Bab 30

1315 Kata
Dua anak rubah yang terlihat seperti ketahuan dalam melakukan hal buruk sedang di sidang oleh seseorang. Iya, Mike telah menyidang pasangan baru itu. Bukan karena hal lain, tapi karena rasa khawatir segala yang dilalui oleh mereka. Mike ingin marah, tapi tak bisa sebab kondisi Kelly dan Robert begitu memprihatinkan. Meskipun luka mereka tidaklah serius, tapi tetap saja ia merasa gagal menjadi seorang kakak. Ia pun menatap keduanya yang sedang menunduk itu dengan pandangan begitu tajam bak silet yang siap melukai daging. Sesekali, mereka melirik satu sama lain membuatnya sedikit kesal. “Apakah kalian main kode mengode?” Mike tahu bahwa mereka sedang merencanakan sesuatu. “Katakan padaku, Kel. Kenapa kau tak mengikuti aturan ku?” Gadis itu mendongak dengan pelan-menelan ludahnya kepayahan lantaran wajah Mike yang dingin. Ia tahu bahwa dirinya salah melanggar aturan dari sang kakak. “Maafkan aku,” sesalnya dengan serius. Robert pun juga merasa bersalah. “Jangan menghukumnya. Ini semua kesalahanku.” Inilah drama yang sesungguhnya, mereka saling membela satu sama lain, dan Mike tak suka itu. “Tidak, Mike! Aku yang salah! Robert tak tahu apa-apa.” Wajah Kelly berubah menjadi khawatir karena Robert hendak membelanya. “Kelly, aku yang salah.” “Tidak..., karena aku yang mengajakmu, Rob.” “Aku juga ikut andil.” Disini, Mike merasa menjadi obat nyamuk bagi pasangan yang bertengkar, dan ia tak suka itu. Merasa mereka berdua berdebat cukup keras membuatnya muak karena ocehan yang tiada habisnya. “Pokonya, kau tak harus dihukum.” Kelly masih bersikeras dengan pendapatnya. “Diam!” teriak Mike menggema di udara. Semua perabotan kaca retak seketika. Telinga pasangan itu pun berdengung hebat. Buru-buru mereka menutup pendengarannya agar selamat. “Bisa diam tidak!” geram Mike tertahan mengontrol suaranya. Keduanya pun mengangguk dengan cepat. “Oke. Aku akan bertanya. Apakah kalian pergi mengikuti Eden?” Lagi-lagi, mereka patuh dan mengangguk dengan cepat. Mike tahu keduanya telah mengikuti Eden, tapi ia juga ingin memastikan kebenarannya. “Jadi, kenapa kau mengikutinya?” “Haruskah ada alasan aku mengikuti Eden?” Kelly melipat kedua tangannya. “Bagiku, Eden seperti saudara.” “Apakah aku bukan saudaramu?” Mike bingung, kenapa Kelly lebih menyayangi Eden tinimbang dirinya, padahal mereka berdua sedarah. “Bukan begitu?” Kelly menoleh ke arah Robert yang memasang wajah ingin tahu lebih mengenai hubungannya dengan Eden. “Aku tidak menyukai Eden. Jadi kau tak usah cemburu, Rob.” Wajah Robert berpaling ke kiri-berdehem ringan karena malu ketahuan memiliki rasa iri kepada Eden. “Eden berbeda dengan kita. Dia tak punya siapapun. Dan juga, hidupnya sangat malang. Apakah kalian tak simpati?” Kelly mengingat masa kecilnya bersama Eden yang kerap mendapat ejekan dari siluman lain. “Kelahiran Eden masih misteri. Dan juga, kau tak perlu kasihan padanya.” Mike bangkit dari kursinya. “Takdir Eden sudah digariskan, meskipun kau mencoba untuk membujuknya, kau tak akan berhasil, Kel.” “Tapi, setidaknya aku membantunya, Mike!” Nada tinggi keluar dari mulut Kelly membuat Robert angkat bicara. “Apa yang dikatakan Mike benar. Untuk saat ini, kau tak usah membantunya karena di kerajaan sangat berbahaya.” Robert mengelus tangan Kelly supaya tenang kembali. “Aku tak akan menghukum kalian. Jadi, kalian bisa beristirahat.” Mike pergi meninggalkan mereka yang bernafas lega karena lolos. Dan sekarang tinggal lah pasangan itu yang saling tatap satu sama lain. “Maafkan aku,” sesal Kelly dengan wajah sendu. “Tak apa. Karena aku sudah tahu segalanya tentang dirimu, Kel.” Robert tak kaget dengan situasi Kelly sama sekali. “Kau tak perlu menyembunyikan wujud mu di depan semua siluman.” Perkataan Robert membuat Kelly tersentak. Yang dimaksud permohonan maaf adalah karena membawa masalah pada Robert, bukan sebab yang lain. “Apa maksudmu? Aku tak mengerti.” “Mengenai kau adalah rubah merah,” bisik Robert dengan pelan membuat Kelly melototkan matanya selebar mungkin. Sumpah, gadis itu terkejut karena rahasianya dengan mudah bisa dibaca. Jika kekasihnya mengetahui dengan mudah, pasti Eden juga akan tahu. Apa jadinya jika pria itu tahu mengenai jati dirinya. Kelly menunduk dengan tubuh bergetar, takut kalau Robert akan menjauhinya. “Apakah kau akan meninggalkanku?” rasa takut itu mulai merayap tanpa peringatan masuk ke dalam tubuh gadis itu. Ia yakin kalau Robert akan meninggalnya sekarang juga. Rubah merah di kalangan desa rubah tidaklah dihormati dengan baik. Sebab, rubah merah terkenal kejam, dan berkuasa, seperti ratu yang sekarang. Masyarakat siluman rubah tak pernah menerima akan penobatan Ratu Irene yang merupakan rubah merah. Karena mereka meyakini, bahwa pemimpin yang sesungguhnya berasal dari ras putih. Namun bungkam sembarang ras putih, tapi ada ciri tersendiri. Semua ciri itu terdapat pada Eden. Robert tahu, bahwa Kelly memiliki segala kekhawatiran dalam hidupnya. Sebagai seorang kekasih, ia pun memeluknya dengan erat untuk menyalurkan kehangatan. “Seperti apa rupa mu. Aku akan selalu mencintaimu. Kau bukan seperti Ratu Irene, tapi kau adalah Kelly. Siluman rubah merah yang aku cintai.” Hati Kelly merasa tenang dengan semua ungkapan yang terlontar dari mulut Robert. Ia merasa kebahagian yang menyertainya begitu indah, seperti pelangi. Berwarna-warni, dan setiap warnanya memiliki keistimewaan masing-masing. “Terimakasih, Rob. Aku mencintaimu.” Kelly yakin dengan pilihannya di masa depan, bahwa Robert adalah siluman yang cocok menjadi pendamping hidupnya. Keyakinan itu telah ada sejak mereka pertama kali bertemu. Keduanya saling memeluk dengan erat, seakan tak ada hari esok lagi. Inilah cinta, menerima segala perbedaan yang ada. Meskipun rentang perbedaan sangatlah jauh, perasaan cinta itu mampu menepis segalanya. Diwaktu yang sama, Eden berdiri di tengah aula sendirian. semua kandidat yang lain sudah masuk terlebih dahulu ke dalam kamar yang telah di siapkan. Sesekali, pria itu mendesah dengan keras mengingat jalur konyol yang diambilnya. Ia ingin tertawa dengan segala pemikiran yang muncul begitu saja. Menjadi kandidat selir, bukanlah tujuan utama untuk mencari informasi. Namun sekali lagi, karena terjebak dengan kondisi yang mendesak, ia memilih untuk menjadi salah satu kontestan selir sang ratu. “Seharusnya, aku menolak wanita itu.” Eden merasa aneh jika bersama dengan Irene. Seakan terhipnotis melakukan apa yang diperintahkan dengan suka rela. “Semakin aku berpikir, semakin aku mengingat wajahnya.” Eden memejamkan mata dengan erat ketika mengingat pertemuan pertamanya dnegan Irene. Satu hal yang membuatnya curiga, yaitu mata merah miliknya. Pria itu merasa di bodohi dengan trik lama. “Oh s**t!” umpatnya pelan, kenapa ia tak menyadari sama sekali? Kunci dari Irene adalah mata merah itu. Asalkan dirinya tak menatap mata sialan itu, pasti semuanya akan baik-baik saja. Ia pun berbalik arah untuk memastikan sesuatu yang diyakininya. Matanya membola lebar ketika melihat wanita yang akan ditemui berada tak jauh tempat dipijaki saat ini. Mata merah darah menyala itu terus saja bersinar, dan sontak Eden menutup kedua penglihatannya dengan cepat. Irene menyadari, bahwa Eden tahu mengenai kekuatannya. Ia pun melesat dengan cepat-berhenti tepat didepan dia tanpa jarak. “Kau sangat istimewa, bisa mengetahui segalanya dengan cepat.” Tangan lentik itu memegang bahunya dengan lembut, sengaja menggoda, dan terus saja bergerak menuju ke d**a bidang milik Eden. “Kenapa diam? Huh!” Irene meniup wajah Eden dengan lembut agar dia membuka kedua matanya. Sayang efek itu tak berhasil. Melihatnya bersikeras dengan penglihatan yang tertutup, wanita itu terkekeh, lalu berbalik arah. “Tunjukkan kemampuanmu! Aku menantikannya.” Irene menghilang begitu saja membuat Eden bernafas lega. “Dasar rubah merah licik!” geramnya di dalam hati. Irena yang masih berada di balik pilar tersenyum menyeringai. “Apakah aku perlu mengawasinya?” Siluman bertopeng itu berdiri di samping Irene. “Tak perlu, karena dia bukanlah siluman yang berbahaya. Dia sangat lemah.” Irene mengibaskan jubahnya dengan Elegan. “Kita temui Gilbert. Kali ini buat dia buka mulut.” Wanita itu berjalan di tengah kegelapan diikuti oleh siluman bertopeng dari belakang. Eden mengerutkan kening ketika langkah kedua siluman itu semakin menjauh. “Jangan kira aku bodoh karena tak mendengar sesuatu yang kalian bicarakan.” Sejak mendapatkan kekuatan dari hutan ilusi, pendengarannya mulai meningkat tajam. Dan ia juga tahu kalau Robert dan Kelly sedang memantaunya saat berada di depan pintu gerbang kerajaan. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN