Nindya terdiam. “Nin?” “Iya, Mas. Sabar dulu, aku lagi ingat-ingat ini.” Tirta tersenyum usil, memeluk erat bantal di dadanya. Dia mengetahui kepribadian Nindya yang lemah lembut dan tidak cepat tersinggung. Jika pun tersinggung, wanita itu pasti tidak lama memendam dan berubah manis. “Mungkin sekitar dua tahunan, Mas. Sejak dia selingkuh, dia nggak lagi mau berhubungan badan denganku. Aku sadar diri kok, Mas. Tubuhku nggak seseksi waktu sebelum menikah, jadi ya … aku maklumi.” “Jadi kamu sedihnya lama juga ya, Nin. Nanggung beban perasaan selama dua tahun.” “Ya, begitulah. Awalnya aku takut banget bercerai, Mas. Makanya aku bertahan dua tahun nggak lagi disentuh atau dimanja.” “Tapi tetap mijat?” “Mijat ya kalo dia minta atau sakit-sakitan. Aku ya kasian.” Gantian Tirta yang terd