Bukan hanya Eden dan James yang kaget dengan isinya, melainkan siluman lain yang ikut membaca isi gulungan itu. Mereka hanya tak menyangka, menjadi selir akan mendapatkan ujian seberat itu.
Irene ternyata penuh pertimbangan dalam mencari calon ayah dari generasi selanjutnya. Wanita itu sengaja mempersulit mereka untuk mengasah kekuatan yang dimiliki. Di sini Orion merasa bahwa sang ratu berpihak padanya mengingat Eden tak punya kekuatan sama sekali, dia bisa mati kapan saja di tengah menjalankan misi.
“Aku yakin, kau tak akan sanggup menjalankan babak pertama ini, Ed.” Ren sengaja mengejeknya agar Eden merasa tak percaya diri.
“Oho, kau meremehkan Eden,” sahut James dnegan cepat. Mereka berdua bersitegang kembali.
“Bisa tidak kau diam. Kenapa kau selalu saja mencari masalah, Jam.”
“Dia yang mulai duluan,” tunjuk James kesal setengah mati.
“Sudah, kita harus segera pergi menuju ke tempat raja naga,” sela Derek menengahi.
“Ini tak adil, kenapa babak pertama harus pergi ke laut hitam?” Siluman bertanduk di kepalanya merasa kalau Irene sengaja menggiring ke pemakaman.
“Bilang saja kalau kau takut!” ejek Ren dengan congkak.
Inilah yang tak disukai oleh James, Ren selalu saja memprovokasi orang agar mentalnya down. Jika nanti ada kesempatan, dengan senang hati ia akan memukul wajah cantiknya yang seperti racun itu.
“Hiraukan mereka,” bisik Eden menyeret tangan James menjauh, diikuti Derek dari belakang. Mereka bertiga berkumpul sendirian, mengabaikan para siluman lain yang sedang berdebat.
“So, apa yang kau ketahui dengan laut hitam, Der?”
Derek menatap Eden sambil meremas gulungan itu. “Babak selanjutnya akan muncul jika para siluman sudah menyelesaikan tugasnya. Disini, sang ratu sengaja menyingkirkan separuh dari kita untuk mutiara naga.”
Naga adalah makhluk sakral yang sudah mendiami laut hitam selama ribuan tahun. Tak ada yang bisa mengusiknya sama sekali, kecuali yang terpilih. Di antara mereka bertiga, keduanya tak memiliki kekuatan sama sekali. Besar kemungkinan Eden dan James mati di tempat.
Melihat Derek terbengong, James tersenyum. “Jangan meremehkan kami, Der. Kami tak lemah seperti yang kau pikirkan.” Alisnya terangkat memberi kode kepada Eden.
“Meskipun aku tak memiliki kekuatan, setidaknya aku bisa menggunakan fisikku.”
Derek ingin percaya, tapi dirinya masih snagat khawatir. Mata coklat itu pun beralih pandang ke kelompok Orion yang berjumlah tiga orang.
“Aku hanya membantu kalian, dan aku tak ikut berpartisipasi.”
Ucapan James sontak membuat mata Derek melebar, “Bukankah kau kemarin ingin menjadi selir?”
“Dia berubah pikiran, dan ingin mengabdi kepadaku,” jawab Eden asal. Derek hanya ber oh ria, tak heran jika mereka berdua tampak akrab dalam hitungan jam.
“Sekarang, kita mulai pergi ke laut hitam.” Eden menatap matahari yang sudah mulai meninggi itu. “Lebih cepat, lebih baik bukan?”
James dan Derek mengangguk setuju. Mereka pun pergi ke gerbang istana, diikuti dengan peserta lainnya.
“Apakah kau tahu, dimana letak Laut Hitam itu?” Eden menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sebab benar-benar tak mengerti sama sekali tentang Laut Hitam. Boro-boro mengerti, mendengar namanya saja tidak pernah.
“Dimana kau hidup selama ini, Ed?” Di Alam Siluman tak pernah ada siluman yang tidak mengerti mengenai rumor Laut Hitam. Derek tak menyangka bahwa Eden tak mengetahui sama sekali.
“Wajar saja, karena aku tak pernah keluar desa,” dusta Eden dnegan sangat lancar. James menyahut, “Dia kurang pergaulan. Jadi tak tahu dunia luar. Seperti halnya aku.”
Ingin rasanya Derek berteriak keras, tapi ia hanya mampu menahannya. Menjelaskan kisah mengenai Raja Naga beserta Laut Hitam tak akan cukup memakan waktu semalam.
“Lebih baik, aku menjelaskannya sambil berjalan.”
Mereka berdua mengangguk setuju, dan terus melangkahkan kakinya keluar ibu kota. Seperti yang dijanjikan Derek, ia menjelaskan mengenai Raja Naga di sepanjang perjalanan, hingga tak sadar sudah berada di tepi hutan.
“Kenapa aku merasa hawa dingin?” James memeluk tubuhnya sendiri. Mata miliknya ke seluruh arah. Beberapa siluman juga mengalami hal yang sama, tapi tidak dnegan Derek, Orion, dan Ren.
“Sial! Makin lama tubuh kian membeku.”
Namun tiba-tiba, satu persatu dari mereka menghilang secara perlahan, begitu juga dnegan James. Mereka semua kembali ke halaman istana. “Apa-apaan ini!” teriaknya dengan keras.
Eden pun tak mengerti, kenapa mereka bisa kembali lagi, bahkan Irene berada di singgasana semula.
“Aku belum mengizinkan kalian berangkat.” Irene mengayunkan tangannya merapalkan sesuatu. Sebuah pelindung transparan mengikat mereka, dan sontak langsung bersujud. James dan Eden menolak, tapi tubuhnya bergerak sendiri seperti ada medan magnet yang menariknya.
“Aku berkahi kalian dengan perlindunganku sebagai ratu. Setelah perjuangan panjang, sebagai gantinya apapun yang kalian inginkan, kalian bebas mendapatkannya. Ingat, hanya stau yang layak menjadi selirku.” Bunyi petir menggema di udara.
Pelindung transparan mulai menghilang, begitu juga dengan Irene. Tubuh Eden dan james yang semula berat menjadi ringan dan bisa dikendalikan. Semua dari mereka pun juga menghilang bersamaan tiba di tepi hutan perbatasan.
“Apa itu tadi?” tanya ren sedikit penasaran, tak mengerti dnegan situasinya.
“Ritual pelindungan,” jawab seluman berwajah sangat dingin. Mata mereka semua mengarah padanya, dan sekarang dia menjadi pusat perhatian. “Jika kalian menatapku seperti itu, aku akan mencongkel mata kalian satu persatu.”
Wajah semua siluman langsung pias seketika. Eden dan James hanya terus mengamati interaksi dari delapan siluman yang berada tak jauh dari mereka. “Lebih baik kita pergi,” usul Eden di angguki oleh James.
Membuang waktu untuk masalah tak penting akan merugikan diri sendiri. Eden tak ingin semua perjalan yang di lalui nanti sia-sia belaka. Saat memasuki hutan, hawa dingin yang semua dirasakan sebelum upacara perlindungan mulai kembali, tapi tak begitu kuat.
Beberapa pohon yang semula hijau mendadak diselimuti oleh es. Ada salju napak di tanah, terus bergerak melahab beberapa pohon. Eden mundur selangkah, james mulai bersiaga. Para siluman lain juga ikut mengeluarkan senjatanya.
“Siluman salju,” kata Derek pelan. Bagaimana bisa ada siluman salju pergi dari kutub utara? Kebanyakan mereka tak bisa meninggalkan tempat.
“Hati-hati!Mereka terkenal kejam!” sahut salah satu siluman.
Irene yang duduk di singgasana sambil menikmati anggurnya tersenyum puas. Dilihatnya cermin itu untuk menikmati pertunjukan hebat. Siluman salju yang telah direkrutnya kini sudah mulai beraksi. Wanita itu ingin melihat, sejauh mana Een bisa bertahan di tengah ganasnya medan pertempuran.
“Bukankah ini terlalu berlebihan?” Alan menaruh dagunya di bahu Irene sambil menghirup aroma tubuhnya.
“Aku marasa, dia tak sederhana itu.”
Semakin kuat Eden, maka semakin Irene menginginkannya. Wanita itu merasa bahwa Eden sangat spesial, berbeda dengan siluman lain pada umumnya. “Apakah kau sudah menemukan penyusup itu?”
Alan mengangkat dagunya, “Hilang tanpa jejak.”
“Tak apalah, toh Gilbert juga sudah sekarat. Meskipun aku masih tertarik dengan pelindung yang diramalkan, tapi aku lebih tertarik dengan Eden.”
Alan tersenyum, “Jika kau mendapatkan Eden, bisakah aku keluar dari garis pertahanan mu?”
Irene menoleh, “Tentu saja, kau berhak akan hal itu, Al.”
Inilah yang disukai dari Irene, selalu saja Loyal dengannya. “Aku ingin sekali menemukan gadis rubah merah itu.”
“Sepertinya, kau sudah jatuh cinta padanya.”
Alan diam tak menjawab ucapan Irene. Pria itu lebih memilih berjalan keluar ruangan sambil melambaikan tangan. “Tepati janjimu!”
Irene tersenyum semirik, tentu saja ia akan menepati janji. Namun, wanita itu harus tahu, siapa rubah merah yang dimaksud oleh Alan? Apakah dia lebih cantik darinya? Rasa iri yang terus keluar dari dalam hatinya itu menumbuhkan sedikit kebencian pada rubah yang berhasil masuk ke dalam hati Alan.
“Jika aku bertemu denganmu, aku pasti akan menggores wajahmu itu.” Irene bukanlah wanita yang suka berbagi, sebelum mendapatkan pengganti. Salah Alan sendiri yang selalu menceritakan tentang rubah merah menyebalkan itu. “Tunggu saja,” geramnya tertahan.
Bersambung