Bagai dihantam bom di udara yang begitu dahsyat. Suara gemuruh terus menggelegar di iringi kilatan cahaya yang muncul di langit. Cahaya yang begitu menyilaukan mata itu saling menyahut sahu sama lain.
Bunyi guruh yang terus menggema menandakan bahwa hujan akan turun. Langit hitam pekat, beserta cahaya dari kilat itu membuat ketiga siluman yang sedang bersembunyi di dalam gua menutup telinganya erat-erat.
Hanya Leonardo yang diam tak bersuara, seakan sudah terbiasa dnegan suara guruh dan kilatan halilintar itu. sesekali, petir menyambar sesuatu, hingga tanah ikut bergetar karena gemuruh yang tiada henti.
“Kenapa cuaca mendadak berubah?” Ren masih setia menutup telinganya. Tidak hanya telinga, jantungnya juga ikut menggila karena merasa di hantam suara yang begitu menyakitkan.
“Bukan alam yang membuatnya, tapi siluman,” jawab Leonardo dingin. Orion mengamati ekspresi wajahnya tanpa berkedip sama sekali. Siluman berpakaian serba hitam itu terlihat misterius, tapi punya banyak informasi.
Ia berpikir, bahwa membawanya dalam kelompok akan membuat semuanya berjalan mudah, tinggal bagaimana cara mendekatinya. “Kau hebat, bisa tahu tentang informasi ini.”
Leonardo menoleh, “Kau juga hebat..., karena berani memujiku.”
Dongkol, itulah yang ada di waja Orion. Ia mati kutu dengan perkataan Leonardo yang begitu tajam. Bisa di pastikan bahwa pria dingin itu tak tersentuh sama sekali. Tawa Derek pun pecah ketika melihat usahanya sia-sia.
“Tutup mulutmu, Der!” sentak nya dengan keras.
“Sepertinya, kau gagal memanipulasi orang.” Derek bangkit-memilih berjalan mengamati luar. Ketika hendak sampai di ujung gua, kilatan itu menyambar ke arahnya, dan tentu saja ia kaget setengah mati.
Dengan sigap, ia menggunakan pelindung transparan untuk menyelimuti tubuhnya. Pelindung milik Derek mencegah suara luar terdengar oleh gendang telinga, dan memilih menjauh dari mereka semuanya untuk menggunakan waktu istirahat dengan baik.
“Lihat dia, pura-pura tidur.” Ren membuat bola angin di tangan-dilempar tepat sasaran kepada Derek, sayang sekali kekuatannya terpental mengenai dirinya hingga terbatuk darah. “Sial!”
“Apakah kau baik-baik saja?” tanya Orion menyeka darah itu dengan pelan. “Dia memakai pelindung diri, tapi seperti tak terlihat.”
“Jika aku tahu, aku tak akan melakukannya.” Ren batuk lagi sehingga darah hitam kental keluar begitu saja. Leonardo melirik sekilas sambil bergumam, “Bodoh.”
Pria itu tersenyum-bersantai menyandarkan tubuhnya pada dinding gua. Raganya keluar melayang di udara menuju ke tempat siluman ikan. Tapi saat sampai di sana, pondok yang ditempati siluman itu tak ada, alias hilang. ‘Kemana dia pergi?’
Ternyata, ketiga pria yang di maksud berada di dalam gua bawah tanah milik siluman ikan. Eden dan James mengerang kesakitan saat tubuhnya menghantam keras ke tanah. Maklumlah, mereka terjun payung tanpa persiapan sama sekali. Jadi wajar kalau merasakan sakit luar biasa.
“Kalian sangat lemah.” Siluman ikan itu duduk bersila dengan wajah dipenuhi sisik sambil mengerang kesakitan. Proses perubahan dirinya begitu menyakitkan ketika naga menggunakan kekuatannya untuk membuat hujan dan petir.
“Kau yang lemah,” jawab James kesal. Sudah tak punya tenaga, masih mengatai dirinya lemah. Dasar tebal muka.
“Sepertinya, sisik mu semakin tumbuh.” Eden merasa bahwa hujan itu ada hubungannya dengan siluman ikan.
“Hahahah.. kalian pasti senang karena aku kesakitan.” Dia memegang dadanya yang begitu nyeri, akibat proses perubahan yang terus terjadi. Eden tahu, bahwa siluman itu hendak meminta bantuan, tapi caranya saja yang salah.
“Apa yang bisa aku lakukan? Supaya rasa sakit mu hilang.”
“Eden!” sentak James tak percaya atas perkataan Eden. Bagaimana bisa, rasa iba itu terus bersamanya, padahal dia sudah menjadi siluman. Sejak kapa dia kasihan kepada para siluman yang selalu membuat keonaran di bumi?
Mata siluman itu memandang sayu ke arah Eden. Firasat mengatakan bahwa siluman lemah itu adalah kunci dari kebebasannya. Bahkan, rasa iba yang muncul pertama kali di dapatnya. Sebagai siluman, mereka tak memiliki belas kasihan. Hanya ada pembunuh, memburu, dan menakuti. Mereka selalu melakukan tiga langkah itu untuk bertahan.
Dan sekarang, ada siluman lemah berhati lembut seperti manusia? Senyum mengembang terlihat jelas di wajah siluman ikan itu. James merasakan atmosfer yang berbeda, seolah udara mengatakan bahwa dia percaya dengan Eden.
“Membunuh naga, atau memberikan aku darah suci.”
Eden dan James saling pandang satu sama lain. Dua hal yang tak mungkin, membunuh naga atau memberikan darah suci. Well, darah suci tubuh siluman atau manusia. Keduanya benar-benar tak mungkin?
“Kau gila!” sentak James dnegan nada tinggi.
Tangannya kemudian di raih oleh Eden. Entah kenapa, ia merasa terikat dengan siluman ikan itu. Tak dapat dipungkiri, bahwa sesuatu ada di tubuhnya.
“Aku bercanda.” Tawanya pecah seketika, tapi ada sesuatu yang tersembunyi dibalik tawa menggelegar itu. perasaan sedih bercampur kesepian menanti sebuah keajaiban. Eden tahu, kalau dia butuh pertolongan. Dan rasa iba nya itu terus muncul tanpa peringatan.
“Jangan terperdaya oleh siluman, Ed,” bisik James pelan. Wajah Eden berubah pias seketika karena perkataan pria itu. Nyatanya sekarang ia adalah siluman, dan perlahan tapi pasti segalanya berubah.
“Bagaimana kalau kita melakukan barter.” Siluman itu menutup wajahnya dengan tangan. Mata yang berubah menjadi green, kini berwarna emas, dipadu dengan sklera mata yang berubah menjadi hitam. Dia terlihat seperti monster tinimbang siluman.
“Jangan bilang kau akan berubah menjadi troll,” kata James bergidik ngeri. Troll adalah makhluk humanoid yang tinggi, besar, bengis, dan juga kejam. Dia sangat agresif dan juga jahat. James selalu saja membayangkan hal di luar kendalinya, dan Eden sangat tahu itu.
“Kau terlalu berlebihan.” Eden memukul kepalanya dnegan pelan, berjalan maju untuk mendekati siluman ikan. “So, apa yang ingin kau inginkan dariku? Bukankah kau tahu sendiri, bahwa aku siluman lemah tak memiliki kekuatan sama sekali.”
Siluman ikan bangkit sambil tertawa. Suaranya mulai berubah menjadi serak. Tidak hanya itu, gigi runcing mulai tumbuh. Dan beberapa sisik terus menyebar ke seluruh tubuhnya. Dia mendekati Eden, mengendus aroma yang keluar dari tubuhnya.
“Aku butuh darah perjaka suci yang tak terjamah oleh wanita atau gadis manapun.”
Diam, hening, tak bersuara. Pandangan Eden beralih ke James yang sedang membuang muka ke arah lain. Tingkahnya itu membuatnya jengkel karena seperti mengelak permintaan yang di maksud.
“Kau bisa mengambil darahnya,” tunjuk Eden kepada James yang sialnya dia malah bersiul seperti tak peduli sama sekali. Memang dasar teman laknat, bukankah di saat genting dia harus membantu. Nah ini, seperti tak mau tahu sama sekali.
“Sayangnya, dia tek bersih.”
Kali ini, Eden menjatuhkan rahangnya sampai menganga lebar, diiringi dengan bulatan mata yang sempurna. James, tak bersih! Kapan dia melakukan hal itu? bukankah selama ini mereka selalu bersama?
“Aku akan bicara dengannya.” Eden butuh penjelasan sekarang, dan ia menargetkan James.
“Aku beri waktu lima menit untuk kesepakatan ini. kalau tidak, teman-temanmu tak akan selamat.”
Sial, si siluman ikan mengancam dirinya, dan lebih sialnya lagi, James berpura-pura acuh. Emang dasar teman tengil. “James!” geram Eden menatapnya tajam.
“Apa!” jawab James masih tak mau menoleh kearahnya.
“Kapan kau melakukan itu? Kenapa aku tak tahu?”
Mereka pun mulai berdebat, dan siluman ikan hanya sebagai penonton saja.
“Apakah aku harus memberitahumu tentang seksualku? Aku tak seperti dirimu yang menjaga kesucian. Karena aku butuh jamahan seorang gadis.”
Fuck! Ingin rasanya Eden mengumpat dengan keras mengenai jawaban menohok yang terlontar dari mulut pedas James. “Jika kau bukan temanku, aku akan membunuhmu detik ini juga!” geramnya di dengar oleh James.
Eden berbalik arah menghampiri siluman ikan. “Aku setuju, tapi kau harus menyelamatkan mereka.”
Wajah siluman ikan berseri-seri karena ketersediaan eden. Tentu dia langsung melesat menuju kearahnya membuat Eden kaget setengah mati.
“Apa yang kau inginkan? Kenapa kau malah mendekatiku?”
Tangan siluman itu memegang bahu Eden. James langsung bertindak menghunuskan pedang ke arahnya. Sayang seribu sayang, dengan sekali hempasan tubuhnya melayang jauh terpental ke bebatuan, dan pingsan seketika.
Grrrrr
“Kau sudah menyetujuinya. Jadi biarkan aku menyelesaikan dengan mudah. Setelah itu, aku akan memberikan ramuan agar kalian semua bisa bernafas di dalam air.”
Eden menelan ludahnya dnegan kasar. Sepertinya, kesepakatan yang diambilnya memiliki resiko buruk. Terlebih lagi, yang ada dihadapannya adalah siluman ikan yang tak memilki belas kasihan. ‘Sial! Aku tak bisa lari lagi karena barter yang menguntungkan.”
Haruskan Eden diam saja dan pasrah ketika kepala siluman ikan semakin mendekat ke lehernya?
Bersambung