Bab 32

1255 Kata
James tak tahu harus melakukan apa ketika berada di posisi yang sangat asing baginya. Pria itu terus menatap siluman beruang tanpa bicara, seperti seekor mangsa yang menandai miliknya. Sang siluman merasa risih karena tatap mendelik tajam itu. Dia pun terlihat gelisah di mata James, tapi ia tak peduli dengan segala pemikiran siluman tersebut. Sesekali, pria itu menatap ke arah lain untuk mengamati barang-barang yang ada di ruangan. Sangat miskin, itulah isi otak James. Jika Louis tinggal di tempat kumuh seperti ini, pasti harga dirinya hancur. Mengingat dia sangat arrogant, pria itu tersenyum tanpa sadar. “Kenapa kau tersenyum?” tanya siluman beruang. James tersentak sedikit sebab kaget dengan suara siluman beruang itu. Ia pun merubah posisi duduknya menjadi tegak, bak prajurit. “Hanya mengingat teman.” Mata siluman beruang memicing, di ikuti bentuk bibirnya yang membulat. Di otaknya tergambar jelas bahwa James sedang memikirkan kekasihnya. Dapat dilihat, bahwa siluman yang barus saja ditemui lumayan tampan. “Aku akan ke pusat kota. Kau tinggal sebentar di sini.” Siluman itu bangkit setelah mengobati luka James. Tanpa sepatah kata untuk pamit, ia keluar begitu saja membuat James sangat kesal. “Dasar! Tak punya adab!” Ia turun dari kursi-mengambil kemeja lusuhnya dengan cepat. Buat apa tinggal lama-lama, lebih baik segera mencari Louis secepat mungkin. James keluar rumah sederhana itu dengan kaki sedikit di seret, tapi merasa ada yang aneh dengan tatapan para siluman tak jauh darinya. “Ada apa dengan mereka?” pria itu bersikap acuh, melanjutkan langkah kakinya begitu saja. Ia melihat kerumunan siluman berada di depan papan pengumuman. Pemikirannya pun mulai melayang pada Louis. Mungkinkah ada informasi mengenai dia? Mengingat ada lambang bendera yang bergambar rubah merah, ia pun berjalan mendekat. “Jadi, kapan pemilihan selir akan dimulai?” Tampak kerumunan siluman itu berbincang satu sama lain. “Dua hari lagi, mereka akan bertanding. Setelah itu akan diseleksi menjadi kurang dari sepuluh besar.” “Kenapa di buat rumit? Bukankah ratu sangat cantik. Bahkan kecantikannya melebihi dewi musim semi.” “Dia ratu kita, itulah kebijakannya. Sudah..., jangan membicarakan sang ratu. Kau bisa di penggal.” Siluman itu mempraktekkan tangannya menebas lehernya sediri. James segera melihat isi pengumuman itu, dan ia mulai tertarik dengan status menjadi selir. Bukan itu menjadi selir sungguhan, melainkan dengan tujuan mencari Louis. “Sepertinya kau siluman baru sampai di ibu kota.” Salah satu siluman bertanya padanya. “Iya. Aku masih awam dengan ibu kota.” James menatap papan pengumuman tanpa menoleh kepada siluman yang mengajaknya bicara. “Apakah kau tertarik? Aku bisa membantumu.” Dia menyenggol bahu James sampai menoleh. “Kau!” tunjuknya dengan kaget. “Kenapa? Iya, ini aku. Kau pergi begitu saja tanpa menunggu, padahal kau butuh bantuan ku.” “Aku tak mau berhutang budi, beruang.” James melangkahkan kakinya menjauh, sementara siluman beruang mengikutinya. “Aku bisa membantumu masuk istana! Bukankah kau tertarik menjadi selir?” Untuk wajah tampan seperti James, sangat disayangkan jika di anggurkan sia-sia. “Dengar..., setelah kau berkuasa, bisa menjadi raja. Angkatlah aku menjadi bawahan mu.” Siluman beruang mengangkat alisnya, “Apakah kau setuju?” Langkah kaki James pun berhenti. Siluman beruang yang sangat tamak itu bisa di manfaatkan sebaik mungkin. Setelah membantunya masuk ke dalam istana, tentu ia akan menyingkirkannya. “Baiklah,” jawab James dengan senyum menyungging. Jangan salah, jika partnernya licik, maka James bisa licik. Ibarat mata di balas dengan mata, gigi dibalas dengan gigi. Tidak ada yang tahu sifat pendendam nya, kecuali Louis. Istana Rubah Eden duduk di pinggir jendela bersama dengan Derek. Mereka menikmati makan, seperti layaknya manusia. Jangan kira siluman hanya memakan esensi manusia, mereka pun juga belajar hidup sebagai manusia jika berada di alam manusia. Tak heran, banyak kaum siluman yang terbiasa berbaur hidup berdampingan dengan para manusia. Eden sendiri tak kaget dengan situasi saat ini. Tapi banyak juga yang merasa mual dan jijik dengan makanan para manusia. Melihat temannya yang biasa-biasa saja, Derek mengerutkan kening. “Sepertinya, kau sudah terbiasa makan-makanan seperti manusia.” Derek menatap piring yang penuh dengan nasi putih. “Makanlah..., jangan banyak bicara.” Eden makan ayam yang disajikan dengan lahap. Semua siluman yang melihat pun menggelengkan kepalanya berulang kali. Ujian ini terlalu berat untuk mereka. Banyak yang didiskualifikasi karena memuntahkan makanan manusia. “Kau terlihat tenang!” sindir Orion dari jauh memakan buah pisang dengan arogan. Eden tak melirik sama sekali, jika ia berurusan dengan siluman macam Orion yang ada menjadi darah tinggi, dan amarahnya meletus seperti gunung yang memuntahkan lahar. Merasa diabaikan, Orion menggebrak meja. Lihat, dia memang sengaja mencari permusuhan. Eden berdecih pelan, tetap dalam aktivitasnya yang sama yaitu makan tanpa gangguan. Namun siapa sangka, keheningan itu berubah menjadi sorak-sorak para siluman lain. Karena Orion membalikkan sup yang ada di mangkok miliknya dengan kekuatan Sup itu tumpah, mengenai wajah, dan juga baju Eden hingga basah. Mereka yang melihat kejadian itu sontak tertawa keras, hanya Derek lah yang diam membisu. “Cuih!” Eden bangkit, melempar mangkok itu dengan kekuatan penuh di arahkan kepada Orion. Tawa para siluman pun langsung berhenti. Sementara Orion tak tinggal diam, meraih mangkok itu dengan tangan lainnya. Dia mengeluarkan tangan berjumlah dua, membuat para siluman lain takjub. Kekuatan Orion memang terkenal hebat, banyak siluman lain yang memuji. Derek melirik sebentar untuk melihat situasi. “Jangan gegabah, Ed.” Ia memegang bahu Eden agar tenang. “Ada yang mengawasi kita. Kau harus berhati-hati.” Eden mengepalkan tangannya kuat, menahan segala kebencian kepada Orion. Ia tahu bahwa siluman itu memprovokasinya, tapi tetap saja apa yang dilakukan itu sangat keterlaluan. “Habiskan makananmu, kita pergi dari sini.” Eden memilih pergi tak meladeni Orion yang terus meneriakinya pecundang. Sedangkan Derek memilih mengekor dari belakang, berhenti sejenak menatap Orion dengan tajam. “Apa? Pergi sana! Kau dan dia sama-sama pecundang!” Tawa Orion lepas dan menggelegar, Derek pun langsung pergi mengikuti langkah Eden berjalan. “Eden!” teriak Derek memanggil nama Eden yang semakin menjauh. Terlihat jelas dimatanya, bahwa dia sedang kesal. Bagaimana pun, Orion sangat keterlaluan. “b******k!” umpat Eden dengan keras memukul pohon yang tak punya dosa. Sayang sekali, pohon itu harus terkana dampaknya padahal tak bersalah. “Tenangkan dirimu, jika kau ingin menang menjadi selir, kau harus bisa mengendalikan amarahmu.” Derek terus menasehati Eden. ‘Aku tak mau menjadi selir, b******k! Sungguh membuang waktu. Andai saja aku punya kekuatan, pasti semua yang ada di kerajaan ini aku hancurkan seketika. Sial!’ Wajah Eden sudah merah padam, seperti gunung api yang sudah mengeluarkan magma. Derek mundur selangkah, “Ed, aku ada urusan, jika kau sudah selesai. Kembalilah ke kamar.” Berurusan dengan Eden sama saja bunuh diri, dapat dilihat ketika amarahnya meluap, maka kekuatan yang dimiliki terlihat jelas. Mungkin aura magisnya sangat lemah, sehingga siluman lain tak dapat merasakannya. Setelah Derek pergi, Eden mengambil nafas begitu panjang-menghembuskan perlahan. Siluman seperti Orion tak perlu diladeni, yang ada ia bisa cepat tua renta. Padahal, pasangan pun belum terkirim. Oh Sial! Pasangan? Jangan harap ada pasangan yang mau menerima kondisinya sebagai siluman? Kalau Eden membayangkan mendapatkan pasangan siluman wanita, bulu roma nya langsung berdiri seketika karena tak bisa membayangkan hidup bersama selamanya. Untuk membuang segala pemikiran buruk, ia memilih untuk berlari-lari melatih otot kakinya. “Menarik,” gumam siluman bertopeng di atas pohon, terus melihat Eden yang berlari mengelilingi lapangan. Ia tak menyangka, akan ada siluman lemah yang hidup layaknya manusia, yaitu lari-lari, bahkan tak menduga bahwa siluman lemah itu makan makanan manusia tanpa ada rasa jijik sama sekali. “Aku akan menantikan, kejutan apa lagi yang kau perlihatkan nanti, Eden?” Bersambung kata kerajaan di ganti istana dan dunia di ganti alam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN