "Eum?" sahut Catalina. Vector melepaskan kulumannya lalu mengecup kedua boba sang istri sekilas. "Cepat mandi sebelum milikku tegang dan acara bulan madu kita tertunda." peringat Vector sembari mengarahkan tangan Catalina ke atas ke miliknya. Catalina mendengus geli, ia mengulurkan tangannya meminta bantuan untuk bangun. Vector menyanggupinya dan membiarkan sang istri masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan ia menuju ruang gym di lantai 3 sembari menunggu sang istri. . Mata Catalina menatap awan-awan dari jendela pesawat. Dadanya berdetak dengan cepat kala mengingat ia sekarang sudah menjadi milik orang dan ia akan bulan madu. Bahkan yang paling tidak dipercaya Catalina adalah dia sekarang membawa buntalan perut di badannya. Bibirnya tersenyum lembut sembari mengelus perut besarnya. Hilang sudah citra Catalina sebagai pembunuh bayaran. Otot-otot yang semula ia dapatkan dengan kerja keras sudah hilang begitu saja digantikan oleh lemak-lemaknya. "Di mana ponselku Sayang?" tanya Vector yang baru saja masuk ke dalam ruang privasi mereka. Catalina membongkar tasnya lalu menyerahkan ponsel sang suami. Vector berbaring dan berbantal paha sintal Catalina sembari fokus ke ponselnya. Vector menggapai telapak tangan Catalina dan mengecupinya tak jarang juga menjilatinya atau menggigitnya dengan gemas. "Hubby aku ingin uang," pinta Catalina tanpa tahu malu mengambil dompet di coat Vector yang ada di sampingnya. Catalina tidak menanggapi dan membiarkan sang istri melakukan sesuka hatinya dengan dompetnya. Mata Catalina berbinar melihat banyaknya black card, ia mengambil 3 dan dimasukkan ke dompetnya sendiri. "Bagaimana menurutmu?" Vector menyerahkan ponselnya. Catalina melihatnya seksama tak lama pipinya memerah. Vector tergelak dibuatnya, ia menarik kepala Catalina memberi ciuman gemas di pipi gembulnya. "U-untuk apa kau melihat barang-barang seperti ini Hubby?" tanya Catalina malu. "Hanya ingin bermain hal yang baru dengannu Baby." kekeh Vector. Tentu saja Catalina malu karena yang dilihat Vector adalah bermacam-macam mainan dewasa. "Boleh juga." Catalina mengalihkan pandangannya lalu memukul d**a Vector pelan malu. Vector tertawa renyah lalu ia kembali sibuk dengan ponselnya sembari mengecupi tangan Catalina. Lama kelamaan mata Catalina terasa berat dan akhirnya tertidur disusul oleh Vector. Terlihat begitu manis mereka berdua tertidur dengan posisi seperti itu. . "Sudah kubilang! Darah ini cocok dengan darah korban." ujar seorang detektif dengan semangat. Nama detektif itu adalah-Shadow. Detektif baru yang ditugaskan dalam kasus pembunuhan detektif yang malam itu dibunuh dengan kejam oleh istri dari Vector Jade. Dan tanpa diduga tetesan darah Catalina tertinggal di pagar tangga darurat. "T-tapi bagaimana bisa? Bukankah Korba sudah meninggal? Lalu-" "Semua bisa dilakukan oleh orang b******k seperti mereka. Ayo kita cari tahu lebih mengenai korban." ajak Shadow kepada rekan kerjanya. DRTTT ... DRTTT ... Catalina terbangun dari tidurnya karena--- "Halo?" Catalina menegakkan dudukknya hingga tak sengaja perut besarnya mengenai kepala sang suami, Vector ikut bangun dan mengernyit saat melihat wajah Catalina yang terlihat gelisah. "Aku sedang ada urusan, Nanti jika sudah selesai aku akan mengunjungi kalian. Bibi mengenalku lebih baik dari siapapun kan? Aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu." ujar Catalina. Matanya melirik sang suami yang terlihat khawatir Ia pun mengelus rahangnya dan tersenyum lembut. "Jika mereka datang lagi cukup diam Bi. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada kalian. mereka berurusan dengan mafia-" Catalina melirik kecil sang suami yang mengangkat alisnya. "Jadi kumohon jangan lakukan apapun. Aku yang akan menyelesaikannya." lanjut Catalina. Pip!! Catalina menghela napas panjang lalu memilih memeluk tubuh sang suami. Vector penasaran setengah mati namun ia tetap memberi pelukan kepada sang istri. Mengelus kepalanya sayang sembari menepuk punggungnya. "Ada masalah?" tanya Vector hati-hati. Catalina mengeratkan pelukannya dan tak lama tubuhnya bergetar kecil. Vector semakin khawatir. "Hiks. hiks." isakan Catalina mulai terdengar. "Sayang.." panggil Vector dengan lembut. Tangisan Catalina semakin keras, Catalina mencengkeram kemeja belakang Vector dengan erat. "Hiks. hiks. b-bagaimana ini?" Catalina benar-benar frustasi. Vector tidak tahan, dia menarik wajah si kesayangan dan seketika hatinya berdenyut sakit melihat wajah takut dan tatapan menyakitkan itu. "Kenapa?" bisik Vector. "M-mereka hiks-mengetahui identitasku b******k!!!" teriak Catalina dengan emosi yang membuncah. Vector terkejut mendengarnya. Ia menangkup kedua pipi Catalina dan menyuruhnya untuk menatap matanya. "Serahkan padaku. Aku akan memusnahkan mereka semua dan tidak akan membiarkan menyentuhmu sedikit pun. Tenang oke?" bujuk Vector serius. Catalina menggeleng pelan, air matanya semakin mengalir dengan deras. "Bukan itu bukan hiks-itu yang kutakutkan H-hubby," ujar Catalina. "Keluargaku, keluargaku hiks-tidak boleh m-mengetahui jati diriku. Hiks.. jangan-aku tidak ingin MEREKA MEMBENCIKU! MEREKA AKAN SANGAT KECEWA JIKA TAHU SIAPA DIRIKU SEBENARNYA!" Jerit Catalina histeris. Catalina menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya lalu terisak dengan keras. Vector memeluk tubuh bergetar Catalina dengan erat. Ia tidak tahu 'keluarga' yang dimaksud oleh Catalina, Karena setahu Vector keluarga istrinya hanya saudaranya saja, dan saudaranya juga sudah mengetahui jati diri Catalina bahkan ia yang telah mengenalkan dunia kotor ini kepada istrinya. Lalu siapa?! "Sshh. semua akan baik-baik saja," bisik Vector. Ia mencium puncak kepala Catalina berkali-kali berharap tangisan pilu sang istri mereda. Cukup lama Catalina menangis dipelukan Vector hingga ia mulai tenang karena bisikan penenang dari sang suami. Vector menghapus air mata Catalina dengan penuh kasih sayang. Lalu dikecupnya beberapa kali bibir basah sang istri, naik ke kedua pipinya, lalu hidungnya, kedua matanya dan terakhir dahinya. "Ingin bercerita?" tanya Vector lembut. Catalina menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya dengan perlahan. "Mereka sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri. Para penghuni panti asuhan milikku. Siang tadi ada detektif yang ke sana dan bertanya mengenai diriku kepada salah satu perawat di sana. Dan-selama ini aku menyembunyikan jati diriku, menutup semua akses agar mereka tidak mendengar berita dari luar mengenaiku. Termasuk kematianku saat menjadi Juliette," Catalina mengusap wajahnya frustasi. Vector mengecup pelipis Catalina untuk memberi kekuatan. "Tiba-tiba saja detektif itu memberitahu jika dna darahku cocok dengan dna milik Juliette. Untungnya perawat pantai asuhan berkata tidak tahu karena ia memilih mendengar dariku lebih