Meskipun jarak dan waktu terpisah, bukan berarti persahabatan yang terjalin antara Louis dan James renggang. James dengan senang hati akan mencari cara agar bisa membawa Louis Nya kembali bersamanya. Katakanlah brother complek padahal bukan saudara, tapi dia tak akan peduli dengan pendapat orang lain.
Bagi James, Louis bukan hanya sekedar teman atau sahabat. Dia lebih cenderung ke sisi saudara. Saudara dimana ketika berada dalam kondisi sulit, maka saudara lain akan membantu.
Ikatan inilah yang membuat James tak akan tinggal diam apabila Louis dalam bahaya. Sepanjang perjalanan menuju tenggara, sesuatu dalam benaknya terlintas. Ia berhenti sejenak, memikirkan semua hal yang terjadi dengan Louis.
Suara-suara aneh yang terdengar ditelinga nya, bahwa Louis berada di dunia siluman. Hanya satu cara yang bisa diketahui olehnya. “Kenapa aku tak memikirkan cara itu.” Pria itu lari dengan cepat, telinganya bergerak-gerak untuk memasang pendengaran lebih tajam. “Di sana!” serunya dengan keras.
James melangkahkan kakinya tanpa keraguan sama sekali. Dan kebenaran akan pendengarannya terbukti jelas. Ada sungai yang mengalir tak jauh darinya. Dengan buru-buru, ia mengambil botol untuk mengisi air.
Setelah itu, James mengeluarkan sebuah cawan keramik dari dalam tasnya. Ketika mengingat cawan ini, ia tersenyum mengejek. Bagaimana tidak? Ternyata benda tak bernilai itu sangat dibutuhkan di saat genting.
“Semoga berhasil.” Air yang ada di botol di masukan ke dalam cawan keramik. Tak lupa ia memasukkan sebuah cincin emas milik James dan juga kertas mantra. Dengan gerakan lihai dalam penguasaan tehnik menembus seluruh penjuru dimensi, James memusatkan pikirannya kepada Louis. Seketika kertas mantra terbakar habis, dan cahaya emas keluar begitu saja.
Tiba-tiba, bayangan beberapa orang sedang berkerumun di suatu tempat terlihat jelas. James melihat seorang wanita yang sangat cantik dnegan jubah merah sedang berbicara. Dan juga beberapa orang yang berdiri di depannya.
Dahi James berkerut mencari keberadaan Louis, tapi selama sibuk mencari ia tak menemukan keberadaan Louis. “Sial! Dimana kau, Lou?”
‘Jadi, kalian yang terpilih.’ Wanita itu mengibaskan jubahnya-mengeluarkan ekor merah berjumlah delapan.
“Siluman rubah merah berekor sembilan,” gumam James tak percaya akan apa yang dilihatnya. Ia terus mengawasi cawan itu dengan baik, terlihat jelas bahwa semua pria sedang menunduk hormat. Ada beberapa lambang rubah merah berada di atasnya, dan juga bendera yang tampak familiar.
“Tidak mungkin!” serunya tak percaya sambil menggertak kan gigi. James melempar cawan itu begitu saja sampai pecah. Jika benar Louis berada di kerajaan, berarti ia dalam bahaya. Iya, lambang bendera itu sama persis dengan lambang yang pernah di temukan di celah saat bertemu dengan siluman kuat beberapa tahun lalu.
Setahun yang lalu, Louis dan James mengejar seekor siluman dengan jubah bergambar rubah merah. Tidak hanya itu, sebuah plat kerjaan tidak sengaja terjatuh saat mereka bertempur. “Aku harus segera bergegas masuk ke dunia siluman.” James bangkit, lalu tersentak melihat seseorang berdiri di belakangnya. “Siapa kau?” tanyanya memasang wajah waspada.
“Seharusnya aku yang tanya, siapa kau?” Wajah tengil menyebalkan terlihat jelas dimata James. Dia seperti orang yang tak beradaptasi, dengan pakaian ala rocker menyedihkan.
“Disini Hutan Keramat, tak seharusnya manusia biasa berada di alamnya.” James melewati pria itu sambil menggelengkan kepala.
“Kau terlalu meremehkan ku anak muda, jika bukan karena bisikan aneh, aku juga tak akan datang kemari,” katanya dengan wajah kesal. Langkah kaki James pun berhenti seketika.
“Kau orang tang itu!” sentak nya dengan cepat.
“Cih, aku benci di panggil tang.”
Mereka berdua pun berhadapan satu sama lain, saling menatap penuh selidik. James mengira, Tang yang di maksud adalah orang tua berjenggot putih yang sangat tua. Nyatanya segala pemikiran itu sirna seketika. Pria itu bahkan jauh muda, dan terlihat sangat tampan.
Sial! Itulah isi pemikiran James karena merasa tersaingi dengan ketampanan si Tang. “Jadi, kau bisa membantu menyelamatkan, Lou.”
“Tidak semudah itu. Karena aku tak ingin.”
“Kenapa? Bukankah kita bertemu untuk membahas masalah ini.”
“Ini masalahmu! Bukan masalahku. Oke...!” Si Tang itu hendak pergi, tapi tangannya dicekal oleh James dengan cepat “Aku ingin Lou kembali... dia saudaraku satu-satunya.”
Nada James terdengar lemah, dan juga tulus. Tentu si Tang merasa iba, tapi jika ia membantu, pasti orang yang dibantu tak akan kembali hidup-hidup.
“Maaf, aku tak tertarik dengan kehidupanmu.” Si Tang melepaskan tangan James dnegan kasar, tapi dia malah bersujud sambil memeluk kakinya membuatnya terkejut.
“Lepaskan aku!” teriaknya dengan keras.
“Tidak akan sebelum kau menyetujuinya!” rengek James seperti anak kecil. Biarlah ia bersikap tak tahu malu, yang terpenting bisa menyelamatkan Louis. Harga dirinya sebagai pemburu siluman tak penting sama sekali.
Si Tang mendesah dengan keras, merasa takdirnya terikat dengan bocah tak tahu malu yang sangat menyebalkan. “Lepaskan aku dulu..., aku berjanji akan membantumu.”
“benarkah...!” James langsung bangkit setelah mendengar perkataan Tang.
“Panggil aku Leo. Jangan panggil aku tang, karena aku tak suka.”
James mengangguk berulang kali, dia terlihat seperti anjing menggemaskan di mata Leo. Pria itu menggeleng dengan cepat berusaha tidak terpesona. “Tiga, kau butuh waktu tiga purnama untuk menyelesaikannya.”
James menatap wajah Leo dnegan serius. Tiga purnama cukup untuk membawa Louis kembali ke dunia manusia. “Aku janji, sebelum tiga purnama aku pasti akan kembali.”
Leo menepuk bahu James dengan pelan. “Aku tak tahu apa yang dilalui temanmu. Akan tetapi, manusia yang berada di dunia siluman tak akan bertahan lama. Bisa jadi dia mati mengenaskan.” Sedikit menggodanya bukan masalah bukan. Inilah Leo suka mencari masalah.
“Tutup mulutmu! Aku baru saja mencari keberadaannya di dunia siluman. Aku yakin dia hidup. Dan kau,” tunjuknya dengan kesal. “jangan berasumsi seolah-olah kau tahu.”
Leo tersenyum melihat james bagaikan serigala yang berkoar-koar karena amarah yang meluap-luap.
Tawanya pun pecah seketika. “Iya, aku tahu. Aku hanya bercanda. Lagi pula aku tadi melihat gambaran yang ada di cawan itu.” Leo melempar botol kecil yang ada di dalam sakunya. “Gunakan itu dengan bijak. Satu tetes cukup untuk menghilangkan aroma manusia. Dan jangan sampai kau kehabisan benda itu sebelum menyelesaikan misi.” Leo mendekat untuk menggores lengan James dengan cepat.
“Apa yang kau lakukan?” desisnya merasakan sakit luar biasa.
“Tentu saja membuat altar. Dan harus menggunakan darahmu.”
“Setidaknya kau memberitahuku terlebih dahulu. Bukan bertindak gegabah. Ini sakit, b******k!” Luka kecil itu mampu membuat James mengaduh kesakitan. Lagi dan lagi, Leo hanya berdecih mengejek.
“Dasar pria mental busuk!” gumamnya lirih mengabaikan James yang tengah kesakitan.
“Gunakan cairan itu sekarang!” Leo terus menggambar sebuah lingkaran dengan pola yang rumit. Sedangkan James meneteskan cairan yang ada di botol ke telapak tangannya.
Selama Leo sibuk memasang mantra, James sedang mempersiapkan segala hal yang diperlukan. Termasuk mengambil sesuatu di gudang harta melalui cincin miliknya. Ia akan menyimpan benda itu sampai waktu mendesak.
“Apakah kau sudah selesai?” tanya James merapikan pakaian yang di kenakan. Leo mendongak ke atas, mengangguk dengan cepat. “Kemari, berada di tengah. Aku akan mengirim mu sekarang.”
Tanpa keraguan, James berjalan menuju ke tengah altar. Ketika Leo mengucapkan mantra, tulisan yang ada di sekitar altar itu terangkat melilitnya. Cahaya merah darah, di campur dnegan kuning keemasan keluar bersamaan.
“Ingat! Jika kau tak kembali dalam waktu tiga purnama, kau akan binasa!” teriak Leo dengan keras membuat James sangat geram.
“Seharusnya kau bilang padaku!”
“Apakah kau menyesal!” Gerakan tangan lihai milik Leo pun selesai. “Semoga perjalananmu menyenangkan, kawan!”
Cahaya itu menyelimuti seluruh tubuh James, dan ia mulai menghilang diiringi dengan teriakan yang terus menggema. “Sial! Aku tak akan memaafkan mu jika aku kembali!”
Bukan apa-apa, melainkan kesakitan yang dialami karena tak ada peringatan dari Leo. Pria tua menyebalkan dnegan wajah muda memang tak bisa dipercaya. “f**k! Aku membencimu, Leo! Tunggu pembalasanku!”
Bersambung