Jubah merah bergambar rubah menjuntai kelantai, diseret oleh seseorang. Bau harum mawar tercium jelas di rongga hidung para pengawal yang menunduk itu. Pesona Irene memang luar biasa membuat semua para siluman takluk. Bukan karena kecantikan semata, tapi karena kekejaman yang dilakukan.
Irene tak tanggung-tanggung bermandikan darah kepada setiap bawahan yang tidak menaati aturan. Kejam, bengis, dan juga berkuasa. Keagungan sebagai ratu selalu di puja oleh siluman lainnya. Namun, tidak dnegan klan rubah. Mereka sangat membenci Irene dengan segala tahta yang dimiliki.
“Apakah mereka semua sudah berkumpul?” Irene terus berjalan dengan elegan.
“Semua sudah di siapkan.” Siluman bertopeng itu bersemirik. “Dia sangat menarik, seperti yang kau katakan,” bisik nya.
Senyum merekah sempurna seperti bidadari terlihat jelas di sudut bibir Irene. Bibir mungil itu terus mengembang sempurna seolah minta untuk di sapa bibir lain karena begitu menggoda. “Terus awasi dia. Meskipun lemah, tapi menarik. Dan aku suka itu.”
Siluman bertopeng mengangguk-segera membuka pintu yang menjulang tinggi untuk Irene. Ketika pintu tersebut terbuka, semua kandidat selir menatap ke arahnya. Mata cantik Irene tak lepas dari Eden yang sedang berhadapan dengan siluman lain.
Potret tiga pemuda itu terlihat jelas dimatanya. Irene berusaha acuh, tapi mata cantiknya terus ingin mengikat pandangan ke arah mereka. Rasa kesal pun mendera, takut seolah Eden dimiliki oleh siluman lain, meskipun berkelamin laki-laki.
“Ratu tiba!” teriak siluman bertopeng membuat para siluman langsung menunduk, tapi tidak dengan James dan Eden yang terus menatapnya sengit, dan tajam.
Irene merasa tak dihormati, maka ia pun bertindak menghempaskan James dengan kekuatan yang dimiliki sampai terpental tembok. Eden kaget, hendak membantu tapi dia dengan cepat langsung berdiri, membuang ludah ke arah lain, dan menyeka bekas darah yang belum kering.
“Sambutan yang kurang menyenangkan.” James berjalan tertatih. Semua kandidat selir langsung sujud. Eden pun memandanginya begitu seksama.
“Kau dihukum! Bawa dia ke tempat hukuman!” teriak Irene menggema di udara. Eden hendak membela, tapi Derek mengode agar dia mengurungkan niatnya. Para pengawal segera membawa James keluar dari aula sesuai instruksi sang ratu.
Setelah James pergi, Eden mengepalkan tangannya dengan kuat. Pandangan tajam nan menusuk seakan membunuh terus saja dilayangkan kepada Irene. Sedangkan wanita itu terlihat acuh, biasa saja. Kesenangan dalam membuat seorang yang diinginkan adalah dengan membuatnya gelisah, khawatir, dan cemas jadi satu.
Rasa itu akan tumbuh, dan berkatnya akan mengingat nama ‘Irene’ di hati Eden. Irene pintar memprovokasi, memanipulasi, dan juga membuat siluman tunduk dalam genggamannya. Sangat mudah bagi wanita itu terus mengikat, dan mengikat orang yang diinginkan, seperti Eden.
Tapi wanita itu tak tahu, bahwa Eden adalah bumerang dalam hidupnya. Dia akan menjadi alasan dibalik kegagalan yang akan dialami nanti.
“Angkat kepala kalian.” Irene bertutur kata lembut, tapi kelembutan yang dimiliki seperti racun yang menyebar tanpa terlihat. Semua kandidat selir menurut bak boneka hidup, Eden membuang muka karena melihat warna mata merah wanita itu menyala.
“Dengarkan baik-baik. Dan aku tak akan mengulanginya.” Wanita nomor satu di Alam Siluman itu berjalan sangat elegan, seperti ratu pada umumnya.
Pintu aula di tutup rapat oleh para pengawal, sebelum sang ratu mengeluarkan suaranya. James yang diseret oleh mereka hanya diam mengikuti sambil mengawasi sekitar. ‘Wanita racun itu,’ desisnya di dalam hati.
James tahu bahwa wanita itu merupakan pemimpin tertinggi yang berkuasa. Dapat dilihat dari segala gerak geriknya. Mengenai Eden, ia harus mengawasi pria itu dari jauh. Untu saat ini, tak baik mendekatinya. Terlebih lagi, wanita iblis itu terlihat protektif dengan Eden.
Semakin James melangkahkan kakinya, mereka menuju ke sebuah lorong yang gelap. Ia tetap diam, mengikuti situasinya begitu saja. Sebuah dorongan kasar terjadi, pria itu dimasukkan ke dalam sebuah ruangan. Dan saat lampu menyala, ada seekor anjing buas meneteskan air liur.
“Kau rawat anjing itu, karena dia peliharaan ratu.”
James mengira ia akan dihukum berat, nyatanya hanya mengurus seekor aning. Bukankah itu hal mudah? Pria itu tersenyum antusias, lalu mereka meninggalkannya pergi. Setelah pintu tertutup rapat, anjing itu mendadak menjadi besar.
“Oh s**t!” Sumpah, ternyata anjing yang ada dihadapannya bukanlah anjing biasa. Dia seperti monster yang siap memangsa buruannya. “f**k!” umpatnya dnegan keras, mundur beberapa langkah sampai terpentok pintu.
Anjing itu menggonggong dengan keras, ditambah dengan air liur yang terus menetes. Gigi runcing dan panjang itu seakan siap mengoyak tubuh James. d**a pria itu pun bergemuruh hebat, dengan d**a naik turun. Kesialannya ternyata telah tiba. Tidak ada keberuntungan yang berpihak selamanya.
“Jangan mendekat. Atau aku akan membunuhmu.” James merenggangkan ototnya, melebarkan kaki bersiap memasang kuda-kuda.
Grrrrrr
Suara anjing itu terdengar menyakitkan di telinganya. Dia pun lari hendak menerkam James. “Tidak!” teriaknya dnegan keras. Para pengawal yang sedang berdiri di depan pintu menatap satu sama lain. Bunyi kegaduhan itu terus saja terjadi tanpa jeda sekalipun.
Setelah benar-benar hening, mereka pun membuka pintu dengan bola mata terkejut hendak keluar dari sarangnya. Baru kali ini, pengawal melihat Golden menjilati seorang siluman. Mereka hanya menganga lebar sampai tak sadar air liurnya menetes.
“Oh... kalian sudah membuka pintu rupanya.” James bangkit sambil menepuk-tepuk bajunya yang kotor. Tak lupa ia mengusap gemas kepala anjing itu. “Kerja yang bagus, aku akan mengunjungimu nanti.” Ia melenggang pergi, meninggalkan kedua pengawal yang berdiri bak patung hidup.
Anjing itu menggonggong keras, sontak pengawal itu menutup pintunya. “Apakah kau tak salah lihat?” tanya pengawal berkepala babi.
“Tidak! Dia benar-benar sesuatu.” Terlihat jelas di mata siluman kepala kambing yang berbinar-binar melihat punggung James yang menghilang seiring langkah kakinya yang terus menjauh.
James melipat kedua tangannya, tersenyum penuh kesombongan. Hanya anjing kecil, tak mungkin bisa mengalahkannya yang merupakan pelatih anjing. Sebelum bekerja menjadi pemburu siluman, pria itu bekerja di penampungan hewan. Jadi, ia sangat ahli dalam bidang jinak-menjinakkan.
“Mau bermain, aku siap melayani mu.” Tawa James pecah seketika mengingat wajah Irene yang pastinya akan kesal melihatnya keluar dalam keadaan itu. Tak ingin menunda waktu, ia bergegas kembali ke aula.
Ketika membuka pintu, pandangan menyilaukan mata terlihat jelas. Wajah James langsung kaku, bahkan tubuhnya tak bergerak sama sekali. “Apa-apaan ini!”gumamnya tak percaya. “Apa mereka mengadakan kontes?”
James tak menyangka bahwa pemilihan selir akan melakukan hal itu. Menurutnya merek terlalu konyol dengan segala situasi seperti ini. Tanpa sadar, ia meremas kepalanya sendiri malu akan kejadian yang ada di depan mata.
“Kenapa kau bisa utuh?” Irene berjalan mendekat ke arah James, sedikit tertarik dnegan siluman lemah itu.
James nyengir kuda, berbalik arah dengan cepat untuk menghindari pemandangan yang memalukan. “Terkutuk Lah pemimpin alam siluman,” gumamnya dnegan lirih.
Eden yang melihat dari jauh terus menatap James dengan segala postur tubuh yang dimiliki. Dalam otaknya terbesit satu nama, yaitu James. Tiba-tiba, kepalanya pun menggeleng berulang kali, sampai Derek menegurnya.
“Kenapa kau tak melepas pakaianmu? Mereka ingin mengukurnya.”
Eden melirik sebentar, merasa jijik dengan semua pemandangan itu. Mengukur dengan penggaris? Menaruh beban ? Oh s**t! Memalukan! Geramnya di dalam hati dengan wajah menggelap.
Bersambung