dulu. Sial! Aku sangat takut mereka tahu. Hubby," ujar Catalina putus asa. Okay, ini fakta yang cukup menarik mengenai istrinya ini. Tidak disangka dibalik sifat dinginnya, datarnya, kasarnya, kejamnya, ada sebuah kasih sayang yang tulus untuk orang-orang itu. Dia tidak salah mencintai seseorang tidak terlepas dari bagaimana jati diri si kesayangan. "Percayakan padaku semuanya Baby, jangan lupa jika suamimu ini ketua mafia besar," ujar Vector. "Jangan pernah kau sentuh keluargaku. Aku tidak akan segan membunuhmu Vec." ujar Catalina dingin dengan tatapan tajamnya. Vector bersiul sembari mengangkat kedua tangannya. "Jika mereka keluargamu-maka mereka keluargaku juga Sayang. Aku janji tidak akan menyentuh mereka dan aku akan menjaga identitasmu dari mereka." ujar Vector serius. Namun entahlah, kali ini dia merasa sesuatu akan terjadi. Dia hanya takut. Kadang orang profesional sepertinya pun mempunyai rasa takut. Karena dia hanya seorang manusia. . Mata Vector tak lepas memandang sang istri sedari tadi yang terlihat gelisah. Ia pun keluar dari ruang pribadi mereka dan menghampiri salah satu anak buahnya. "Balik ke negara kita sekarang juga." perintah Vector diangguki patuh oleh anak buahnya. Vector kembali dan ia menghela napasnya pelan melihat Catalina masih dalam keadaan yang sama. Dirangkulnya dengan lembut pundak si kesayangan dan membuat sang empu sedikit terkejut. "Kita tunda bulan madunya." ujar Vector membuat Catalina membulatkan matanya. Baru saja ia hendak protes namun jari telunjuk Vector membungkan bibirnya. "Kita selesaikan masalah ini lebih dulu agar sayangku lebih tenang. Setelah semuanya selesai aku janji kita akan bulan madu." jelas Vector dengan lembut. Hati Catalina menghangat mendengarnya, ia segera tersenyum lembut lalu memeluk tubuh suami tercintanya. Setidaknya Catalina merasa lega karena Vector tahu apa yang diinginkannya. "Terima kasih Hubby." Lirih Catalina merasa bersyukur. Sedari tadi ia memang ingin kembali namun ia sungkan dengan suaminya dan takut membuat Vector kecewa. Padahal bulan madu ini dia yang memintanya dan sekarang dia pula yang membatalkannya demi masalah ini. Namun suaminya sudah lebih mengerti keinginannya tanpa ia beritahu. "Apapun untukmu Baby. Sekarang tenanglah, kita akan segera menyelesaikannya." Vector mengelus kepala Catalina sayang. Catalina tersenyum bahagia, ia mengangguk sembari mengeratkan pelukannya. Lama kelamaan ia pun mengantuk dan tertidur di pelukan hangat suaminya. "Aku tidak akan membiarkanmu dan keluargamu terluka Baby, Kau milikku." bisik Vector dengan serius. Ia melepaskan pelukan Catalina dan membaringkan sang istri lalu ia ikut berbaring di sampingnya. Tangannya mengelus perut besar Catalina, bibirnya tersenyum lebar ketika ia merasakan tendangan pelan dari dalam perut Catalina. "Ugh!" dan ternyata pergerakan bayi mereka membuat si ibu terbangun. "Nakal sekali anakmu Hubby." parau Catalina sembari mengelus perutnya. Vector terkekeh gemas mendengar ucapan sang istri. Dia menyingkap hoodie oversize sang istri. Lalu ia memekik gemas melihat perut besar Catalina yang putih bersih. Ia mengelusnya pelan sembari mengecupinya berkali-kali. Bahkan ia mengusakkan wajahnya di perut Catalina yang terasa hangat. Puk! Vector terkejut saat mendapat pukulan pelan di pucuk kepalanya. Menatap sang istri sembari mengangkat satu alisnya tidak mengerti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN