Episode 6: Kiss Make Me Shock

1025 Kata
"Sorry, kayaknya Anora gak mau ngomong dulu sama lo." kata Andre pada Haris, belum sempat Haris dan Anora menjawab pernyataan Andre, lelaki itu sudah membawa pergi Anora dengan menarik paksa tangan kirinya, menggandengnya dan memaksa Anora masuk ke dalam mobilnya. Selama di dalam mobil Anora hanya terheran-heran dengan sikap Andre. Dia memandangi Andre sembari sesekali menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah ia tak percaya lelaki di hadapannya adalah Andre. Berulang kali ia mengucapkan sesuatu pada dirinya seperti 'Ini hanya mimpi' 'Lo mimpi, Ra!' 'Dan lo harus bangun karena sejujurnya mimpi lo beneran jelek!' 'Bangun, ra! Jangan jadi cewek lemah!' "Lo gak mimpi, ra!" suara berat itu mengagetkan Anora dari lamunannya sejenak lalu ia menekuri lelaki di sampingnya lagi. "Lo bukan Andre, kan?" "Nama lengkap gue emang bukan hanya Andre, Ra!" "Gue pusing, lagi gak mood buat bercanda!" "Gue ngomong apa adanya." "Oke. Menepilah, aku harus turun." "Gue gak bisa nurunin perempuan pinggir jalan." "Ini gue yang minta." "Sorry, gue bukan sopir angkot yang nurunin penumpang di pinggir jalan." "Hello!! Gue bukan penumpang!" kata Anora kesal, Andre terkekeh mendengar jawaban Anora. "Emang bukan, lo pasangan gue." kata Andre yang membuat Anora membelalakkan kedua matanya karena tak percaya dengan apa yang baru saja Andre katakan. Gue bener-bener lagi sama orang gila! "Beneran deh ndre, gue lagi gak mau bercanda dan buruan turunin gue di depan halte depan..." "Rumah lo kan gak jauh dari sini udahan..." kata Andre, Anora menoleh lagi dan kali ini ia cukup lama bengong dengan pernyataan Andre barusan. Jangan-jangan dia udah tahu di mana gue tinggal? "Iya, gue dah tahu emang di mana lo tinggal." kata Andre sembari memutar kemudinya. Anora menautkan dua alisnya, tak percaya Andre bisa menebak apa yang ia pikirkan. "Gue gak punya kekuatan khusus buat baca apa yang lo pikirin kayak Edward Cullen." Anora memejamkan matanya, tak habis hari-harinya pasca perceraian akan serumit ini jadinya. Dilihatnya baik-baik Andre yang tak jauh berbeda dari dulu, namun kini lebih stylish, tetap keren sama seperti saat menjabat ketua OSIS dahulu, kulitnya yang dulu coklat kini berubah sedikit putih dan pucat lalu Anora teringat lagi bahwa para Drakula pembaca pikiran orang memang berkulit putih pucat. Jangan-jangan... "Gue bukan Drakula, ra..." kata Andre lagi. "Gak usah bengong kek gitu gak bisa emang?" "Kok lo tahu semua yang gue pikirin?" "Kan gue belahan jiwa lo." Anora mengehela napas berat, tak percaya mendengar apa yang baru saja Andre katakan. "Sorry ya, gue gak pernah bagi jiwa gue ke sapa-sapa, belum pernah tuh gue lihat ada orang hidup hanya dengan separuh jiwa!" "Ha ha ha ha" Andre benar-benar tertawa terbahak-bahak kali ini meski ia tahu Anora mengatakannya bukan untuk bercanda. Anora semakin kesal sedang Andre merasa sangat puas. Mereka masih berdebat di dalam mobil, Anora yang tak ingin Andre mengantarnya sampai rumah dan Andre yang tak ingin menurunkan Anora di pinggir jalan. Perdebatan mereka tiba-tiba terhenti ketika Andre tiba-tiba saja menepikan mobilnya tapi tidak mematikan mesinnya. Andre tertegun dengan apa yang dilihatnya sedangkan Anora masih meracau tak jelas di telinganya, mungkin Anora masih belum menyadari apa yang dilihat Andre. "Hei!" panggil Anora seraya mengguncangkan bahu Andre. Tanpa respon dari Andre yang membuatnya mengerutkan alis, Anora melihat apa yang dilihat Andre. Ia alihkan pandangannya ke depan dan matanya terbelalak membulat dengan sempurna. Anora tak menyangka bahwa rumahnya akan didatangi dan dikerumuni oleh beberapa ibu-ibu seperti sekarang. "Kira-kira mereka ngapain di depan rumah gue?" tanya Anora datar. "Gue udah baca cerita lo di f*******: dan emang bikin penasaran kelanjutannya..." Anora menepuk jidatnya mendengar penjelasan itu. "Gue lagi beneran gak mood ngomongin hal itu deh, ndre..." "Gue ngomong karena ngasih tahu lo kenapa ibu-ibu itu kumpul di depan rumah lo..." "Gue kek orang diteror, ndre" "Emang. Sejak tulisan itu rilis, tunggu aja bentar lagi para mantan suami lo, selain yang di cafe tadi bakalan datangin lo..." "Yang satu kayaknya gak mungkin, lagi di luar negeri dan udah pindah kewarganegaraan..." "Emang lo nikah sama siapa sampai pas cerai aja dia pindah kenegaraan?" "Panjang ceritanya...." "Dipersingkat aja." "Masalahnya gue gak mau cerita sama lo." "Oh gak masalah, gue bisa cari tahu sendiri soal itu..." kata Andre seraya mengerlingkan kedua matanya yang membuat Anora merasa geli dan aneh. Lalu Andre memundurkan mobilnya. "Kita mau ke mana?" "Sementara kayaknya rumah gue yang paling aman buat lo." "Hah? gila aja lo!" "Emang lo mau pulang dengan kondisi kayak gini?" kata Andre seraya mengernyingkan matanya ke arah ibu-ibu di depan rumah Anora yang tal berpindah tempat sama sekali. "Kalo pulang sekarang emang kayak bunuh diri emang..." "Nah itu loh tahu..." "Tapi gak ke rumah lo juga kalee..." "Oke, trus lo mau gue anterin ke mana?" "Ke stasiun aja bang," Andre terkekeh mendengar Anora memanggilnya 'abang'. "gue udah tahu tujuan gue ke mana..." kata Anora lagi. "Oke deh... Tapi gue ikutan ya ke mana lo pergi..." "Ogah deh, ndre, apaan sih..." "Ya udah ke rumah gue aja kalo gitu..." "Kenapa sih lo maksa banget..." "Mau tahu jujur?" "Nggak..." "Ya udah, ke rumah gue ya..." "Andre Wicaksono!" Anora geram dan mulai marah. "Gue beneran jujur gak mau ketemu lo lagi!" kata Anora. Andre diam dan memandangnya sejenak sebelum akhirnya ia kembali menepikan mobilnya. Mata Andre memandang Anora tajam dan dalam sekali sehingga membuat Anora sedikit terbuai dan teringat masa lalunya yang sempat indah dulu. Anora memalingkan mukanya dari tatapan Andre dan berniat membuka pintu mobil tapi tak berhasil karena masih terkunci. "Bukain, Ndre... Gue mau keluar!" "Lo beneran gak mau denger alasan gue kenapa gue bisa sampek kayak gini?" "Nggak!" "Ra..." suara Andre yang berat melembut yang entah mengapa membuat d**a Anora sedikit berdebar. "Bukain Ndre, gue mau keluar sekarang!" "Kenapa sih lo gak mau dengerin penjelasan gue, ra..." "Apanya yang mau dijelasin? Gak ada penjelasan yang perlu gue denger dan gue juga gak mau ngejelasin apa-apa ke lo!" "Ra, please...!" "Bukain Ndre!" kata Anora lagi dengan nada yang tinggi. "Nggak!" "Buka!" "Nggak!" "Buka!" "Nggak!" "Buk..." belum selesai kalimat Anora, Andre sudah mendaratkan bibirnya di bibir Anora dan melumat bibir Anora dengan sangat kuat dan lembut. Anora berusaha melepaskan dirinya dari ciuman Andre, tapi ia gagal, Andre menciumnya dengen kuat tapi tetap lembut seraya mengunci semua gerakan Anora. Anora menyerah dan membiarkan begitu saja Andre menciumnya tanpa ia balas. Ciuman Andre cukup lama dan sangat dalam membuat Anora tanpa terasa menikmatinya meski ia tak membalasnya. Selang beberapa detik kemudian Andre melepaskan ciumannya, napasnya memburu di wajah Anora dan harum napas mintnya terasa segar di hidung Anora. "Lo udah tahu alasan gue kan sekarang?" tanya Andre pelan dan sangat dalam, tatapannya sangat tajam menusuk hati Anora. Anora bahkan bisa mendengar meski pelan dan samar suara detak jantung Andre. "Perasaan gue ke lo dari dulu gak berubah, ra..." kata Andre lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN