Bab 36

1145 Kata
Eden kesal setengah mati karena siluman bernama Jimmy benar-benar menguji kesabarannya. Setelah adegan melempar kursi, ia memukul wajah tampan James sekuat tenaga hingga lebam. Bukannya James marah, malah tertawa keras seperti kesetanan. Dia terlihat menyebalkan dengan kesombongan yang dimiliki. Melihatnya yang masih tek menunjukkan kemarahan, Eden menarik kerahnya dengan begitu kasar. Mata biru safir itu melotot sempurna menatap tajam ke wajah James tanpa berkedip. Segala tekstur wajahnya kaku, terlihat rahang yang mengeras, dan urat yang menonjol sempurna. “Ini yang aku inginkan. Kau memang dia.” James tersenyum sambil meringis kesakitan, padahal tarikan dikerah nya kian mencekik leher. “Siapa kau?” hardik Eden memojokkan James hingga terpental ke tembok. “Ayolah, Lou. Apakah kau lupa denganku? Teganya kau.” Tangan itu melonggar begitu saja ketika nama itu terdengar di telinga Eden. Nama itu, hanya James yang memanggilnya. Berarti, pria yang ada di hadapannya saat ini adalah James. Tidak! Bagaimana mungkin? Manusia tak diijinkan masuk ke alam siluman. Melihat Eden yang sedang syok, James melepaskan tangan itu dnegan kasar, menghirup udara sekuat-kuatnya. “Kau tahu, pukulan mu tak berubah sama sekali meskipun wajahmu berubah.” Tubuh Eden kaku bagaikan batu, tak bisa berpikir jernih dengan tindakan James. Ingin bahagia karena sahabatnya datang, tapi disisi lain jika dia terus di sini, maka para siluman lain akan melahab nya. Tanpa pikir panjang, Eden meraih tangan itu menyeretnya hendak keluar pintu. “Kau tak boleh berada di sini. Kembalilah....!” James menghempas tangan nya dengan kasar. “Begitu banyak pengorbananku kau malah menyuruhku kembali, hah!” “James!” panggil Eden dengan nada tinggi. Jujur, ia tak ingin pria itu terluka karenanya. “Lou, aku hanya ingin membantumu keluar dari sini secepat mungkin.” James memegang bahu Eden dengan lembut, menatap mata biru safir itu. “Tidak!” tolaknya membuang muka. “Oh s**t! Kau membuang ku begitu saja.” Pria itu tak percaya bahwa Louis akan meninggalkannya setelah perjuangan datang ke alam siluman. Ini saatnya ia mengeluarkan jurus andalannya. “Lou... aku mohon..., hem....” Ia bersujud sambil memeluk kaki Eden, menangis bombai. Eden masih membuang muka, memikirkan segala pertimbangan mengenai kondisi yang ada baru. Baru saja ia bergerak tanpa Kelly, dan itu terasa ringan. Sekarang muncul seseorang yang mengacaukannya. Kalau dipikir-pikir, jika James membantunya, tentu tak akan sulit bukan. “Lou..., aku mohon padamu. Aroma manusiaku sudah hilang. Mereka mengira aku siluman.” Eden mengambil nafas panjang, “Jangan panggil aku Louis, karena nama itu tabu di alam siluman.” James langsung mengangguk cepat-berdiri dengan wajah senyum merekah. “So, kita kembali sekarang. Kau dan aku, seperti dulu.” Ia menyambar tangan Eden dengan cepat, tapi dia tak bergerak dari tempatnya sama sekali. “Kenapa? Aku bisa membuka pintu ini dengan mudah.” Pria itu hendak mengeluarkan kekuatannya, tapi di pukul oleh Eden. “Auuggghhh... sakit sekali!” “Pertama, aku tak akan pergi sebelum menjadi manusia kembali. Kedua, kau saja yang kembali.” “No, aku tak akan kembali. Oke, aku akan membantumu.” James melipat kedua tangannya. “Jika kau ingin bersamaku, jangan mengeluarkan kekuatanmu itu di sembarang tempat.” Para pemburu siluman mempunyai khas masing-masing. Mungkin James tak terkenal di alam siluman, tapi kekuatan yang dimiliki mampu mengundang para siluman. Untuk berjaga-jaga, Eden harus memberi wejangan padanya. “Baik, aku setuju.” Ia memeluknya dengan erat, seolah menyalurkan kerinduan yang terpendam. Mereka akhirnya berjuang bersama lagi, meskipun beda alam. Setelah berpelukan sekian lama, Eden melepasnya pelan. “Jangan menjadi selir, kau jadi pengawal ku saja.” Cukup susah melibatkan diri menjadi selir, apalagi ditambah dengan James yang juga terlibat. “Itu jauh lebih baik.” Mereka berpelukan lagi, sampai pintu ruangan itu terbuka. Irene bertepuk tangan dengan apa yang dilihatnya. Sepertinya, mereka berdua semakin dekat. Dan ini semua karena bawahan tak becus. Eden dan James menoleh seketika dengan pandangan sengit. Irene langsung mengeluarkan bola api dilayangkan pada James, tapi ditepis oleh Eden. “Jangan melukai pengawal ku!” sentak Eden tanpa rasa takut. Tawa Irene pecah seketika. Kedua siluman lemah saling melindungi satu sama lain. Dan lihat, mereka bagaikan pasangan burung Phoenix. “Atas dasar apa kau melarang ku.” Irene berjalan mendekati mereka berdua. “Akulah penguasa di sini, ratu alam siluman.” Bunyi petir menggema berulang kali. Aura intimidasi terus keluar memenuhi ruangan. “Jangan berpikiran sempit. Aku masih ingin menjadi selir. Dia hanya membantu saja.” Mendengar pembelaan Eden, wajah Irene berubah total. “Benarkah....!” Wanita itu terlihat senang atas ucapan siluman lemah yang ada di hadapannya. Ia bertepuk tangan sebanyak dua kali. Sontak siluman bertopeng datang seketika. “Apa yang harus aku lakukan?” “Bawa mereka ke kamar. Dan juga siapkan hidangan enak.” Irene menghilang sambil tertawa begitu keras. James berdecih, langsung ditutup mulutnya oleh Eden agar tak menambah masalah baru. Setelah sang ratu pergi, Siluman bertopeng menyeret paksa mereka berdua. Eden mengode James agar tak bersuara dan hanya mengikutinya saja. Meskipun pegangan itu terasa terbakar, James hanya bisa mengumpat di dalam hati sebanyak puluhan kali. Kalau nanti ia bisa bebas, siluman yang dibunuh pertama kali adalah siluman bertopeng itu. Sepanjang perjalanan, mereka hanya diam tak bersuara hingga sampai di sebuah ruangan. Siluman bertopeng mendorong keduanya dengan sangat kasar, lalu menutup pintunya begitu saja. “f**k!” umpat keduanya bersamaan. Mereka saling menoleh satu sama lain, kemudian tertawa dengan keras. “Sial! Dia tak punya hati.” James mulai bangkit untuk membantu Eden berdiri. “Ini tak adil! Kau semakin tampan!” serunya tak percaya sambil memegang wajah pria itu. “Berhenti memujiku. Kita buat rencana sekarang.” James merangkul bahu Eden untuk mengajaknya berjalan ke ranjang. Di sana, sudah ada beberapa makanan manusia yang sangat lezat. Tak ingin menunggu waktu, James langsung melahab makanan itu.”Biarkan aku makan, karena aku sangat kelaparan.” Eden hanya diam, menatapnya sambil memegang kepalanya yang pening. Ini berkah atau mala petaka, pikirnya dalam hati. Nafsu James yang tak terkendali itu bisa merusak semuanya, tapi jika tak ada dia, semuanya rencana tak bisa berjalan dnegan mudah. Malam ini, ia harus pergi mencari Gilbert lagi. “Dengar..., aku harap ke depannya kau tak bertindak konyol.” “Tenang saja, aku tahu tempatku.” Bukan pertama kali James mendengar petuah dari Louis. Ops, Eden. Meskipun nama itu terdengar asing, ia harus terbiasa memanggilnya. Jika salah, pasti siluman lain akan curiga. “Ratu itu sepertinya mulai tertarik padamu.” “Kita harus berhati-hati dengannya.” Irene bukan siluman yang mudah dihadapi. Selalu waspada adalah langkah pertama mereka. “Jangan sampai dia menaruh curiga.” “Lalu, apa rencana mu, Ed?” James mengetuk meja berulang kali, ikut memikirkan rencana yang akan di susun oleh mereka. Melawan siluman yang kuat harus dengan trik. Eden tersenyum menyungging karena dalam pikirannya sudah tersimpan beberapa cara untuk menghadapi Irene. Senyum itu membuat james merinding seketika. Mungkin badan Eden terlihat lemah, tapi karena otaknya terlatih untuk mengatur segala strategi di medan pertempuran, semuanya akan terlihat mudah. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN