Brasta yang ternyata bukan Brasta itu berjalan terus menelusuri jalan. Jauh sekali ia menapaki langkah demi langkah. Seakan tak memiliki rasa lelah. Tatapannya lurus ke depan, tak menengok kanan dan kiri sama sekali. Hari berubah menjadi sore. Tiga jam berlalu sejak Brasta mulai berjalan. Jaraknya sudah jauh sekali. Teramat sangat jauh. Ia berjalan melalui trotoar, hingga berbelok ke arah jalan yang sedikit kumuh. Di sana ada sebuah bangkai truk yang teronggok begitu saja di pinggir jalan. Brasta menyeberang, kini ia berdiri tepat di samping truk usang itu. Ia menatap tajam pada area setir truk. Kemudian ia lanjut berjalan lurus. Hingga bertemu area pembuangan sampah. Sebenarnya ini bulan lah tempat pembuangan akhir. Tapi masyarakat sekitar menjadikannya tempat pembuangan sampah. Merek