Bab 47

1201 Kata
Sesuai rencana Mike, Gallio menyamar sebagai Kelly untuk menarik perhatian Alan. Membawa jauh siluman itu pergi dari istana adalah misi yang harus dilakukan. Dan sekarang, mereka sudah berada di dalam istana, di dekat tembok berwarna abu-abu. Mike menatap ke dua pohon besar yang di maksud oleh Eden. Keyakinannya bertambah ketika mendengar beberapa langkah kaki yang berjalan ke arahnya. Mereka berdua langsung bersembunyi dengan mentransparankan tubuhnya. “Ini akan menjadi malam panjang.” Gallio menatap ke sekitarnya dan melihat siluman yang memakai topeng. “Aku yakin, dia Alan.” Mike mengangguk setuju, “Auranya sudah terlihat jelas kalau dia adalah Alan.” Ketika mereka saling berbisik satu sama lain, mata Alan langsung mengarah pada pohon besar karena merasakan sesuatu. Dengan cepat, ia menghilang menuju ke tempat mencurigakan itu. Gallio dan Mike diam membeku bak patung hidup saat Alan mulai mendekat. Mulut Gallio merapal kan sesuatu, berharap dia tak menemukan keberadaan mereka. “Lupakan, mungkin hanya perasaanku.” Dia berjalan meninggalkan mereka menuju ke depan tembok berwarna abu-abu. Tak lama kemudian, di tembok itu munculah pintu. “Pasti itu tempatnya,” kata Gallio dnegan semangat. Mike langsung menutup mulutnya. “Kendalikan suaramu.” Benar saja, Alan menoleh cepat karena curiga. Mau tak mau, Mike mendorongnya supaya tubuhnya terlihat. Ketika Gallio jatuh ke tahan, mata Alan melebar sebab mengenali wajah yang sudah di temui beberapa hari lalu. “Oh s**t!” umpat Gallio kesal, ingin memukul Mike yang telah mendorong tubuhnya detik ini juga. Sayangnya, semua yang akan dilakukan itu harus terhalang karena Alan lebih dulu sebab berada di depannya. “Jadi, ada anak rubah yang tersesat.” Mata Gallio mengarah pada sepasang sepatu. Perlahan, kepalanya mendongak ke atas, tersenyum paksa melihat kehadiran Alan. “Kali ini, kau tersesat atau datang mencari ku.” Alan jongkok, menatap manik mata milik Gallio. Ia mengira kalau siluman yang ada dihadapannya adalah Kelly. “So, apa yang ingin kau lakukan?” Tangan itu dengan lancang menarik dagu Gallio. ‘Sial!’ geramnya di dalam hati. Sumpah, ia merasa malu diperlakukan seperti ini. sementara Mike melarikan diri terlebih dulu masuk ke dalam pintu merah itu. Gallio menepis tangan Alan dengan kasar, “Tersesat atau tidak, bukan urusanmu!” ucapannya terlalu keras, sehingga mengundang para pengawal istana. Sontak mulutnya langsung di tutup oleh Alan-segera menjauh dari sana. Gallio meronta-ronta, minta ingin dilepaskan, tapi Alan malah menariknya ke sebuah ruangan yang begitu gelap. Saat tubuh miliknya terhempas ke ranjang, lilin pun menyala. Ingin berteriak, tapi tak bisa lantaran bibirnya langsung di sambar oleh Alan. ‘f**k!’ teriaknya di dalam hati, syok setengah mati. bibir sucinya ternodai oleh pria b******k. Karena tak ingin meneruskan permainan, Gallio langsung meninju wajah Alan cukup keras. Grrrr “Enyahlah...!” Ia mengeluarkan angin di telapak tangannya untuk mendorong tubuh Alan menjauh hingga terpental tembok. “Kau semakin membuatku ingin memilikimu.” Alan bangkit sambil terkekeh, dan itu membuat Gallio muak langsung menyerangnya dnegan brutal. Terjadilah pertempuran sengit antara mereka berdua. Tapi Alan hanya mengelak, dan menghindar dengan cepat. Gallio murka, melayangkan kekuatan angin yang lebih besar lagi sehingga tercipta tornado kecil yang bergerak menyerang Alan. Karena pertempuran itu, para prajurit dan pengawal istana berbondong-bondong mendekat. Ledakan dahsyat yang tak terelakan terjadi saat Irene menggunakan cambuknya untuk membelah tornado itu. Gallo menatap sengit ke arah Irene yang terbang turun dengan anggun. Alan langsung menghalangi jarak pandang wanita itu dnegan cepat. “Jadi, dia gadis yang kau ceritakan.” Irene mengangkat tangan, mengomando para prajuritnya untuk mengepung. ‘Sial!” kata Gallio di dalam hati. Ia tak menyangka bahwa akan terjebak di antara situasi yang rumit seperti ini. ‘Kau harus cepat, Mike.’ Meninggalkan Gallio yang berada di dalam situasi rumit, beralih pada Mike yang berjalan tanpa hambatan sama sekali. Perjalanan yang mulus itu terus berlanjut sampai ia mengendus bau yang dikenalnya. Aroma itu terus menyentak hidung, sehingga tanpa sadar Mike terus berjalan menelusuri lorong demi lorong. Ketika langkah kakinya berhenti di sebuah ruangan yang kental dnegan bau darah, pria itu langsung membuka pintu dnegan kasar. Brak Dentuman keras dari pintu membuat Gilbert yang diikat mendongak ke atas. Mike terkejut, berlari menuju ke arahnya dengan cepat, segera melepaskan semua benda yang telah menyakiti sang ayah. Ia tak menyangka, bahwa Gilbert berada di dalam kondisi yang sangat parah. Seluruh luka yang masih menganga, dan juga beberapa bercak darah kering menjadi noda di wajah dan bajunya. “Kita harus segera pergi dari sini?” Mike mencoba menuntun Gilbert yang masih dalam kondisi lemah. Bibir biru dengan wajah pucat pasi itu terlihat jelas. Hati siapa yang tak mencolos, melihat satu-satunya orang tua yang dimiliki tersiksa seperti ini. “Biarkan aku di sini, Mike.” Suara Gilbert sangat lemah dan terdengar lirih. “Tidak!” tolaknya dengan cepat. Mana ada anak yang membiarkan orang tuanya sekarat. Dengan sisa tenaga yang tipis, Gilbert mendorong tubuh Mike menjauh. “Jangan buat pengorbananku sia-sia, Mike!” teriaknya cukup keras. “Jika aku pergi, kita akan tetap diburu!” Sungguh, Gilbert menyerahkan diri bukan berarti tak memperdulikan anak-anaknya, justru ia melindungi mereka. “Cukup lindungi adik-adikmu. Aku akan tetap bertahan.” Ia memandang Mike yang sedang menunduk itu. “Ayah...” panggilnya dengan lirih. Gilbert mengangkat kedua sudut bibirnya meskipun kaku dan terasa perih. “Pergilah... aku baik-baik saja.” Tiba-tiba, bunyi dentuman keras menggetarkan seluruh ruangan. Mike terlihat cemas di mata Gilbert. “Jangan bilang kau membawa adikmu.” Wajah Mike langsung pucat pasi, dan tentu Gilbert tahu bahwa asumsinya benar. “Bantu adikmu. Jangan sampai mereka mengenali kalian.” Mike mengangguk-menggunakan topeng yang sudah di siapkan sejak awal. “Maafkan aku,” sesalnya sambil bersujud. Ia merasa bodoh, tak bisa memperhitungkan segala sesuatunya. Dan lebih bodohnya lagi, Gallio yang menyamar sebagai kelly pasti akan ketahuan. “Katakan,” ujar Gilbert dingin. “Aku mengaku salah memakai kan topeng wajah Kelly kepada Gallio.” Dingin, sunyi, hening, dan juga semakin suram. Perkataan itu sukses membuat Gilbert tak bisa berkata apa-apa lagi. Dan ia hanya memandang Mike dnegan tubuh yang lemas. “Katakan sesuatu, Ayah.” “Pergilah..., bantu Gallio. Jika kalian bertemu dnegan ratu, katakan tujuanmu untuk bertemu dengan Eden.” Tidak ada lagi pikiran yang tersisa kecuali hanya anak itu. dan Gilbert merasa bersalah menggunakan Eden sebagai tameng keluarganya. ‘Maafkan aku, Eden,’ batinnya sambil memejamkan matanya. Suara hantaman pun terdengar kembali. Kali ini lebih dahsyat dan begitu besar. Mike segera ber-teleportasi menuju ke tempat Gallio berada. Benar saja, ledakan beruntun itu terus terjadi. Boom Duarrr Gallio tampak terengah-engah melawan wanita bergaun merah itu. Mike segera terbang di udara, langsung meraih tubuh Gallio menuju ke atas hingga sampai ke awan. Alan yang terkejut berusaha mengejar mereka berdua. “Kita berteleportasi ke kolam teratai.” Belum sempat mereka menghilang. Pergelangan kaki Mike di tarik kuat oleh kain berwarna merah. Ia berusaha melepaskan diri, sayangnya usaha itu sia-sia belakang. “Sial!” teriak Mike terus berusaha melepaskan diri. Dari belakang, Alan menarik tubuh Gallio dengan sebuah cambuk. Karena tak siap, Mike pun melepaskannya. Gallio pun berusaha untuk melepaskan diri, tapi sayangnya karena tarikan itu sangat kuat, ia terlihat kewalahan. “mau kabur..., jangan harap.” Senyum mengerikan di balik topeng itu terukir jelas. Entah pikiran jahat apa yang dimilikinya sehingga berekspresi demikian. Sayang sekali, Alan salah sasaran dan belum mengetahui kebenarannya. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN