18. Berusaha Menjadi Istri Terbaik.

1561 Kata
"Baby aku berangkat dulu." ujar Vector menghampirinya. Catalina mendongak menatap sedih sang suami. Vector merasa aneh dengan reaksi sang istri. Ia pun mengecup dahi Catalina singkat lalu hendak pergi. Namun terhenti saat Catalina menahan lengannya. "Bisakah kita bulan madu?" tanya Catalina pelan. Vector tersenyum lembut, ia duduk di depan Catalina. Mencubit pipi gembil Catalina dengan gemas. "Ada apa denganmu, hm? Tidak biasanya kau meminta hal romantis seperti itu." tanya Vector dengan hati-hati. Catalina menunduk sembari menghela napasnya berat. Ia memeluk leher Vector dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Vector. "Aku merasa begitu tidak berguna manjadi seorang istri." Lirih Catalina. Entahlah, mungkin karena efek kehamilannya Catalina menjadi sensitif seperti ini. Padahal dia adalah orang yang cuek dan tidak suka hal mellow seperti ini. Bahkan setiap hari dia dan Vector selalu bertengkar dan memaki satu sama lain karena hal sepele. "Kau melayaniku di ranjang dengan sangat baik sayang." ujar Vector dan mendapat pukulan di punggungnya. Catalina menatap wajah Vector kesal. "Selain itu, aku tidak pernah memasak untukmu. Aku tidak pernah menyiapkan kebutuhanmu. Bahkan aku tidak pernah bertanya apa kau sudah makan atau belum, Maafkan aku." Catalina menunduk lesu. Baru saja Vector hendak membuka mulutnya namun Catalina kembali berkata. "Aku pun tidak tahu apa makanan kesukaanmu selera fashionmu, hobimu, dan masih banyak hal yang belum kutahu mengenai dirimu. Jadi -bisakah kita bulan madu? Tidak perlu lama-lama. Hanya satu minggu? Ah, tidak itu terlalu lama, mungkin 5 hari saja. Ah, tapi itu tidak akan cukup Jika untuk mengenalmu lebih dalam Jadi sebaiknya kita bulan ma-mmphh ..--" Vector gemas sekali dengan Catalina yang sangat menggebu mengungkapkan isi pikirannya. Ia tidak pernah tahu jika Catalina mempunyai sisi seperti ini. Jadi dia membungkam mulut cerewet istrinya dalam ciuman lembutnya, Catalina melepaskan ciumannya dengan paksa. "Aku belum selesai Tuan!!" kesal Catalina. Vector tertawa renyah, dipeluknya tubuh sintal Catalina dengan gemas. Catalina pasrah, jadi dia membiarkan pipinya menjadi korban ciuman maut sang suami. Namun tak disangka, jika dia menyukai Vector yang seperti ini. "Nah mau bulan madu kemana hm?" tanya Vector antusias dengan senyuman lebarnya. Catalina memekik senang, ia duduk di pangkuan Vector lalu memeluknya erat. "Bagaimana dengan New Zeeland?" seru Catalina semangat. "Apapun untukmu love." Vector mengecup hidung bangir Catalina dengan senyuman tampannya. "Ugh, cheesy sekali Hubby" Catalina mencubit kedua pipi Vector gemas. Mereka tertawa riang bersama. Vector tidak mau menanggapi perkataan Catalina mengenai dirinya tidak berguna, biarlah nanti saat bulan madu dia akan membuktikan. Jika hanya dengan keberadaan Catalina saja sudah sangat berarti baginya. "Nah, aku akan pergi." Vector hendak menurunkan Catalina namun Catalina menggeleng tidak mau. "Bisakah kau menemani kami Dad?" pinta Catalina dengan wajah melasnya. Vector menghela napas lalu menggeleng membuat Catalina menukik alisnya tajam. Ia pun turun dari pangkuan Vector dan masuk ke dalam kamar mandi sembari membanting pintunya keras. Hanya helaan napas panjang yang keluar dari mulut Vector. Bukannya dia tidak sayang Catalina, namun ia benar-benar tidak bisa meninggalkan agendanya hari ini. Jadi dia berpesan kepada maid dan anak buahnya untuk mengawasi Catalina dan memperhatikan pola makannya. Catalina melihat pantulan tubuhnya di kaca. Perutnya benar-benar sudah besar mengingat usianya sudah memasuki 7 bulan. Matanya bergulir turun ke bagian tubuhnya yang sama sekali tidak terlihat sexy. "Kau sekarang sudah tidak berguna kawan." Catalina menertawakan dirinya sendiri. Dia masih kesal dengan suaminya karena tidak mau menurutinya untuk tetap tinggal. Dia hendak mengambil baju di wardrobe namun matanya tak sengaja melihat rangkaian bunga-ah bukan, itu adalah uang yang dirankai seperti bunga. Catalina tertawa kecil dengan hati yang kembali menghangat. "Dia tahu kesukaanku." Catalina tersenyum lebar. Matanya menangkap sebuah black card di antara uang tersebut. Senyumannya semakin lebar ia bergegas memakai pakaiannya lalu masuk ke dalam kamar mengambil ponselnya dan menghubungi suami tercintanya. "Hal-" "I LOVE YOU HUBBYI!!!" teriak Catalina senang. Lalu mematikan panggilannya. Di sana Vector menggelengkan kepalanya sembari tersenyum geli. Satu hal yang sangat diketahui Vector tentang istrinya adalah uang adalah hal yang paling disukainya. Dan dia menyukai panggilan manis itu dari sang pujaan hati. Catalina mengusap air matanya kasar hatinya begitu sensitif semakin bertambah usia kandungannya. Ia sedang menonton drama korea yang membuatnya menangis. Cekleek!! Kepalanya mendongak dan ternyata itu adalah sang suami. Kedua tangannya terulur minta peluk dan disanggupi oleh Vector. "Hubby." Catalina menangis di pelukan Vector. Mata Vector bergulir ke arah tv yang menyala dan ia tersenyum geli karena istrinya menonton drama picisan seperti itu. Karena bukan tipe Catalina sekali menonton drama seperti itu. "Kenapa hm?" tanya Vector pelan. Catalina menggeleng pelan, memilih bergelung manja di pelukan Vector. "Rindu." cicit Catalina sembari mengeratkan pelukannya. Vector terkekeh, diangkatnya tubuh sang istri untuk duduk di pangkuannya. Catalina merenggangkan pelukannya, menatap wajah lelah sang suami. Diusapnya keringat di pelipis Vector. Lalu dikecup dahinya dengan penuh kasih sayang. Hati Vector seketika menghangat, ia mengelus punggung Catalina dengan lembut. "Sudah makan malam?" tanya Catalina sedikit malu. "Sudah, Bagaimana denganmu?" tanya Vector balik dengan senyuman tampannya. Cataliu tersenyum sembari mengangguk kecil. Ia melingkarkan kedua tangannya di leher Vector lalu menunduk, wajah mereka berdekatan hingga hidung mereka bersentuhan. "Hubby." panggil Catalina pelan. "Ya?" "Aku mencintaimu Hubby. Sangat." ujar Catalina tulus. Senyuman Vector kembali terbit dan semakin lebar. Dikecup bibir Catalina dengan gemas, akhir-akhir ini sikap Catalina sedikit kalem dan manis. Tidak seperti biasanya, yang hobi mengumpatinya dan bersikap bar-bar. "Ada apa ini? Tidak biasanya seorang Catalina Jade manis seperti ini?" tanya Vector heran. Catalina mendengus kesal, ia menjauhkan wajahnya, namun tetap menatap wajah tampan Vector. "Apa aneh aku mencintai suamiku sendiri Tuan?" sindir Catalina dengan merotasi bola matanya. Vwcty tertawa sembari menggeleng, Catalina terpana dengan wajah tampan itu. Jari-jarinya membelai wajah Vector membuat sang empu berhenti tertawa. Perlahan mata bulat Catalina kembali berkaca-kaca, pria di depannya ini benar-benar membuatnya jatuh telak dengan cepat dan begitu dalam. Perasaan hangat dan nyaman ini tidak pernah Catalina idamkan atau harapkan dari orang di luaran sana. Mencintai seseorang, tidak ada dalam kamus seorang Catalina sebelumnya. Namun, semua berubah karena pria di depannya ini. "Aku sangat mencintaimu." Lirih Catalina. Air matanya dengan perlahan menuruni pipi gembilnya. Vector hanya mendengarkan karena ia tahu istrinya begitu sensitif belakangan ini. Vector Jade, ketua mafia yang paling ditakuti dan disegani-yang pernah menjadi targetnya sekarang berada di depannya dengan status suaminya. Mata tajam itu memandangnya dengan penuh cinta dan puja. Jantung itu berdetak dengan kencang namun menenangkan saat ia bersandar di dadanya. Pelukan hangatnya mampu membuat Catalina dingin menjadi menghangat. Bolehkan Catalina merasa sangat beruntung mempunyai pria seperti ini? Bolehkan Catalina teriak kepada seluruh dunia. Jika pria ini adalah miliknya? Bolehkan Catalina serakah ingin memiliki pria ini hingga akhir hayatnya? Bolehkah Catalina egois tidak mau membagi cintanya selain dengan pria ini? "Sayang." panggil Catalina. "Ya?" sahut Vector pelan sembari mengelus punggung sang istri. Air mata Catalina semakin deras, matanya terpejam dan mengecup dalan bibir tebal Vector. Hanya kecupan manis yang membuktikan jika ia sangat mencintai pria ini. Vector merasakannya, dia ikut memejamkan matanya dengan erat. Catalina menjauhkan kepalanya perlahan. "Jangan pernah berhenti mencintaiku hm? Jangan pernah tinggalkan aku. Aku-aku begitu mencintaimu. Jangan pernah terluka dan selalu berada di sampingku ya?" pinta Catalina. Vector tersenyum lembut lalu mengangguk yakin. Dibawa kepala sang istri ke ceruk kehernya dan memeluknya lembut. Catalina memeluk erat leher sang suami lalu menangis lirih di sana. "Ingin dansa denganku istriku?" tawar Vector. "Aku tidak bisa berdansa. Hubby," parau Catalina. "Aku juga tidak bisa." Vector tertawa kecil mengundang cubitan di pinggangnya. Catalina menghapus air matanya lalu beranjak bangun dari pangkuan sang suami. "Aku akan menyiapkan air hangat untukmu." ujar Catalina sembari menggaruk rambutnya karena malu. Ini pertama kalinya dia melakukan hal ini untuk Vector. Dia sedang berusaha menjadi istri yang berguna bagi Vector. "Baiklah." Vector tersenyum lalu mengusak kepala Catalina sebelum ia keluar ke balkon untuk merokok. Tak lama kemudian Catalina menghampiri Vector dan mengambil rokok sang suami. Hendak menghisapnya namun direbut kembali oleh Vector. "Kau sedang mengandung sayang." peringat Vector. "Ah, aku lupa." Catalina tersenyum konyol. Ia pun memeluk lengan kekar Vector dan bersandar di bahunya. Vector menumpukan kepalanya di atas kepala Catalina sembari menghembuskan asap rokoknya. "Hubby-panggilan itu aku suka." celetuk Vector membuat Catalina tersenyum senang. Tangannya tergerak untuk memeluk pinggang Vector erat dan mengusakkan wajahnya di ketiak sang suami. Seketika ia mencium aroma keringat sang suami yang sangat maskulin bercampur dengan parfum mahal yang dipakai Vector. Cukup lama mereka berdiam diri di balkon sembari menikmati indahnya malam kota di sana. "Tidurlah lebih dulu. Aku akan mandi." Vector sembari berjalan ke dalam kamar masih dengan posisi Catalina mameluk pinggangnya. Catalina duduk di atas ranjang dan kembali memeluk tubuh Vector. Ah, sepertinya Catalina benar-benar ingin bermanja dengan Vector, tangan besar Vector tergerak mengelus kepala Catalina yang ada di perutnya. "Tidurlah. Sudah malam." perintah Vector. Catalina mendongak lalu menggeleng. "Aku ingin menunggumu." ujar Catalina. Vector tertawa, mengecup dahi Catalina singkat. "Lakukan sebisamu Baby. Jangan memaksakan diri. Aku tak keberatan dengan dirimu apa adanya. Sungguh." ujar Vector. Catalina tersenyum lebar ia pun mengangguk dan membaringkan tubuhnya lalu Vector menyelimutinya. "Selamat malam Catalina Jade." Vector mengecup dahi Catalina. "Selamat malam Vector Jade." balas Catalina lalu Vector masuk ke dalam kamar mandi. Catalina tersenyum bahagia, ia pun memejamkan matanya karena besok ia harus bersiap-siap untuk bulan madu bersama suami tercintanya. Dan usaha Catalina menjadi istri yang baik tidak semudah itu. Nyatanya sang suami lah yang lebih dulu bangun dan siap-siap lebih dulu. Catalina masih nyaman bergelung dengan selimut tebalnya bahkan ia mendengkur halus. Vector keluar dari kamar mandi sudah rapi dengan pakaian santainya. Ia melihat ada koper di pinggir sofa lalu mengangkatnya dan ia tertawa kecil saat koper itu masih kosong.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN